Latest News

Thursday, November 30, 2017

Kerajaan Allah Sudah Dekat, Jagalah Kekudusanmu

Kalau kita ingat kemarin kisah politik Bapak Basuki - Djarot  dengan Bapak Anies Baswedan- Sandiaga Uno, bagaimana mereka berjuang demi kemenangan kursi gubernur. Segala cara dilakukan baik yang curang maupun yang santun ataupun apa adanya secara jujur. Kita pun berharap bahwa siapapun yang menang, akan membuat hari-hari ke depan menjadi lebih baik. Dan kalaupun andalan kita kalah, namun kita tetap berperan sebagai pelakon dan pemain menuju masa depan yang lebih baik. Kita sebagai para pelaku yang sadar ataupun tidak, polah tingkah kita turut ambil bagian di dalamnya.

Demikianlah yang dijanjikan pada bacaan kitab Daniel dan Injil pada hari ini. Kerajaan Allah sudah dekat. Kerajaan Allah yang akan memerintah seluruh kehidupan kita dengan damai dan sukacita sudah hampir datang. Tapi kita tidak dapat menunggu Kerajaan Allah itu dengan tenang-tenang saja. Dalam kehidupan sehari-hari kita ini, kita semua sebagai pelaku dan pelakon kehidupan, yang berjuang untuk cita-cita itu.

Soal baik dan buruk yang kita buat perlu dipikirkan baik-baik. Bisa saja angan-angan yang manis , sesungguhnya jerat buat hidup kita sendiri.Kita sebagai pelaku kehidupan, perlu berjuang mengalahkan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh Allah. Yesuslah guru kita yang memberi teladan mengalahkan keinginan-keinginan duniawi melalui karya keselamatan, penderitaan dan pengorbanannya yang berakhir di kayu salib. Ia melakukan pemusnahan total terhadap dosa, dan secara sempurna menjadi raja atas segala raja bertahta dan berdaulat untuk selamanya.

Kitab Daniel mengajarkan kita, bahwa kekudusan akan diadu dengan tantangan dan penganiayaan. Namun Daniel mengatakan melalui penglihatannya bahwa, semakin kita yakin akan kuasa dan kebesaranNya sebagai Raja atas segala raja, maka kita bersama Roh Kudus akan menjadi pemimpin dalam kehidupan kita sendiri sehari-hari. Tuhan sendiri yang akan memimpin  iman kita pd ketaatan sampai mati. Biarlah nanti sampai saat kerajaanNya hadir kedua kalinya , kita bisa memetik buah-buahnya. Mari kita berharap bahwa Kerajaan Allah sudah dekat, mari kita menyambutnya dengan perbuatan-perbuatan baik kita.

----------------------------------
Jumat, 1 Desember 2017
Jumat Pekan Biasa XXXIV
Bacaan 1: Dan 7: 2- 14
Mazmur: T. Dan 3:75 - 81
Injil: Luk 21: 29 - 33

Wednesday, November 29, 2017

Pilih Atheis atau Agama?

Kenapa saya memilih beragama dan tidak atheis? Kenapa saya mendorong orang muda untuk beragama dan tidak atheis? Ingat... atheis tidak sama dg agnostik (percaya sama Tuhan tapi gak mau pilih 1 agama)


Atheis, definisinya: tidak percaya akan adanya Tuhan. Faktor yang mendorong orang menjadi atheis itu ada bermacam-macam dan mungkin dapat dikelompokkan jd 4:
  1. Bingung mau pilih agama mana
  2. Pengalaman buruk dg salah 1 agama, biasanya dg pengikutnya
  3. Tidak dapat menyatukan antara agama dan ilmu pengetahuan yg dipelajarinya, misal katanya Tuhan menciptakan dunia dlm 7 hari, lalu kapan bigbang terjadi?
  4. Selalu mendebat secara filosofis: adakah Allah?

