Latest News

Tuesday, June 27, 2017

Riwayat langit dan bumi (Kej 1 � 2:4)

Membaca kisah penciptaan rasanya seperti membaca kisah anak-anak, bahwa dunia diciptakan dalam 6 hari saja dan hari ke-7 Allah beristirahat. Tapi kita harus ingat bahwa Kitab Suci bukanlah kitab pengetahuan atau kitab sejarah yang dapat diperdebatkan bersama dengan buku-buku sains lainnya. Kitab Suci adalah buku iman, iman yang diturunkan dari generasi ke generasi sampai kepada kita, penganut agama Katolik Roma ini. Oleh karena itu dalam cahaya iman itulah kita perlu memahami kisah penciptaan ini, yaitu iman yang teguh bahwa Allahlah yang menciptakan dunia dan segala isinya. Sebelum penciptaan itu maka tidak ada apa-apa.


Kitab Kejadian ini ditulis pada abad 7 SM sewaktu bangsa Israel dibuang ke Babel. Tujuan penulisan ini adalah menguatkan iman bangsa yang sedang runtuh karena pembuangan ini. Penulis kitab ini tentunya bukan Nabi Musa walaupun termasuk Kitab Taurat, karena Nabi Musa saat itu sudah wafat. Bahan dari tulisan ini adalah iman yang diturunkan secara lisan bahwa Allah pencipta dan pemelihara semuanya, maka Allah akan mampu pula untuk membebaskan bangsa Israel dari tangan penjajahnya. Untuk �membuktikan� iman inilah, maka si penulis menuliskan kisah penciptaan yang luar biasa ini.

Namun tak lepas pula kita memiliki pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai hal di dalam kisah ini. Karenanya kita ingin menggali berbagai pertanyaan yang sering diajukan tentang bagian ini:
         Apa yang dimaksud dengan �Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ke....?�
Bangsa Yahudi, sampai sekarang, selalu menganggap bahwa petang, ketika matahari sudah tenggelam, adalah awal suatu hari. Frase �jadilah petang dan jadilah pagi� merupakan ungkapan yang dipakai orang pada era Alkitab untuk menggambarkan satu periode hari, sama ketika orang modern mengatakan �siang dan malam�. Pembaca pada jaman itu tahu ketika frase �petang dan pagi� muncul, itu merupakan ungkapan yang menyatakan satu hari (entah yang dimaksud 24 jam atau satu periode waktu tertentu).

Istilah �petang� yang dipakai, yaitu ereB, berasal dari ungkapan yang merujuk pada �tenggelamnya matahari� (sunset). Sedangkan istilah �pagi�, B�qer, secara literal berarti pagi saat matahari mulai terbit di timur. Namun sekali lagi, walau �petang� yang dimaksud adalah seperti saat matahari tenggelam dan �pagi� yang dimaksud adalah saat matahari mulai terbit, penggunaan gabungan 2 kata ini tidak dapat dipahami secara literal. Frase ini berfungsi seperti sebuah idiom bagi orang jaman itu.

Banyak orang percaya bahwa hari-hari penciptaan merupakan hari dalam arti 24 jam karena digambarkan sebagai terdiri atas "petang" dan "pagi". Yang lain percaya bahwa "petang" dan "pagi" hanya berarti bahwa suatu petang mengakhiri tahap penciptaan tersebut dan keesokan paginya merupakan awal yang baru lagi. Ingat bahwa matahari dan bulan belum diciptakan sampai hari keempat, maka tidak mungkin bahwa petang dan pagi bisa muncul, bila diartikan secara harafiah, pada hari yang pertama.

         Ketika Allah beristirahat, apakah yang proses penciptaan berhenti?
Tidak. Penciptaan masih terus berjalan sampai saat ini. Gereja Katolik menyebut bahwa melalui Sakramen Perkawinan, Allah mengizinkan manusia untuk secara khusus ikut serta dalam karya penciptaanNya sendiri. (KGK 1652)

Pada sastra Timur Dekat kuno, istirahat ilahi diperoleh dalam kuil pemujaan sebagai hasil munculnya tatanan (order) di atas kekacauan (chaos). Istirahat dapat dipandang sebagai suatu "pelepasan" (disengagement), setelah pekerjaan penciptaan sudah selesai, tetapi juga suatu "pengikatan" (engagement), karena Allah sekarang hadir dalam bait-Nya untuk memelihara suatu alam semesta yang kokoh dan tertata.

Selain itu perbuatan Allah adalah contoh untuk perbuatan manusia. Allah berhenti dan beristirahat, maka manusia juga harus berhenti dan beristirahat. Hari ketujuh yang nantinya disebut hari Sabat, menghentikan sebentar pekerjaan sehari-hari dan memberi istirahat. Itulah hari protest terhadap kerja paksa dan pendewaan uang. (KGK 2172)


         Darimanakah bahan-bahan kisah penciptaan ini diambil?
Bangsa Israel adalah bangsa yang terus menerus bersinggungan dengan bangsa lain, dan karenanya berbagai mitologi dan kisah-kisah rakyat berbagai bangsa diadopsi dan dibentuk sesuai dengan imannya. Kisah penciptaan ini memiliki kesamaan dengan Kisah Enuma Elish dari Babilonia di mana pada awalnya kondisi bumi kacau dan tidak ada apa-apa kecuali Apsu bapa mereka dan Tiamat ia yang melahirkan, serta air (Kej 1:2 � Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air).

