Latest News

Tuesday, January 30, 2018

Kesombongan yang Menjauhkan Rahmat

Kesombongan selalu membuat rahmat Tuhan jauh daripada kita. Raja Daud mengadakan sensus karena kesombongannya sendiri. Kegiatan sensus itu sendiri sebenarnya tidak menyebabkan dosa, karena Musa juga melakukan sensus atas perintah Allah. Namun Daud memiliki keinginan sendiri, yaitu untuk membandingkan dirinya sendiri sebagai raja atas sekian banyak orang, jauh lebih banyak daripada suku-suku lain di sekitarnya. Oleh sebab itulah ia kemudian merasa bersalah dan akhirnya Allah menyebabkan tulah bagi bangsa Israel, yaitu sampar.

Kesombongan pulalah yang telah membuat orang-orang di tempat asal Yesus tidak mengalami mukjizat sebanyak tempat lain yang dikunjungi Yesus. Kesombongan bahwa tidak mungkin seorang anak tukang kayu, anak Maria, dan yang saudara-saudaranya mereka kenal sebagai orang yang biasa-biasa saja, dapat menciptakan mukjizat seperti yang mereka telah dengar. Kesombongan itu membuat rahmat yang dibawa oleh Yesus tidak bekerja pada mereka.

Marilah kita merenungkan diri kita sendiri? Adakah kesombongan kita telah menjauhkan kita dari rahmat Tuhan? Adakah kita berpikir bahwa hal itu tidak mungkin karena  si pembawa rahmat adalah orang berdosa, orang yang kurang pintar dan kurang suci dibandingkan kita? Adakah kesombongan kita telah membuat mukjizat Tuhan tidak nyata, karena kita berpikir mukjizat itu seharusnya cukup besar untuk dilihat banyak orang, atau cukup signifikan dalam merubah hidup kita? Semoga kita mampu untuk mengalahkan kesombongan, melihat rahmat Tuhan dalam hal-hal kecil dalam hidup kita, yang dibawa oleh setiap orang yang bersentuhan dengan kehidupan kita. Karena Tuhan kita yang maha besar, mampu memberikan rahmatNya melalui setiap perkara dan setiap orang.

-----------------
Bacaan Liturgi 31 Januari 2018
Hari Biasa, Pekan Biasa IV
PW S. Yohanes Bosko, Imam
Bacaan Pertama: 2Sam 24:2.9-17

Bacaan Injil: Mrk 6:1-6

Monday, January 29, 2018

Kejadian 12: 1-9 | Berjalan Bersama Berkat Tuhan



Bacaan Firman Tuhan: Kejadian 12: 1-9

Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."


�Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu� � janji ini menggerakkan langkah Abram untuk meninggalkan kehidupannya yang nyaman bersama Ayahnya. Tanah Ur yang makmur dan modern harus dia tinggalkan menuju tanah yang di janjikan oleh Tuhan.

�Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat� � Abram menerima rencana Tuhan atas hidupnya yang walaupun hal itu masih jauh dari kenyataan. Namun Abram menaruh imannya pada janji Tuhan atas hidupnya.

�Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat� � Abram bergerak menuju janji Tuhan bukan dengan tangan kosong. Dia bukan sedang menuju medan pertempuran tanpa senjata, melainkan Tuhan memperlengkapinya dengan �berkat penyertaan Tuhan� untuk membuka jalan baginya walau seberat apapun halangan yang ada di depan.


Yesus Kristus adalah berkat di atas segala berkat. Dari semua yang ada pada kita, hanya ada satu berkat yang terbesar dan terindah dan juga yang akan kekal selamanya yaitu Yesus Kristus yang kita imani. Yesus Kristus adalah rencana besar Tuhan pencipta kehidupan. Dalam mewujudkan rencanaNya, Abram di panggil oleh Tuhan memulai langkah awal mewujudkan bangsa yang besar, yaitu bangsa yang di berkati oleh Tuhan. Sehingga patutlah kita bersyukur oleh iman kepada Yesus Kristus telah menjadi bagian dari orang-orang yang diberkati oleh Tuhan sebagaimana janji berkat yang di sampaikan kepada Abram.

Dalam iman kita kepada Tuhan Yesus, kita di perhadapkan pada panggilan Abram dalam mengambil keputusan atas panggilan Tuhan, yaitu �melangkah dengan iman�. Menjadi pengukut Yesus berarti mengambil keputusan berjalan dengan iman kepada Yesus. Tidak ada yang harus di ragukan akan apa yang akan terjadi di depan, tetapi mengimani janji Tuhan atas �berkat penyertaanNya�.