 
Nah kalau sudah begini apakah masih mau pilih jadi org beragama � terlepas agamanya yaaa---? Menurutku, alasan untuk melawan keinginan jadi atheis adalah begini:
  1. Semua agama itu benar � gak usah bingung-bingung dulu pilih agama mana. Pilih aja 1 dulu (kalau keluarganya tidak menganut 1 agama yg sama). Nanti dalam perjalanan mencari kebenaran dari agama itu, pasti hati dan kepalanya terbuka sendiri.
  2. Kalau pengalaman buruk, maka tanyakan dalam hati, apakah saya mau percaya sama orang yang sama-sama perlu beragama karena masih berdosa, atau percaya sama Tuhan yang di atas segalanya, termasuk di atas agama. �Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? (1 Kor 3:3)� Teguran seperti begini sudah ada sejak mulanya, artinya selama manusia masih ada di dalam dunia, selama itu pula sifat duniawinya ada dan dapat menyakiti dan memberikan pengalaman buruk pada sesama.
  3. Kitab Suci adalah buku iman, rangkuman iman umat Allah dari masa ke masa. Bila kita melihatnya demikian, maka kita dpt memaklumi bahwa yang tertulis disitu bukan buku geografi atau fisika atau matematika atau astronomi. Mereka cuma mau bilang �Allah-lah pencipta segalanya, termasuk manusia.� Tentu pertanyaan berikutnya adalah: kalau kita tidak bisa percaya mutlak bagian yang ini, kenapa saya harus percaya bagian yang itu? Demikianlah dibutuhkan suatu dewan yg terdiri atas orang-orang yang fokus pada panggilan Allah untuk melayani, untuk membantu menafsirkan ayat-ayat di dalam Kitab Suci ke dalam realitas dunia saat ini. Tujuannya agar penafsiran itu tidak menyimpang dari kebenaran asali, namun dapat terus dipahami oleh orang dari berbagai situasi.
  4. Adakah Allah? Kita harus percaya dulu, baru perasaan dan pemahaman atas adanya Allah itu muncul di hati. Demikianlah di dalam Kitab Suci tertulis: "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!" (Mrk 9:24).  Kita percaya bahwa Allah yang mahakuasa dapat menimbulkan rasa percaya pada mereka yang tidak percaya. Ucapkan saja berkali-kali: �aku percaya�.... maka rasakan mujizat 2 kata itu dalam hati kita. 
Nah, sekarang kenapa kita harus mendorong orang muda agar beragama? Supaya mereka punya pegangan hidup dan komunitas di mana mereka dapat merebahkan kepala mereka ketika membawa beban berat. Manusia selalu mengalami kebingungan di dalam hidup mereka, terutama orang muda yang sedang berusaha memilih panggilan hidupnya. Oleh karena itu sangatlah baik apabila mereka di dalam kebingungan itu tetap dapat mencari opini-opini yang berbeda di luar keluarganya dengan aman. 

Tuesday, November 28, 2017

Kesaksian Terkuat terjadi pada Saat Kesesakan

Dari dalam penjara, Ahok terus bersaksi kepada para pengunjungnya, bahkan tetap memberikan berbagai bantuan dengan berbagai cara. Karenanya, balai kota tetap penuh dengan bunga saat Jarot harus menyerahkan tampuk pemerintahan DKI Jakarta.  Thomas Byles, adalah seorang pastor yang ikut dalam perjalanan kapal Titanic, dan tetap tinggal di kapal itu sampai tenggelam untuk menyelamatkan nyawa penumpang lainnya yang juga tak bisa melarikan diri. Maximilian dari Kolbe menggantikan salah seorang napi untuk dihukum mati agar napi itu bisa bertemu kembali dengan keluarganya paska perang. Di Afrika, pengikut Kristus makin banyak walaupun mereka terus menerus dikejar dan dianiaya. Dari keempat contoh di atas kita dapat mengambil kesimpulan: Kesaksian paling kuat terjadi pada saat Kesesakan.

Yesus sudah memperingatkan murid-muridNya bahwa suatu hari mereka akan dianiaya, dan pada saat itulah kesempatan datang untuk mereka bersaksi bagiNya. Dan kita tahu dari pelajaran sejarah gereja, itulah yang terjadi kepada para murid-murid Yesus. Petrus disalib terbalik, Yohanes direbus dan lain-lain. Bacaan pertama juga menggambarkan masa kesesakan bagi bangsa Israel termasuk Daniel. Bayangkan bila ada orang-orang tidak percaya Tuhan yang masuk ke gereja dan mengambil barang-barang suci. Pastilah umat gereja itu juga mengalami siksaan dan aniaya, paling tidak dalam hal ketakutan dan kengerian. Namun Daniel dengan berani mengkritik raja dan bersaksi mengenai Allah yang menggenggam nafas kita. Perikop ini tidak menceritakan apa yang terjadi pada Belsyazar, namun kita tahu bahwa apa yang dinubuatkan Daniel terjadi, yaitu Babilon direbut oleh Persia, dan Belsyazar sendiri mati terbunuh.

Mari kita merenungkan bagaimana bila kita nanti dihadapkan pada situasi tersebut? Apakah kita akan menolak Yesus sebagai Tuhan ketika pilihannya adalah dianiaya? Ataukah kita tetap setia sampai mati sehingga janji Tuhan boleh genap yaitu: kita boleh memperoleh hidup? Mari kita terus berdoa bahwa ketika saatnya tiba nanti kita boleh terus setia pada janji itu.


