Latest News

Thursday, November 2, 2017

Taat Hukum Tanpa Kasih adalah Mati

Sewaktu saya masih duduk di SMA, saya ingin sekali tinggal di Singapura. Karena menurut saya negara itu sangat tertib hukum. Orang yang buang sampah sembarangan akan didenda, menyeberang jalan sembarangan akan ditilang. Saya juga ingin tinggal di negara barat seperti Swedia, karena menurut saya orang-orangnya tepat waktu serta tertib di dalam antrian. Kedua negara ini sangat berbeda dengan Indonesia yang kita tahu fleksibel dalam hal-hal di atas. Suatu hari saya sedang di Swedia pada pagi hari di musim dingin, toko-toko belum buka, dan kebelet pipis. Saya mengetuk pintu salah satu toko dan melihat ada seorang pegawai di sana yang menolak membukakan pintu walaupun alasan saya adalah mau pinjam toilet. Untungnya saya menemukan toilet umum agak jauh dari situ dan terhindar dari rasa malu. Tak lama kemudian saya mendengar teman saya berkata bahwa "betapa menyenangkannya di Brazil, ketika orang terkadang tidak tepat waktu karena terlalu menikmati sekitarnya."

Apa yang saya pelajari dari situ? Betul bahwa sungguh menyenangkan bahwa hukum itu ada untuk mengatur hidup sehari-hari dan interaksi antar orang. Namun hukum yang terlalu ketat akan mengekang hidup dan membuat hidup itu sendiri tak bernilai. Kita membuat hukum agar hidup menjadi lebih menyenangkan dan bisa dihargai secara bersama-sama. Tentu tidak enak kalau semua orang egois dan mengklaim setiap rumah adalah rumahnya sendiri, dan pasanganku adalah pasanganmu juga. Ini adalah chaos. Tetapi kita membuat hukum agar kita bisa saling menghargai orang lain lalu menikmati hidup bersama-sama dengan mereka.

Tapi orang Israel memandang hukum adalah demi hukum. Rasul Paulus menyatakan bahwa ia sangat bersedih karena saudara-saudaranya bangsa Israel telah menerima hukum dari Allah. Namun bila kita terus membaca beberapa ayat setelah perikop tersebut, kita tahu bahwa menurut Paulus, bangsa Israel "sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu." (Rm 9:31). Yesus pun menegur hal yang sama ketika Ia hendak menyembuhkan orang di hari Sabat. Ia berkata: "Siapakah di antara kalian yang anak atau lembunya terperosok ke dalam sumur,
tidak segera menarik ke luar, meskipun pada hari Sabat?" Dan tidak seorangpun membantahnya.

Apa yang hendak diajarkan Yesus? Hukum Sabat adalah penting, mungkin salah satu hukum paling penting di kalangan Bangsa Israel. Namun hukum itu sendiri bukanlah yang terpenting. Yang paling penting adalah berbuat baik setiap hari, terutama di hari Sabat, supaya hidup dan relasi kita dengan Allah menjadi makin baik.



-----------------------
Bacaan Liturgi 03 November 2017
Jumat Pekan Biasa XXX
PF S. Martinus de Porres, Biarawan
Bacaan Pertama: Rom 9:1-5

Bacaan Injil: Luk 14:1-6

No comments:

Post a Comment

Tags