Sehingga kita di ingatkan oleh Firman Tuhan untuk memandang kehidupan ini dengan iman. Orang percaya tidak asal hidup, tidak asal bekerja, tidak asal berbuat dan bertindak. Hidup orang Kristen bukan hidup yang �asal-asalan�tetapi hidup yang di dasari oleh kepastian: �Tuhan yang memanggil� � �Tuhan yang menyertai� � �Tuhan yang menggenapi janjiNya�.

Perjalanan hidup kita adalah perjalanan yang di tuntun oleh Tuhan, perjalanan hidup yang hanya mengandalkan berkat Tuhan. Saatnya kita meninggalkan zona nyaman kita hidup yang hanya mengandalkan kekuatan dan pikiran, dan kita menerima panggilan Tuhan untuk menerima hidup yang hanya bergantung pada berkat dan petunjuk Tuhan.  


Thursday, January 25, 2018

Bagaimana Mewariskan Iman Kita?

Mewariskan iman adalah sesuatu yang sulit, bahkan dari orang tua kepada anak-anaknya. Oleh sebab itu Rasul Paulus selalu mendoakan Timotius yang memperoleh imannya dari nenek dan ibunya. Ia pun sangat bersyukur atas nenek dan ibu Timotius yang telah mewariskan iman yang baik kepada Timotius.

Yesus pun ketika mengutus murid-muridNya tahu bahwa iman sulit untuk diwariskan.Oleh karena itu Ia mengutus mereka berdua-dua agar saling membantu. Oleh karena itu Ia mengutur mereka tanpa apa-apa, supaya mereka membuka diri mereka sendiri dan buka dompet mereka. Oleh karena itu Ia mengutus mereka agar jangan berpindah-pindah rumah, agar orang merasa nyaman dan membuka hati bagi iman yang akan diwariskan. Mewariskan iman membutuhkan keterbukaan hati dari si pewaris dan si penerima. Walaupun lebih mudah warisan tersebut dilakukan di dalam keluarga, namun Allah tetap memungkinkan warisan tersebut terjadi di luar garis kekeluargaan.

Tapi bagaimana mewariskan iman? Tampaknya proses mewariskan iman membutuhkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Proses itu juga membutuhkan kesediaan untuk menderita bagi Injil-Nya. Lainnya tidak dikatakan lagi baik oleh Rasul Paulus maupun oleh Yesus. Tapi beranikah kita untuk melalui proses tersebut, membuka hati, melepas segalanya, dan mengobarkan roh yang ada pada kita semua berkat penumpangan tangan. Mari bersama-sama mewariskan iman.

------------------------------------------------
Bacaan Liturgi 26 Januari 2018
Hari Biasa, Pekan Biasa III
PW S. Timotius dan Titus, Uskup
Bacaan Pertama: 2Tim 1:1-8

Bacaan Injil: Luk 10:1-9

Tuesday, January 23, 2018

St. Fransiskus dari Sales: Ambillah Hatiku Tuhan

Tiap tanggal 24 Januari Gereja memperingati salah satu orang kudusnya, yaitu St. Fransiskus dari Sales. Ia adalah uskup di Geneva, Swiss. Sebagai seorang uskup, ia tetap memperhatikan perkembangan iman umatnya. Banyak orang bertobat bukan karena kepintarannya sebagai uskup tetapi karena kebaikan hatinya. Fransiskus menulis: �Jika ada sesuatu yang lebih mulia dari pada kelemahlembutan dan kerendahan hati, tentunya Tuhan sudah mengajarkannya kepada kita. Tuhan justru mengajarkan dua hal kepada kita yakni kelemahlembutan dan kerendahan hati�.