--------------------------
Bacaan Liturgi 29 November 2017
Rabu Pekan Biasa XXXIV
Bacaan Pertama: Dan 5:1-6.13-14.16-17.23-28
Bacaan Injil: Luk 21:12-19

Wednesday, November 22, 2017

Matius 25: 14-30 | Perumpamaan Tentang Talenta



Bacaan Firman Tuhan: Matius 25: 14-30
Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."


Dalam perumpamaan ini, Tuhan Yesus menyapa kita masih tentang kedatanganNya kembali ke dunia ini. Yang mana pada perikop sebelumnya Tuhan Yesus mengumpamakan tentang gadis yang bijaksana dan gadis yang bodoh, bagaimana kesiapan kita dalam menantikan kedatanganNya (ay. 1-13). Kemudian dalam nas ini Tuhan Yesus memberi perumpamaan bahwa saatnya akan tiba kita akan di perhadapkan di penghakimanNya untuk mempertanggungjawabkan segala apapun yang Tuhan percayakan pada kita di dunia ini.

Dalam nas ini, di umpamakan kedatangan Yesus kembali ke dunia ini adalah seperti seorang tuan yang bepergian ke luar negeri dan mempercayakan hartanya kepada hamba-hambanya. Ada yang diberikan 5 talenta, ada yang dua talenta dan ada yang 1 talenta. Masing-masing di beri tanggungjawab sesuai dengan kesanggupannya.

Setelah lama berselang, tuan itu pulang dan melakukan perhitungan atas talenta yang di percayakan kepada hamba-hambanya itu. Prinsip tuannya itu, bahwa dia tidak mau rugi karena kepergiannya ke luar negeri karena hartanya sudah di percayakan kepada para hambanya. Yang di percayakan 5 memperoleh laba 5 lagi, dan yang 2 memperoleh laba 2 lagi, tapi yang di beri 1 tetap kembali 1.

Dalam menjalani kehidupan ini, kita mau di ingatkan oleh nas ini bahwa kita semua adalah hamba Tuhan yang di percayakan berbagai macam talenta. Maka antara satu dengan yang lain memiliki talenta, kesempatan yang berbeda sebagaimana di katakana di ayat 15 �masing-masing menurut kesanggupannya�

Sehingga Tuhan itu bukan pilih kasih, mengapa dia begitu dan saya begini, mengapa orang sana berlebihan sementara saya berkekurangan. Namun hal yang harus kita pahami, bahwa Tuhan tidak akan memberikan kepada kita sesuatu yang tidak dapat kita pikul. Namun kata kunci yang penting dari sini adalah bagaimana kita menjadi hamba yang setia. Bahwa kita dapat mempertanggungjawabkan apapun yang telah Tuhan titipkan pada kita kelak.

Jika lebih dalam kita mau pilah, maka ada banyak bentuk dari harta yang Tuhan titipkan pada kita di dunia ini, hidup kita, keluarga, anak, harta kekayaan, bakat, kemampuan, waktu dan lain sebagainya. Namun apapun itu bentuknya, suatu saat Tuhan akan datang kembali ke dunia ini, dan Dia akan memanggil kita melakukan perhitungan atas apa yang Tuhan titipkan pada kita.
Apakah kita:
�Hamba yang baik dan setia� atau,
�Hamba yang jahat dan malas�

Tuhan menitipkan �harta-Nya� kepada kita bukan hanya untuk di pendam untuk diri sendiri, karena itu pada dasarnya bukanlah milik kita, itu milik Tuhan. Maka akan tiba saatnya kita mempertanggungjawabkan itu semua apakah kita memperlakukan harta itu menjadi berguna bagi Tuhan. Maka melalui nas ini, Tuhan mengingatkan kita sudah bagaimana berbagai ragam harta yang Tuhan titipkan pada kita.

Tuhan tidak mau jika hartanya itu kembali begitu saja atau bahkan sudah hilang, tetapi harus menghasilkan buah. Artinya disitu, bahwa segala pemberian Tuhan pada kita harus berguna untuk kemuliaan nama Tuhan. Jika kita setia dalam perkara kecil maka kita juga setia dalam perkara besar, jika kita setia pada Tuhan dalam dalam dunia ini maka Tuhan juga akan mempercayakan kehidupan yang kekal kepada kita.  

Tuesday, November 21, 2017

Diri Kita Berarti, Jangan Binasakan

Kebinasaan. Semua manusia takut binasa. Binasa bukan hanya berarti mati secara fisik, namun juga hidup tanpa arti. Orang yang ingin bunuh diri karena merasa hidupnya tak memiliki arti lagi. Sementara orang takut mati karena kuatir setelah kematiannya ia takkan dikenang lagi. Sekian puluh remaja di Amerika Serikat bunuh diri karena merasa mereka �tak terlihat� oleh teman-temannya. Sekian puluh remaja di Jepang bunuh diri karena merasa mereka �tak mampu� menanggung beban yang diberikan kepadanya.

