Latest News

Sunday, October 28, 2018

Kebutaan



Kebutaan.

Penderitaan yang rutin dan berlangsung lama, sakit yang berkepanjangan tiada kunjung sembuh, kebutaan dan cacad  sejak kecil yang membatasi aktivitas sehari-hari, kegagalan demi kegagalan dalam usaha serta berbagai bentuk frustrasi  cenderung melemahkan bahkan mematikan semangat  hingga bisa putus asa.

Inilah yang dialami bangsa Israel dalam masa pembuangan di Babilon. Penderitaan hidup dan berbagai perlakuan kasar yang dialami setiap hari itu membuat mereka kehilangan kepercayaan dan frustrasi. Mereka tidak percaya lagi kepada para tua-tua, nabi bahkan ALLAH pun mau mereka tinggal. Tetapi, nabi Yeremia, utusan ALLAH, seperti dikisahkan dalam Bacaan Pertama menggugah lagi semangat bangsa terpilih tapi terbuang itu. Ia mengulang terus janji pemulihan Israel. Dan ALLAH sendiri meyakinkan Nabi dan keyakinan ini hendaknya ditanamkan kepada umat, dengan berfirman : “AKU  mengasihi engkau dengan Kasih yang kekal, sebab itu AKU  melanjutkan kasih setia-KU  kepadamu. AKU akan membangun engkau kembali. .... Sesungguhnya, AKU akan membawa mereka dari tanah utara dan akan mengumpulkan mereka dari ujung bumi, di antara mereka ada orang buta dan lumpuh....” (Yer. 31: 3, 8). Pernahkah kita sendiri mengalami frustrasi seperti bangsa Israel itu?

Belas kasih dan setia pada janji-NYA, ini pula yang tampak menonjol pada karakter seorang Imam Besar  “untuk selama-lamanya menurut peraturan Melkisedek”  (Ibr. 5: 6), yaitu KRISTUS  sendiri. Hal ini nampak jelas pada peristiwa di Yeriko, ketika YESUS memasuki kota itu bersama para murid dan serombongan orang yang mengikuti-NYA. Di tengah  perjalanan itu ada seorang pengemis buta sejak lahir yang disadarkan bahwa YESUS, Guru Muda dari Nazaret sedang melewati jalan itu. Bartimeus, anak Timeus  -   demikian nama si pengemis buta itu -  begitu mengetahui YESUS  lewat segera berseru: “YESUS, Anak Daud, kasihanilah aku!”  Banyak orang menegurnya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru :Anak Daud, kasihanilah aku!”  (Mrk. 10: 47, 48). Terdorong oleh belas kasih, YESUS  berhenti dan memanggil Bartimeus. DIA menanyakan kepada pengemis buta itu, apa yang dikehendakinya. “Rabuni, supaya aku dapat melihat!”  demikian jawab Bartimeus mantap (ayat 51b).  Dan YESUS pun mengabulkan keinginannya itu : “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” (ayat 52).  Demikianlah si pengemis buta itu bisa melihat, dan kini ia “menanggalkan jubah pengemisnya”  serta kemudian mengikuti YESUS.

Bartimeus buta sejak lahir. Kita secara pisik pasti tidak buta. Kita bisa menikmati hidup ini dengan memanjakan mata kita melalui barang-barang  dan pemandangan alam yang indah serta pribadi-pribadi orang yang ramah dan murah senyum.  Namun, masalahnya, apakah kita benar-benar melek dan  tidak buta secara psikis dan spiritual? Bukankah mata rohani kita masih dan tetap buta, bila melihat orang lain sengsara tapi tidak peduli dan tidak berbuat apa-apa? Bukankah kebutaan hati kita masih berlangsung manakala sifat egois dan egosentris kita biarkan terus berkembang? Bukankah kita tetap “buta” bila melihat ketidak-beresan tetap berlangsung di seputar kita?  Bukankah kita buta secara psikis, bila selalu suka “sms” (senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang)? Bukankah kita buta hati bila membiarkan orang-orang terdekat kita tetap prihatin melihat tingkah laku kita yang a-sosial dan berbuat sekehendak hati kita? Deretan litani pertanyaan reflektif ini masih bisa kita lanjutkan, untuk menguji apakah kita benar mengalami kebutaan hati atau batin atau tidak.
Kalau kita memang masih mengalami “kebutaan hati atau batin” , kita membutuhkan sentuhan penyembuhan dari “Sang Imam Besar”  yang penuh belas kasih, yaitu YESUS  sendiri!  Marilah kita berseru bersama Bartimeus : “Rabuni, supaya aku dapat melihat”. Marilah kita juga mendoakan Bangsa dan Tanah Air kita, yang hari ini merayakan ulang tahun ke-90  Sumpah Pemuda, kiranya bunyi sumpah itu benar-benar kita pahami, kita hayati dan kita amalkan secara nyata dalam masyarakat kita.

Ya YESUS, aku mohon, semoga mata pisik dan mata hatiku tetap sehat dan dapat jermih melihat sesuatu  yang terjadi dalam hidupku. Aku juga mohon agar belas kasih-MU  selalu terpancar bagiku, supaya aku juga bisa berbelas kasih kepada sesamaku. Amin.

RAGI Minggu 28 Oktober 2018  Hari Minggu Biasa XXX :  Yer. 31: 7-9; Mzm. 126: 1-2ab, 2cd-3, 4-5, 6; Ibr. 5: 1-6; Mrk. 10: 46-52.


No comments:

Post a Comment

Tags