Ia pernah menulis sebuah doa yang bagus yang menunjukkan bagaimana Ia memiliki devosi kepada Hati Kudus Yesus: �O, Juruselamat kita akan mengambil hati kita dan menggantikannya dengan Hati-Nya sendiri. Namun, bukankah dengan demikian membuat hati kita sepenuhnya menjadi Hati-Nya � milik Hati-Nya secara murni dan tak dapat diubah? O semoga Yesus kita yang manis melakukan ini! Aku menyebabkan timbulnya pikiran Yesus untuk melakukan ini oleh Hati-Nya dan oleh kasih yang ada dalam Hati-Nya itu, yaitu kasih di atas segala kasih. Seandainya Dia tidak melakukannya (tetapi tanpa ragu Dia akan melakukannya karena kita minta kepada-Nya), maka sedikitnya Dia tidak akan dapat mencegah kita untuk mengambil Hati-Nya, karena Dia masih mempunyai dada-Nya yang terbuka untuk ini; dan apabila kita harus merobek dada kita sendiri untuk menaruh Hati-Nya di dalamnya dan bukan hati kita, tidakkah kita akan melakukannya? Semoga Nama-Nya yang Kudus selamanya dipuji.�

Dengan doa ini marilah kita merenungkan bacaan pertama, di mana Raja Daud ingin membuat rumah bagi Allah. Kita pun seharusnya ingin membuat rumah bagi Allah. Namun rumah yang Allah inginkan bukanlah dari kayu aras, melainkan dalam hati kita. Allah sendiri pun berfirman kepada Natan: �Tidak pernah Aku diam dalam rumah sejak Aku menuntun orang Israel dari Mesir sampai hari ini, tetapi Aku selalu mengembara dalam kemah sebagai kediaman.� Apa artinya? Allah selalu mengembara bersama pengembaraan kita, bahkan sampai sekarang. Maka marilah kita bersama dengan St. Fransiskus dari Sales, menyerahkan hati kita untuk digantikan dengan Hati Kudus Yesus, agar Allah mempunyai kediaman di dalam hati kita selama-lamanya.

-----------------------
Bacaan Liturgi 24 Januari 2018
Hari Biasa, Pekan Biasa III
PW S. Fransiskus dari Sales, Uskup dan Pujangga Gereja
Bacaan Pertama: 2Sam 7:4-17

Bacaan Injil: Mrk 4:1-20

Thursday, January 18, 2018

Dikelilingi Orang Kepercayaan

Seorang bijak pernah berkata: �Seorang tentara selalu siap untuk melawan musuh yang ada di depannya, tapi tidak pernah siap untuk menghadapi tembakan dari belakang.� Kita selalu mengandalkan orang-orang yang kita percaya untuk menjaga kita dari segala arah. Demikian pula Saul. Ia mengandalkan orang-orang di sekitarnya, dan ketika mereka memfitnah Daud, Saul pun percaya padanya. Bahkan Yesus pun tidak terkecuali dari hal itu. Di antara keduabelas muridNya yang dipilihNya sendiri, ada 1 orang yang mengkhianatiNya.

Setiap orang dapat mengkhianati kita. Mereka semua memiliki motivasinya sendiri-sendiri dalam mengikuti atau berteman dengan kita. Apakah dengan demikian kita harus mengembangkan ketidakpercayaan pada orang-orang di sekitar kita? Tidak. Marilah kita meneladan Yesus. Ia tahu bahwa di antara keduabelas itu akan ada yang mengkhianatiNya. Namun Ia tetap mengutus mereka, memberikan kuasa yang sama kepada mereka semua untuk mengusir setan. Walaupun demikian, kita harus tetap waspada supaya tidak seperti Saul yang terlalu mempercayai orang-orang terdekatnya dan buta terhadap kebaikan orang-orang lain.

Mari kita terus menerus mempertanyakan motivasi kita masing-masing dan dengan demikian kita lebih mudah melihat motivasi orang lain. Mari kita terus menerus mengelilingi diri kita dengan orang-orang yang memiliki motivasi tulus, rendah hati, dan takut pada Tuhan. Merekalah orang-orang yang tidak akan mengkhianati kita. Semoga usaha kita selalu diberkati oleh Tuhan.

-----------------------------------------
Bacaan Liturgi 19 Januari 2018
Hari Biasa, Pekan Biasa II
Bacaan Pertama: 1Sam 24:3-21

Bacaan Injil: Mrk 3:13-19

Tuesday, January 16, 2018

2 Petrus 2:10b-16 | Menkmati Hidup Bersama Tuhan



Bacaan irman Tuhan: 2 Petrus 2: 10b-16
Tetapi mereka itu sama dengan hewan yang tidak berakal, sama dengan binatang yang hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan. Mereka menghujat apa yang tidak mereka ketahui, sehingga oleh perbuatan mereka yang jahat mereka sendiri akan binasa seperti binatang liar, dan akan mengalami nasib yang buruk sebagai upah kejahatan mereka. Berfoya-foya pada siang hari, mereka anggap kenikmatan. Mereka adalah kotoran dan noda, yang mabuk dalam hawa nafsu mereka kalau mereka duduk makan minum bersama-sama dengan kamu. Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Mereka memikat orang-orang yang lemah. Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang yang terkutuk!