Tapi orang yang beriman pada Tuhan tidak pernah takut binasa. Lihat kisah pada bacaan pertama, seorang ibu dan 7 orang anaknya yang diancam kematian dalam sengsara. Mereka tidak takut mati, tapi juga tidak takut hidup bila berhasil selamat. Mereka percaya bahwa dalam kematian maupun dalam kehidupan, Allah memelihara mereka. Mereka percaya bahwa Allah yang menciptakan dari tidak ada menjadi ada, tentu tidak akan mengembalikan mereka kepada keadaan �tidak ada� atau �tanpa arti� lagi.

Lihat pula perumpamaan Yesus. Siapakah yang membuat dirinya tanpa arti? Hamba yang mendapatkan 1 mina. Dialah yang membuat dirinya tanpa arti. Tuannya memberikan suatu arti padanya, yaitu mempercayakan 1 mina. Namun ia tak mampu melihat hal ini, dan memilih untuk menyia-nyiakan arti yang diberikan kepadanya. Hukumannya adalah kebinasaannya.

Kita yang percaya pada Allah tahu bahwa kita punya arti di hadapanNya, dan dengan demikian akan berusaha untuk memelihara arti diri kita itu selama hidup kita sampai ajal menjelang. Kasihanilah mereka yang tidak percaya pada Allah karena mereka akan merasa bahwa arti hidup mereka adalah 0 (nil).

-----------------------

Bacaan Liturgi 22 November 2017
Rabu Pekan Biasa XXXIII
PW S. Sesilia, Perawan dan Martir
Bacaan Pertama: 2Mak 7:1.20-31
Bacaan Injil: Luk 19:11-28

Sunday, November 19, 2017

Jangan Mengkotak-kotakkan

Sebagai seorang keturunan Cina yang tinggal di Jakarta pada tahun 2017 ini, kita merasa dikelasduakan. Pilkada yang memenangkan Anies Baswedan mengusung ide bahwa orang non pribumi, terutama Cina, tidak bisa menjadi pemimpin. Alasannya adalah pada saat penjajahan Belanda, kita memihak Belanda. Namun buku Batavia Kota Hantu, karangan Alwi Shihab menggambarkan hal yang berbeda. Simaklah cuplikan buku itu:

�[Sebuah rumah sakit Cina dibangun di antara Jl. Tiang Bendera 1 dan 5], dibangun oleh masyarakat Cina di Batavia secara gotong royong atas inisiatif Kapiten ke-2 Cina, Phoa Beng Gam, seorang tauke kaya yang memiliki tanah perkebunan luas di Tanah Abang. [Karena usahanya] ia memerlukan banyak kuli yang direkrut dari luar Batavia bersama keluarganya. Banyak di antara mereka yang terkena penyakit malaria. Sementara itu warga Tionghoa juga semakin banyak datang dari daratan Cina ke Batavia. Maka, Kapiten Phoa merencanakan pembangunan sebuah rumah sakit umum. Rumah sakit China ini sangat lengkap, bahkan dikatakan lebih baik dari rumah sakit yang dibangun Belanda. Nasib rumah sakit Cina ini kemudian buruk sekali karena dibongkar oleh gemeente (dewan kota) Belanda. Menurut sejarawan Tionghoa, Prof. James Dananjaya, mungkin Pemerintah Kolonial Belanda tidak mau disaingi dalam hal pembinaan kesehatan rakyat Batavia. Pada peristiwa pembantaian warga Cina pada Oktober 1740, para pasien di rumah sakit ini dibantai olehVOC, termasuk orang tua, wanita dan anak-anak.�

Jelas bahwa Cina tidak di bawah lindungan sayap Belanda, ataupun memihak Belanda. Namun pengkotakan telah terjadi. Yang bermata sipit, berkulit kuning, disebut Cina. Yg putih, mancung disebut Arab. Yang coklat disebut pribumi. Ini dilakukan baik oleh penjajah Belanda, maupun oleh orang Indonesia sendiri yang sudah merdeka.

Namun di mata Tuhan, ini semua tidak ada. �Dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu,� kata Rasul Paulus dalam Kolose 3:11. Maka jangan lagi orang Kristen mengkotakkan orang lain dan mengatainya kafir, barbar, pribumi, cina, arab, dll. Namun, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembuutan dan kesabaran (Kol 3:12b).

Friday, November 17, 2017

Kebahagiaan Seorang Budak yang Merdeka

Kata budak sering kali kita temui di Alkitab. Rasul Paulus menyatakan dengan gembira bahwa, �Semua orang yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: Ya Abba, Ya Bapa.� (Roma 8:15)

Sistem perbudakan yang dikenal jaman dahulu mungkin sulit kita temukan lagi kini, walaupun masih ada jejak-jejaknya bila kita teliti mengamati kehidupan k. ita sekarang ini. Untuk mengilustrasikan betapa susahnya menjadi seorang budak, Alwi Shihab dalam buku Batavia Kota Hantu, menggambarkan dengan jelas kejadian yang sungguh terjadi di kota Jakarta ini. Walaupun namanya berganti dari budak menjadi kuli kontrak, kita akan dapat membayangkan sulitnya kehidupan mereka.  

