Latest News

Sunday, January 15, 2017

Iman Perwira yang Mengherankan Yesus

Iman Perwira  yang Mengherankan Yesus

Semua orang Katolik pasti ingat pernyataan ini: �Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang pada saya, tapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh.� Tapi tidak semua orang tahu siapa yang menyatakan ini, yaitu seorang perwira di Kapernaum yang imannya sempat membuat heran Yesus. Silakan baca kisah lengkapnya di Injil Matius 8:5-13.


Pada dasarnya kisah ini juga diceritakan di kedua Injil lainnya, Lukas dan Markus, namun dengan sedikit perbedaan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:





Di jaman Romawi, istilah �Hamba� bisa memiliki beberapa arti:
1. Hamba yang artinya pembantu atau budak, orang disuruh-suruh untuk mengerjakan kerjaan berat
2. Hamba yang artinya asisten, orang yang selalu berada dekat supaya muda untuk disuruh mengerjakan hal-hal misalnya buat kopi, memanggil orang, dan sebagainya
3. Hamba yang artinya asisten pribadi, orang yang selalu memenuhi kebutuhan tuannya, tahu yang dibutuhkan atau rutin dilakukan oleh tuannya dan juga seringkali untuk memenuhi kebutuhan seksual tuannya.

Dari ketiga arti ini, nomor 3 mungkin adalah yang paling masuk akal, mengingat tuannya sampai datang ke Yesus dan tahu hambanya sangat menderita. Tentu ada hubungan pribadi di antara hamba dan tuannya. Arti nomor 1 dan nomor 2 bersifat lebih impersonal.

Dengan mengetahui latar belakang hubungan yang tidak baik, karena pasti keduanya lelaki (homoseksual), Yesus meresponnya dengan menarik. Pertama, Ia langsung menjawab. Ia tidak bertanya-tanya apa penyakitnya, siapa namanya, apakah si hamba orang Yahudi atau bukan mengingat si perwira mungkin bukan Yahudi, maupun kenapa si perwira datang padaNya. Ini menunjukkan Yesus tidak memilih-milih orang. Kedua, Yesus langsung bertindak. Ia langsung mengatakan bahwa �akan datang�. Ia tidak hanya janji.

Nah, yang makin menarik dan bisa menjadi teladan kita adalah sikap dari si perwira. Perwira ini adalah orang Romawi, sehingga dianggap kafir oleh orang Yahudi. Dari kata-kata awalnya �saya tidak layak�� menunjukkan bahwa si perwira adalah orang yang memahami agama Yahudi dan toleran terhadapnya. Si perwira tahu apabila orang Yahudi masuk rumah orang kafir, maka ritual pembersihan diri dari kenajisan akan sangat rumit dan panjang. Ia tidak mau Yesus harus melewati itu semua.

Ada pula kemungkinan kedua. Si perwira menyadari bahwa hubungannya dengan si hamba adalah hubungan yang berdosa. Oleh karena itu ia mengatakan bahwa ia tidak layak menerima Tuhan yang kudus di rumahnya yang telah ternoda dengan dosa-dosanya.

Lalu si perwira meninggikan Yesus atas segala penyakit. Ini jelas nampak di dalam analoginya tentang pemimpin dan bawahan. Bagi si perwira itu Yesus cukup mengucap 1 kata, dan penyakit akan tunduk, sama dengan si perwira cukup mengucap 1 kata dan bawahannya taat.   Iman inilah yang mengherankan dan akhirnya dipuji oleh Yesus di ayat 10, dan hasilnya adalah Yesus menyembuhkan si hamba di ayat ke-13.

Bisakah kita memiliki iman seperti si perwira? Bila kita sakit, kita percaya Yesus cukup mengucapkan 1 kata dan penyakit kita akan disembuhkan. Bila kita sedang dalam kesulitan, kita percaya bahwa 1 kata Yesus cukup untuk mengantar kita ke jalan keluar yang bahagia. Bila kita sedang dalam dukacita, 1 kata dari Yesus cukup untuk menghibur kita.

No comments:

Post a Comment

Tags