Ancaman penyesatan yang dilakukan oleh guru-guru palsu yang di hadapi jemaat mula-mula tetaplah dapat kita lihat dalam dunia saat ini. Bagaimana orang Kristen yang akhirnya jatuh dalam kubangan dosa bahkan yang meninggalkan imannya oleh pengaruh lingkungan yang menyesatkan.

Firman Tuhan bagi kita saat ini ingin mengarahkan pandangan kita akan ancaman penyesatan yang ada di sekeliling kita yang hendak menarik kita ambil bagian dalam kesesatan itu, diantaranya:
A. Isu-isu SARA yang membawa kita menjadi orang penghujat dan penghina. Peluang untuk saling menyalahkan, menganggap diri benar dengan cara kekerasan dan kekasaran sangat terbuka lebar. Memicu konflik Agama, Ras, Suku ataupun kelompok.  
     B. Mengikuti naluri nafsunya, yaitu dampak negatif kemajuan jaman yang begitu cepat terjadi yang membawa kita pada kerakusan, ketamakan, hawa nafsu percabulan. Tanpa di sadari kita di paksa memiliki segala apa yang di sediakan oleh kemajuan jaman tanpa memperdulikan orang lain. Maka tidak aka nada ubahnya kita ini seperti binatang bahkan mungkin lebih buruk lagi (ay. 12).

Sebagai orang Kristen yang mempercayai Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat, tentu kita harus bijak dalam menyikapi hal-hal yang tersebut di atas, sebagaimana Rasul Petrus menuliskan agar kita menggunakan akal pikiran bukan naluri nafsu kita.

Dapat kita lihat bagaimana dunia disekitar kita menyuguhkan pemandangan yang menggoda kita untuk menikmati kebahagiaan dan kenikmatan dengan uang, seks, konsumeriseme, hedonisme. Seakan-akan itu adalah jawaban untuk kebahagiaan kita. Namun sebagai seorang Kristen, bagaimana kita teguh pada konsep sebagaimana Tuhan Yesus ajarkan �Berbahagialah mereka yang yang tidak melihat, namun percaya� (Yoh. 20: 29b). Bagaimana kita dengan teguh memegang prinsip, bahwa kita hidup itu mengandalkan iman percaya kepada Tuhan Yesus bukan mengikuti apa yang kita lihat.

 Saya yakin dari kita semua ingin hidup bahagia, para penyesat di dunia ini mencoba memberikan solusi pada kita, mana jalan menuju kebahagiaan itu. Maka kita akan di sesatkan dengan perkataan �banyak jalan menuju Roma�.

Sekarang, bagaiamana dengan kita orang Kristen untuk menikmati kebahagiaan dalam hidup? John Wesley dengan kalimatnya yang terkenal pernah mengatakan �Anda tidak dapat bahagia tanpa kekudusan�. Menikmati kebahagiaan dalam hidup itu bukanlah hal yang di cari-cari, justru sebaliknya keterbukaan manusia itu sendiri untuk menerima kebahagiaan yang akan diberikan oleh Tuhan Yesus. Itulah yang tercermin dari ucapan bahagia Tuhan Yesus (Matius 5: 3-12) berbahagialah kita jika menerima Yesus mengatur dan mengarahkan hidup kita.

Apapun yang di katakan oleh dunia ini tentang konsep dalam menikmati hidup, hanya akan membawa kita pada penghakiman Tuhan. Tetapi belajarlah untuk hidup kudus, pelajarilah konsep yang sudah sempurna yang di ajarkan oleh Tuhan Yesus kepada kita, dengan tetap setia berpegang pada pengajaran yang di tetapkan Tuhan Yesus. Hidup tanpa amarah, hawa nafsu duniawi, kesombongan, ketamakan, menghakimi.

Apatis = Hati Degil

Dengan kedua bacaan ini mari kita merenungkan tentang ketakutan yang menumbuhkan sikap apatis. Sikap apatis adalah sikap yang tidak mau bereaksi baik positif maupun negatif, baik ketika orang lain berbuat salah, yang penting dirinya sendiri tidak terpengaruh secara langsung. Sikap apatis tumbuh dari ketakutan, arogan, ketidakpedulian, atau ingin menyelamatkan diri sendiri.