�Pada tahun 1814, atau menjelang perbudakan hendak dihapuskan, di Batavia masih terdapat 14.239 budak...Pada tahun 1880, pemerintah mengeluarkan Koelie Ordonantie. Maka dimulailah era Kuli Kontrak. Di samping masalah upah, para kuli kontrak, mereka dipekerjakan di tempat-tempat yang mudah terserang malaria, tidak pernah dirawat di rumah sakit. Adanya sanksi yang berisi hukuman bagi kuli kontrak makin menambah terpuruknya hidup mereka. Para pengusaha dapat bertindak sewenang-wenang kepada [kuli kontrak] yang mencoba melawan atau kabur. Gaji mereka dipotong dan uang yang mereka kumpulkan dengan susah payah di rantau habis untuk ongkos pulang. Ada yang sudah bekerja selama 7 tahun dan tiap bulan gajinya dipotong 2,50 Gulden. Ketika hendak pulang, justru dia harus mengeluarkan uang 90 Gulden untuk ongkos kapal.�

Dengan membayangkan hal ini, kita makin dapat merasakan betapa sukacitanya kita yang telah dibebaskan dari perbudakan, yang tak perlu lagi merasa takut pada tuan kita yaitu Tuhan, bahkan boleh memanggilnya Bapa. Semoga kita makin mencintai rahmat pembaptisan kita dan mewujudkan syukur kita di dalam pelayanan kita.

Jangan Terbuai dengan Keindahan tapi Melupakan Penciptanya

Secara alamiah kita berpikir bahwa makin banyak informasi yang kita miliki, makin tepat keputusan yang akan kita ambil. Kenyataannya sains telah membuktikan bahwa hal tersebut tidak terjadi. Sebaliknya, makin banyak informasi yang kita miliki, keputusan kita akan makin terdistorsi (kabur). Malcolm Gladwell dalam bukunya Blink menuliskan bahwa keputusan yang kita ambil dalam waktu 2 detik, sama benarnya bahkan sering kali lebih benar daripada keputusan yang diambil setelah riset mendalam. Contoh yang ia sajikan adalah ketika sebuah patung yang terjual dengan harga 10 juta dolar kepada museum yang telah menelitinya selama 14 bulan, ternyata palsu. Kepalsuan itu ditunjukkan oleh seorang pakar yang melihatnya dalam waktu sebentar saja. �Ada sesuatu yang salah�. tapi saya tidak bisa mengungkapkannya,� kata pakar tersebut.


Bacaan pertama mengingatkan kita akan hal tersebut. Kita sering meneliti alam sekitar kita. Kita mampu mengetahui bahwa profil kromosom Y bapak akan terus diwariskan kepada anak lelakinya, kita tahu bahwa energi itu adalah massa kali kecepatan cahaya, dan sebagainya. Namun kenapa pertanyaan siapa pencipta semuanya itu tak bisa kita jawab dengan mudah? Perlukah kita mengetahui jawaban dari segala sesuatu yang ada di alam sebelum kita bisa menjawab bahwa penciptanya adalah Allah? Tidakkah dengan melihat pelangi, kita secara intuitif langsung menyebut penciptanya yang agung?


Kita menyibukkan diri dengan berbagai upaya untuk memperpanjang usia, mengelakkan diri dari kematian dan melihat masa depan. Namun kita lupa bahwa yang memiliki hidup itu adalah Allah. Tidak perlu kita mencari bentuk sel darah putih atau penyebab kanker sebelum kita mengimani Allahlah yang memberi hidup dan bila Ia mau, Ia dapat mengambilnya dari kita. Oleh karena itu marilah kita jangan berusaha memelihara nyawa kita, melainkan serahkanlah pada yang empunya kehidupan. Semoga kita pada harinya nanti diangkat dari kehidupan ini dan diberikan hidup yang kekal.
------------------------
Bacaan Liturgi 17 November 2017
Jumat Pekan Biasa XXXII
PW S. Elisabet dari Hungaria, Biarawati
Bacaan Pertama: Keb 13:1-9
Bacaan Injil: Luk 17:26-37

Tuesday, November 14, 2017

Syukur: Langkah Awal Kebahagiaan

Bersyukur. Bila kita tidak punya jabatan, apa yang harus kita syukuri? Bila kita berkuasa, apa yang harus kita syukuri? Banyak orang menjawab bahwa bila kita tidak punya jabatan maka hanya sedikit yang kita perlu syukuri, dan sebaliknya banyak yang kita harus syukuri ketika kita hidup berkuasa. Sebaliknya penulis Kitab Kebijaksanaan mengingatkan bahwa ketika kita yang tidak menepati hukum namun tidak punya jabatan maka ada banyak belas kasih sehingga kita tidak dihukum. Sebaliknya ketika kita berkuasa, maka akan disiksa dengan kejam. Patutkah kita tidak mensyukuri hal tersebut, yaitu terhindar dari amarah Tuhan yang hebat ketika kita tidak berkuasa?

