Latest News

Thursday, January 12, 2017

Merespon dengan Iman

Pernahkah mengalami suatu kejadian yang disaksikan oleh 2 orang namun respon keduanya berbeda? Suatu saat aku dan temanku melihat seorang ibu tua yang sedang berdiri di tepi jalan yang ramai dan melihat ke seberang. Kami menduga ibu itu ingin menyeberang namun takut tertabrak karena banyaknya kendaraan yang berseliweran. Sebagai anak muda yang hendak membantu, kami menghampiri ibu itu dan menawarkan bantuan menyeberangkan. Ibu itu menolak, lalu berusaha menghindari kami. Kami pikir ia malu, dan kami menawarkan lagi jasa kami dan ditolak lagi. Ketika kami masih berusaha meyakinkan si ibu agar mau menyeberang dengan kami, ibu itu membentak: �Saya masih bisa nyebrang sendiri!� Dengan kaget kami meninggalkan ibu itu sendiri.

Setelah jauh dari ibu itu, saya tertawa dan bilang pada teman saya bahwa seharusnya kita bertanya dulu pada si ibu apakah ia mau disebrangkan atau tidak. Saya menganggap kejadian itu lucu sekali. Tak diduga, wajah teman saya merah padam dan dengan marahnya ia mengutuk si ibu agar tertabrak ketika menyebrang. Ternyata teman saya merasa ibu itu sangat sombong dan menyinggung perasaannya.

Inilah yang dihadapi oleh setiap kejadian. Respon yang berbeda karena dilihat dengan sudut pandang berbeda dan pengalaman yang berbeda. Perbedaan respon itu bisa sangat besar dan tak disangka-sangka. Ini pulalah yang dihadapi Yesus ketika Ia mengampuni dosa dan menyembuhkan si lumpuh. Ada 2 macam orang yang sama-sama melihat kejadian tersebut namun punya respon yang berbeda. Yang pertama adalah yang langsung mengimani bahwa Yesus adalah Tuhan. Yang kedua adalah mereka yang melihat tapi menyangkal ketuhanan Yesus dengan alasan penghujatan, karya setan, dan sebagainya. Jenis yang manakah kita?


----------------
Jumat, 13 Januari 2017
Ibr 4:1-5, 11
Mzm 78:3,4bc,6c-7,8
Mrk 2:1-12

Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentianNya masih berlaku. Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya. Sebab kita yang beriman, akan masuk ke tempat perhentian seperti yang Ia katakan: "Sehingga Aku bersumpah dalam murkaKu: Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu," sekalipun pekerjaanNya sudah selesai sejak dunia dijadikan. Sebab tentang hari ketujuh pernah dikatakan di dalam suatu nas: "Dan Allah berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaanNya." Dan dalam nas itu kita baca: "Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu." Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorangpun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga.  (Ibr 4:1-5,11)

Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami, kami tidak hendak sembunyikan kepada anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatanNya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukanNya. supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya kepada anak-anak mereka, supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintahNya; dan jangan seperti nenek moyang mereka, angkatan pendurhaka dan pemberontak, angkatan yang tidak tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah.  (Mzm 78:3-4,6-8)

Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepadaNya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepadaNya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atasNya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anakKu, dosamu sudah diampuni!" Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hatiNya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" � berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu �: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat."  (Mrk 2:1-12)

No comments:

Post a Comment

Tags