Bangsa Israel pada bacaan pertama memiliki sikap ini. Mereka tidak bergerak untuk menyambut tantangan Goliat. Mereka menunggu dalam ketakutan, berharap orang lain yang akan datang menyelamatkan mereka. Demikian pula hal ini tampak di bacaan kedua pada orang-orang Farisi ketika Yesus menantang mereka. Mereka tidak berani menjawab, takut jawaban mereka tidak menyenangkan hati pihak lainnya. Mereka memilih untuk diam, lalu mengambil strategi untuk bersekongkol di belakang Yesus.

Kita pun sering menemui orang-orang dengan sikap apatis seperti ini. Orang-orang yang ketika diajak melayani, mengunjungi orang, mempersiapkan sesuatu, hanya diam saja. Tidak bilang ya ataupun tidak. Mereka tidak mau menempatkan diri mereka pada situasi yang mungkin tidak enak bagi mereka. Mereka tidak mau berkomitmen karena kuatir tidak mampu menjaga komitmen itu. Mereka tidak mau menjawab karena takut ditertawakan dan dihina.

Maka kini marilah kita mempertanyakan diri kita sendiri: mampukah kita menggeser sikap apatis kita, menantang diri kita untuk mampu berada di tempat yang tidak kita sukai, di luar zona nyaman kita. Mampukah kita mengatasi rasa takut, rasa malu, rasa arogan kita, agar sedikit demi sedikit kita menjadi tidak apatis lagi? Selamat berjuang.

-------------------
Bacaan Liturgi 17 Januari 2018
Hari Biasa, Pekan Biasa II
PW S. Antonius, Abas
Bacaan Pertama: 1Sam 17:32-33.37.40-51

Bacaan Injil: Mrk 3:1-6

Thursday, January 11, 2018

Allah Raja Kita

Kedua bacaan hari ini mengingatkan kita bahwa sering kali kita mendambakan seorang raja atau imam yang dapat dilihat, dapat dibandingkan dengan raja atau imam lainnya, dapat menjadi objek kita melimpahkan keluhan dan kesulitan kita. Kita sering memiliki harapan tertentu atas raja dan imam yang berkenan kita ikuti. Di dalam harapan itu kita sering kali melupakan bahwa Allah seharusnya yang menjadi raja dan imam sejati kita. Mari kita lihat bacaan pertama. Selama bertahun-tahun bangsa Israel tidak memiliki raja, melainkan hakim-hakim. Allah membangkitkan hakim-hakim sesuai dengan situasi yang dihadapi oleh bangsa Israel. Mereka memiliki kuasa yang datangnya dari Allah sendiri. Tapi apa yang terjadi? Bangsa Israel meminta seorang raja, walaupun Samuel telah memperingatkan mereka bahwa raja akan meminta dari mereka apa yang Allah tak pernah minta.

Sementara itu di bacaan kedua kita melihat bahwa ahli-ahli Taurat menganggap Yesus menghujat Allah dengan berkata: dosamu telah diampuni. Mereka mengharapkan seorang imam yang berkuasa, yang sesuai dengan harapan. Mereka tidak melihat harapan itu nyata dalam wujud Yesus, sehingga mereka merendahkanNya. Mereka mengharapkan suatu sosok imam yang agung karena mewakili sosok Allah yang perkasa. Namun mereka lupa bahwa Allah melampaui segala yang mereka  pikirkan.

Mari kita melihat diri kita masing-masing� apakah kita sering mengharapkan sosok pemimpin, sosok penyelamat, sosok raja dan imam yang hanya sesuai dengan harapan kita? Bagaimana bila Allah bekerja melalui para imam, para pastor, para pemimpin yang berbeda dengan bayangan kita? Bagaimana bila Ia mengutus imam-imam pemimpin yang sebenarnya kita butuhkan, namun tidak kita inginkan? Imam dan pemimpin yang terlihat terlalu lemah dalam pendiriannya, atau sebaliknya terlalu tegas di dalam perintah-perintahnya? Apakah karena mereka tidak sesuai dengan bayangan kita, lalu kita akan merendahkan mereka dalam hati dan mengabaikan petunjuk-petunjuknya? Ingatlah bahwa Allah memanggil orang-orang sesuai dengan rencanaNya, bukan rencana kita. Doakanlah para imam, dan doakanlah kita semua sebagai umatNya agar kita tetap berharap pada Allah, dan tidak meminta raja atau imam yang sesuai harapan kita.