Tapi hanya sedikit yang punya rasa syukur. Lihat saja kesepuluh orang kusta yang disembuhkan Yesus. Berapa yang datang kembali dan berterimakasih? Hanya 1 orang dan ia adalah orang asing. Artinya ia tidak mengenal Allah. Berapa banyak orang yang kita kenal di gereja, memiliki rasa syukur kepada Allah? Bagaimana mereka mewujudkan syukur itu di dalam kehidupannya dan pelayanannya? Mampukah mereka mengungkapkan itu secara terus terang seperti orang Samaria yang kembali itu?

Syukur adalah langkah awal menuju kebahagiaan. Orang yang penuh syukur adalah orang yang berbahagia. Mari kita bersyukur di dalam setiap keadaan yang kita hadapi.


------------------------

Bacaan Liturgi 15 November 2017
Rabu Pekan Biasa XXXII
PF S. Albertus Agung, Uskup dan Pujangga Gereja
Bacaan Pertama: Keb 6:2-11
Bacaan Injil: Luk 17:11-19

Thursday, November 9, 2017

Bermisi Seperti Paulus


Paulus memberitakan kabar sukacita kepada orang-orang non-Yahudi. Ia bangga bisa melayani orang-orang di luar Yahudi. Seringkali ia memuji  kelebihan dan keistimewaan jemaat Roma, dan itu membuat ia mampu mengambil hati jemaat Roma.

Sebaliknya, orang-orang Yahudi kala itu justru meremehkan orang-orang non-Yahudi. Tetapi Paulus tidak peduli. Sebaliknya ia berbangga hati, justru karena ia bisa  berkarya bagi Tuhan di tempat yang berbeda.

Boleh dibilang tidak nyaman. Tapi bagi Paulus ia justru puas jika bisa melayani di luar zona nyamannya. Ia mau bermisi keluar,  sehingga ia banyak juga melakukan misi perjalanan ke daerah-daerah baru di wilayah kaum kafir.

Kadang tanpa kita sadari, kita memiliki kebanggaan semu akan status gereja dan pelayanan kita.  Bertahan di tempat yg di dalamnya kita merasa akrab, aman, berhasil, bisa berbangga dll.  Namun kita lupa akan panggilan Tuhan yang sesungguhnya, yaitu bermisi keluar, melebarkan sayap dr zona nyaman  kita, berani menerima tantangan baru, bukan melayani disitu-situ saja tanpa perkembangan.

Banyak dari kita  pandai, berintelektualitas tinggi, berpotensi baik tapi takut melayani. Takut menjadi terbebani.

Di tahun-tahun belakangan ini Gereja Katolik banyak berbicara tentang Pancasila. Di situ kita berbicara tentang keberagaman, keadilan, kemanusiaan . Ada banyak tantangan baru, baik dalam komunitas, luar komunitas,  bahkan lintas agama , budaya dan kelompok.

Pertanyaannya; " Beranikah kamu dan saya, juga kita semua sebagai seorang Katolik, keluar dr zona nyaman kita dan menyambut tantangan baru itu dalam berkarya dengan membawa panji-panji yang sama dengan Paulus, yaitu Kristus .

Pewartaan kita akan diterima dunia kalau kita mampu mewujudkan kepedulian sosial yang tinggi pada sesama. Dan semoga, dengan penyertaan Tuhan, pewartaan itu akan membuahkan pertobatan di dunia. Selamat berkarya.

----------------------
Bacaan 10 Nov 2017
Roma 15:14-21
Injil Lukas 16: 1-18

Tuesday, November 7, 2017

Amos 5: 18-24 | Penyembahan yang mengalir ke setiap tempat



Bacaan Firman Tuhan: Amos 5: 18-24
Celakalah mereka yang menginginkan hari TUHAN! Apakah gunanya hari TUHAN itu bagimu? Hari itu kegelapan, bukan terang! Seperti seseorang yang lari terhadap singa, seekor beruang mendatangi dia, dan ketika ia sampai ke rumah, bertopang dengan tangannya ke dinding, seekor ular memagut dia! Bukankah hari TUHAN itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut dan tidak bercahaya?
"Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir."


