
Kesombongan pulalah yang telah membuat orang-orang di tempat asal Yesus tidak mengalami mukjizat sebanyak tempat lain yang dikunjungi Yesus. Kesombongan bahwa tidak mungkin seorang anak tukang kayu, anak Maria, dan yang saudara-saudaranya mereka kenal sebagai orang yang biasa-biasa saja, dapat menciptakan mukjizat seperti yang mereka telah dengar. Kesombongan itu membuat rahmat yang dibawa oleh Yesus tidak bekerja pada mereka.
Marilah kita merenungkan diri kita sendiri? Adakah kesombongan kita telah menjauhkan kita dari rahmat Tuhan? Adakah kita berpikir bahwa hal itu tidak mungkin karena si pembawa rahmat adalah orang berdosa, orang yang kurang pintar dan kurang suci dibandingkan kita? Adakah kesombongan kita telah membuat mukjizat Tuhan tidak nyata, karena kita berpikir mukjizat itu seharusnya cukup besar untuk dilihat banyak orang, atau cukup signifikan dalam merubah hidup kita? Semoga kita mampu untuk mengalahkan kesombongan, melihat rahmat Tuhan dalam hal-hal kecil dalam hidup kita, yang dibawa oleh setiap orang yang bersentuhan dengan kehidupan kita. Karena Tuhan kita yang maha besar, mampu memberikan rahmatNya melalui setiap perkara dan setiap orang.
-----------------
Bacaan Liturgi 31 Januari 2018
Hari Biasa, Pekan Biasa IV
PW S. Yohanes Bosko, Imam
Bacaan Pertama: 2Sam 24:2.9-17
Bacaan Injil: Mrk 6:1-6
No comments:
Post a Comment