-----------------------------------------
Bacaan Liturgi 12 Januari 2018
Hari Biasa, Pekan Biasa I
Bacaan Pertama: 1Sam 8:4-7.10-22a
Bacaan Injil: Mrk 2:1-12

Wednesday, January 10, 2018

Keluaran 5: 24 -6: 1-6 | Allah Menyatakan DiriNya



Bacaan Firman Tuhan: Keluaran 5: 24 � 6: 1-6
Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa: "Sekarang engkau akan melihat, apa yang akan Kulakukan kepada Firaun; sebab dipaksa oleh tangan yang kuat ia akan membiarkan mereka pergi, ya dipaksa oleh tangan yang kuat ia akan mengusir mereka dari negerinya. "Pengutusan Musa Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Akulah TUHAN. Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi dengan nama-Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri

Penderitaan bangsa Israel di tanah Mesir semakin berat setelah Musa dan Harun menghadap Firaun. Hal ini membuat rasa bersalah dalam diri Musa karena bangsa Israel semakin di tindas dan merasa sudah gagal dalam tugasnya. Namun demikian, Tuhan menguatkan Musa akan panggilannya dan rencana Tuhan kepada umatNya. Dalam nas ini kita melihat bagaimana Tuhan melakukan perkara yang luar biasa bagi umatNya.

Tuhan yang berbuat melampaui akal manusia
Justru dengan tangan Firaun yang kuat itulah bangsa Israel akan keluar dari tanah Mesir (Kel. 5:24). Hal ini tentu di luar akal manusia, namun Tuhan adalah Allah yang mahakuasa yang dapat berbuat di luar nalar dan kekuatan manusia.

Dalam mengambil sebuah keputusan tentu kita membutuhkan analisa sebelum bertindak, tentu kita tidak akan mengambil keputusan yang gegabah perlu ada pertimbangan yang matang. Namun kita juga harus ingat, bahwa analisa dan prediksi bisa salah. Sehingga adalah kebodohan ketika kita bertindak hanya mengandalkan analisa logika kita saja tanpa melibatkan Tuhan di dalamnya. Manusia bisa memberikan seribu alasan mengapa kita harus gagal, namun kuasa Tuhan dapat memberikan kita seribu alasan mengapa kita bisa berhasil. Sesuatu bisa saja mustahil bagi manusia tetapi tidak bagi Allah, percayalah!.

Tuhan yang berbuat bagi umatNya
Tuhan yang datang kepada manusia! Tuhan yang menyatakan kuasaNya kepada kita, bukan sebaliknya. Allah yang memperkenalkan diriNya kepada nenek moyang bangsa Israel kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah yang maha kuasa (El Shaddai). Namun sekarang tidak hanya memperkenalkan diriNya tetapi juga Allah yang menyatakan diriNya bahwa Dia adalah TUHAN (Yahwe = �the existing One�). Tuhan yang di kenal, Tuhan yang menyatakan kausaNya, Tuhan yang dapat kita rasakan dan lihat kuasaNya, Tuhan yang membebaskan. Janji Tuhan kepada nenek moyang Israel menjadi bangsa yang besar akan segera dinyatakan dengan menuntun mereka ke tanah perjanjian.

Sekarang penyataan Diri Tuhan telah nyata di dalam Yesus Kristus. Tuhan yang berbuat bagi keselamatan umatNya. Tuhan yang telah menggenapi janjiNya. Pribadi Tuhan yang maha kuasa itu ada bersama-sama dengan manusia. Tuhan jauh lebih dalam lagi berbuat di luar logika manusia.

Tuhan yang setia
Dia bukan Tuhan yang �amnesia�, tidak ada satu kata pun yang Dia lupakan dari ucapanNya, tidak ada satu kata pun dari FirmanNya yang terlewatkan untuk di genapi. Dia adalah Alfa dan Omega yang awal dan yang akhir, Tuhan yang setia bagi umatNya dari dahulu, sekarang dan yang akan datang. Ketika kita jatuh dalam krisis kehidupan bukan artinya Tuhan melupakan kita, tetapi justru Tuhan sedang berbuat bagi kita.  

Dalam menghadapi kesulitan hidup, Firman Tuhan bagi kita saat ini mengingatkan kita tentang pribadi Allah yang luar biasa, bahwa Dia adalah Tuhan yang berbuat di luar akal dan kemampuan kita, Dia adalah Tuhan yang datang dan berbuat bagi kita dan Dia adalah Tuhan yang setia pada Firman yang di ucapkanNya.

Tags