Apa yang dilakukan oleh bangsa Israel tidak ubahnya dengan praktek penyembahan yang dilakukan oleh para penyembah berhala. Bangsa Israel datang kepada Tuhan untuk datangnya Hari Tuhan adalah supaya musuh-musuh mereka di taklukkan, mereka mengadakan hari raya, nyanyian pujian dan juga korban bakaran. Bahwa dengan itu semua mereka menganggap sudah dapat menyenangkan hati Tuhan, dan permintaan mereka pun di kabulkan.

Para penyembah berhala, perbuatan yang benar itu tidak penting, yang penting adalah bagaimana bagus, baik dan banyaknya persembahan yang mereka sampaikan. Hal ini tentu mendatangkan murka yang besar dari Tuhan, sebab ini namanya adalah penghinaan bagi Tuhan karena telah menyamakan Tuhan dengan berhala-berhala yang di sembah oleh orang kafir.

Mereka menganggap bahwa kedatangan Hari Tuhan itu adalah suatu kebahagiaan, ternyata firman Tuhan berkata lain bahwa kedatangan Hari Tuhan itu adalah kebinasaan bagi mereka. Sebab Hari Tuhan akan membawa kebinasaan bagi orang yang tidak hidup dalam kebenaran Tuhan, tetapi Hari Tuhan itu akan menjadi kebahagiaan bagi mereka yang hidup dalam kebenaran Tuhan.

Tidak ada yang mengetahui kapan Hari Tuhan itu akan datang, seperti pencuri di malam hari. Kapan Hari Tuhan itu datang dalam dunia ini dan bagi setiap pribadi, namun Tuhan Yesus dalam perumpamaanNya tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh mengingatkan kita supaya tetap berjaga-jaga. Berbahagialah kita seperti gadis-gadis yang bijaksana itu yang menyediakan perbekalan minyak pelitanya menanti mempelai laki-laki yang tidak tahu kapan waktu datangnya (Matius 25: 1-13).

Mungkin kita sering mendengar kata (kurang lebih seperti ini) �saudara kita ini sudah tenang kembali kepada Tuhan�, ketika ada acara perkabungan orang yang meninggal. Kata itu memberikan dua arti: pertama: memberikan penghiburan kepada keluarga yang berduka, Kedua: bisa timbul pemikiran dari orang yang mendengar, ternyata kalau sudah mati maka kita sudah tenang dan senang, asal sudah menjadi orang Kristen.

Satu sisi, kematian memang adalah suatu kebahagiaan karena kita akan bersama-sama Tuhan, namun di sisi lain kematian adalah suatu kengerian sebagaimana yang dikatakan di ayat 19 �Seperti seseorang yang lari terhadap singa, seekor beruang mendatangi dia, dan ketika ia sampai ke rumah, bertopang dengan tanggannya ke dinding, seekor ular memagut dia�.

Apakah memang benar kematian itu adalah ketenangan dan kebahagiaan? Tergantung apakah dia hidup dalam kebenaran Tuhan.

  • Bukan karena banyakya persembahan yang kita berikan, namun bagaimana ketulusan kita mengakui segala berkat Tuhan
  •  Bukan karena seringnya kita ibadah, tetapi bagaimana kesungguhan kita yang selalu rindu ingin bersekutu dengan Tuhan
  •  Bukan karena keindahan nyanyian kita, tetapi bagaimana kerinduan kita untuk selalu memuji Tuhan
  •  Bukan masalah kita aktif atau tidak dalam pelayanan di gereja, tetapi bagaimanakah kerinduan kita ingin berperan serta memajukan gereja Tuhan.

Dan yang sangat penting dari semua itu adalah bagaimana supaya penyembahan kita kepada Tuhan, persembahan kita pada Tuhan itu mengikut juga pada perilaku dan perbuatan kita di segala situasi dan tempat, tidak hanya di gereja. Sebagaimana Paulus menuliskan �Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku� (1 Korintus 14:15).  

Dan sebagaimana juga yang dikatakan di ayat 24 �Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir�. Bahwa air itu tidak diam di satu tempat, namun akan tetap mengalir ke semua tempat, hidup menyembah Tuhan, hidup yang benar itu tidak hanya di gereja tetapi juga terus mengalir ke semua tempat.

Jika demikian, maka itulah orang yang berjaga-jaga kapanpun datangnya Hari Tuhan, kita adalah orang yang sudah siap menerima Hari Tuhan menjadi hari yang terang penuh dengan sukacita abadi.