Kisah ini juga mirip dengan mitos di bangsa Mesir di mana Allah mencipta dengan firman, sama seperti Dewa Ptah yang mencipta kota Memphis dengan perkataan. Allah mencipta manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas, sementara Dewa Ea mencipta manusia dari Darah Qingu.

Dan sama dengan kedua mitos itu, manusia juga diberi tugas untuk memelihara dan menjaga semua ciptaan, melestarikan alam dan bumi.

         Apa artinya manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah?
Manusia diciptakan menurut gambar Allah (b?-tse-lem Elohim; di mana "b?" adalah kata depan "menurut", "tselem" berarti "gambar"). Pada bagian awal ayat 27 tertulis b?-?al-mow yang berati "menurut gambarnya". Frasa ini dapat ditafsirkan bermacam-macam, termasuk:
o   Mempunyai kualitas spiritual Allah seperti intelek, kehendak, dan sebagainya;
o   Mempunyai bentuk fisik Allah;
o   Kombinasi dua hal di atas;
o   Merupakan perwujudan Allah di dunia dan dapat menjalin hubungan dengan-Nya;
o   Merupakan wakil Allah di bumi.

         Bagaimana urutan penciptaan itu ditentukan?
Bila diperhatikan maka penciptaan dapat dibagi menjadi 2, yaitu hari 1 � 3 dan hari 4 � 6. Pada hari 1 � 3 Allah menciptakan landasan penciptaan dengan urutan langit (terang-gelap), laut (cakrawala memisahkan air di atas dan di bawah) dan bumi (memisahkan daratan dan lautan serta tanaman. Pada hari 4 � 6, Allah menciptakan isinya dengan urutan yang sama yaitu langit (matahari dan bulan), laut (mahluk air dan burung yang melintasi cakrawala) serta bumi (binatang darat dan manusia).
Menurut catatan ini tidak digunakan kata "menciptakan" atau "membuat" bagi tumbuh-tumbuhan, melainkan hanya ada perintah bagi tanah untuk menumbuhkan mereka. Ada tafsiran teologi yang melihat bahwa Allah telah memberikan kemampuan bagi tanah (atau bumi) yang asalnya gersang, untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan setelah diperintahkan oleh Allah, kemampuan itu dinyatakan.
         Kenapa tidak disebut matahari dan bulan melainkan benda-benda penerang besar dan kecil?
Menurut Victor Hamilton, kebanyakan sarjana setuju bahwa penggunaan pilihan kata "benda penerang yang lebih besar" and "benda penerang yang lebih kecil" daripada istilah yang lebih eksplisit "matahari" dan "bulan", merupakan suatu retorik anti-mitologi yang dimaksudkan untuk melawan kepercayaan yang meluas zaman dahulu bahwa matahari dan bulan sendiri adalah dewa-dewa.

         Siapa �KITA� dalam ayat 1:26, ketika Allah menjadikan manusia?
Ada sejumlah teori di mana dua yang paling menonjol adalah "Kita" di sini adalah kata ganti jamak keagungan untuk raja-raja (majestic plural), atau mencerminkan suatu "dewan ilahi" di mana Allah bertahta sebagai raja dan mengusulkan penciptaan manusia kepada para ilahi yang lebih rendah kedudukannya, biasanya dipahami sebagai para malaikat.

Pendapat Yahudi Rabbinik adalah: Allah sedang berbicara kepada para malaikat yang ada di sekeliling-Nya. Parafrasa Targum Yonatan menulis, "Dan Allah berkata kepada malaikat malaikat yang melayani yang sudah diciptakan-Nya pada hari kedua dari penciptaan alam semesta, 'Mari KITA jadikan manusia'. Sementara pendapat Yahudi Messianik adalah: Allah sedang berbicara kepada pribadi-Nya sendiri karena pribadi Allah itu kompleks, di sana ada firman-Nya, Roh-Nya, kehendak-Nya, dan lain-lain.

Adapula pendapat Kristen Trinitarian yaitu: Bapa sedang berbicara kepada Anak, dan kepada Roh Kudus. St. Barnabas mengatakan: �Sebab Kitab Suci berbicara tentang kita, ketika Ia [Allah] berkata kepada Putera-Nya, �Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita� (Lih. St. Barnabas, Epistle of Barnabas, Ch. VI).� St. Yustinus Martir mengatakan: �perkataan, �Baiklah Kita menjadikan�� kita dapat dengan tiada ragu mengetahui bahwa Allah bercakap dengan Seseorang Pribadi yang lain�� (St. Justin Martyr, Dialogue with Trypho, a Jew: Ch. LXII).


St Ireneus berkata: �Maka bukan para malaikat, yang menciptakan kita, ataupun membentuk kita, juga para malaikat tidak mempunyai kuasa untuk membuat/ mencipta sebuah gambar rupa Allah. Tidak seorangpun, tidak ada kuasa apapun yang terpisah dari Bapa segala sesuatu, selain daripada Sang Firman Allah [yang mencipta]. Sebab Allah tidak memerlukan para malaikat ini, untuk menyelesaikan apa yang telah ditentukan-Nya sejak semula, seolah Ia tidak memiliki tangan-Nya sendiri. Sebab pada-Nya selalu hadir Sang Firman dan Kebijaksanaan, Sang Putera dan Roh Kudus, yang dengan Keduanya dan di dalam Keduanya.. Ia [Allah] menciptakan segala sesuatu; yang kepada Keduanya Ia berkata, �Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.� (St. Irenaeus, Against Heresies, 4:20:1).

No comments:

Post a Comment

Tags