A House in the Sky (Rumah Di Atas Langit)

Di dalam bukunya, A House in the Sky, Amanda LIndhout bercerita tentang kisahnya diculik oleh pemberontak Somalia yang kemudian menuntut tebusan. Ia ditawan sampai 16 bulan. Di dalam masa penawanannya itu, ia dengan keras berusaha untuk  melihat para penawannya sebagai manusia yang baik, terutama kepada para tentara yang masih remaja. Ia mendengarkan cerita tentara itu tentang kekasihnya. Ia mendengarkan bagaimana para tentara itu berusaha untuk belajar berkomunikasi dalam bahasa inggris. Ia mendengarkan cita-cita beberapa tentara itu untuk membantu keluarganya. Upayanya itu berhasil membuat hatinya tetap lembut dan baik paska penawanannya sehingga ia mampu untuk membentuk suatu organisasi nirlaba untuk membantu penduduk Somalia.

Inilah yang dituntut oleh Yesus: melepaskan diri dari segala miliknya dan menjadi murid Yesus. Amanda telah berhasil melepaskan diri dari kebencian kepada penawan bahkan pemerkosanya. Ia telah berhasil melepaskan diri dari hartanya bahkan tubuhnya sendiri. Ini bukan proses yang mudah karena beberapa tahun setelahnya ia masih mengalami mimpi buruk, sebagaimana diakuinya sendiri. Namun proses yang sulit ini tidak menghalanginya untuk mengasihi orang lain.

Mampukah kita untuk melakukan hal yang sama? Mampukah kita menjawab tantangan Yesus untuk melepaskan diri dari segala miliknya, bahkan nyawanya sendiri, untuk mengasihi orang lain seperti Ia telah mengasihi kita?


-------------------
Bacaan Liturgi 08 November 2017
Rabu Pekan Biasa XXXI
Bacaan Pertama: Rom 13:8-10
Bacaan Injil: Luk 14:25-33

Thursday, November 2, 2017

1 Tesalonika 5: 1-11 | Sadar dan Berjaga-jaga

Bacaan Firman Tuhan: 1 Tesalonika 5: 1-11
Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita,

Menyegarkan kembali ingatan dan pengakuan iman kita tentang kedatangan hari Tuhan, yang tidak dapat kita prediksi kapan saat dan waktunya, tetapi kepastian yang kita pegang bahwa Hari Tuhan itu saatnya akan tiba ketika Yesus datang kembali ke dunia ini. Saat kedatangan hari Tuhan itu bisa ketika kita masih hidup maupun setelah kita meninggal.

Kedatangan hari Tuhan itu dapat menjadi suatu murka yang besar dari Tuhan namun Hari Tuhan itu juga bisa menjadi keselamatan bagi kita. Tergantung bagaimana kita dalam mempersiapkan diri. Dalam nas ini rasul Paulus menegaskan pada kita, bahwa harapan Tuhan kita akan mendapatkan keselamatan itu bukan murkaNya (ay. 9). Tetapi semuanya kembali pada diri kita, apakah kita mau di selamatkan atau mendapat murkaNya pada saat kedatangan Hari Tuhan yang dahsyat itu.

Nas ini ingin mengajarkan kita bagaimana sesungguhnya mempersiapkan diri dalam penantian kita akan datangnya hari Tuhan. Dikatakan �Tetapi kita yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan Iman dan Kasih dan berketopongkan pengharapan keselamatan� (ay. 8), pengertiannya di situ, bahwa kita harus membawakan diri dalam iman, kasih dan pengarapan layaknya orang pada siang hari yang melakukan aktifitas sehari-hari dan bukan seperti orang pada malam hari yang tidur terlelap ataupun seperti orang yang sedang mabuk yang tidak dapat menyelematkan diri ketika sesuatu terjadi tiba-tiba.

Tubuh kita bisa lemah, kita bisa saja istirahat dalam bekerja, kita bisa tidur bahkan kita sautu saat juga akan kembali menjadi tanah, namun firman Tuhan mengingatkan kepada kita bahwa Iman Kasih dan Pengharapan kita harus tetap hidup bekerja dan berkarya. Jangan kita biarkan Iman Kasih dan pengharapan kita itu tertidur, lemah bahkan mati. Sehingga dalam kehidupan kita sehari-hari jangan jadi terbalik, kita ingin kerja sampai-sampai 24 jam/hari itu kurang, namun Iman Kasih dan Pengharapannya tertidur, tidak bekerja.

Sehingga dalam menjalani kehidupan ini, jangan kita dahulukan pertimbangan pikiran tetapi dahulukanlah Iman Kasih dan Pengharapan kita menanggapi setiap apapun yang telah � sedang � yang akan terjadi. Dan kita juga harus pahami, sesungguhnya Iman Kasih dan Pengharapan itu tidak hanya berguna bagi penantian kita akan datangnya hari Tuhan, tetapi juga berguna dalam kehidupan kita di dunia ini. Sebab itu adalah pemberian Allah yang akan kita gunakan dalam perjalanan hidup kita di dunia ini dan juga untuk kehidupan kekal bersama Tuhan kita Yesus Kristus.

Tags