Latest News

Monday, September 25, 2017

Ketika Iman adalah Pasti

Kenapa kita beriman? Blaise Pascal adalah seorang matematikawan yang hidup pada tahun 1600an dan terkenal dengan Segitiga Pascal yang dapat menghitung kombinasi kemungkinan yang muncul dari pelemparan dadu sampai kemenangan piala dunia. Pascal, lahir sebagai jenius matematika terutama dalam bidang probabilitas (kemungkinan-kemungkinan), akhirnya meninggalkan dunia itu dan menjadi biarawan. Ia meninggalkan suatu teori yang dikenal dengan nama Pascal�s Wager (Pertaruhan Pascal). Di sini ia bertanya apakah Tuhan itu ada, atau tidak ada. (Sumber: Against the Gods, The Remarkable Story of Risk oleh Peter L. Bernstein)

Pertama-tama dinyatakan bahwa kemungkinan bahwa Tuhan ada dan tidak ada adalah 50:50. Artinya kedua kemungkinan tersebut sama besarnya hanya karena kita tidak mampu untuk membuktikan secara lebih pasti antara ada tidaknya Tuhan. Dengan demikian kita bisa mengatakan bahwa kita percaya Tuhan ada dan tidak ada sama besarnya dengan melempar mata uang dan bertaruh akan keluar angka atau gambar. Namun Pascal tidak berhenti di situ. Ia menjelaskan bahwa konsekuensi dari pilihan itu berbeda jauh. Apabila kita percaya ada Tuhan, namun ternyata Tuhan itu tidak ada, maka kita hanya akan menemukan ketiadaan. Kematian hanya menjadi sekedar kematian, hilang dari dunia. Sebaliknya bila kita memilih tidak percaya, namun ternyata Tuhan itu ada, maka konsekuensinya adalah kita akan dibuang ke tempat di mana hanya ada kertak gigi. Oleh karena itu, sang ahli matematika memutuskan untuk melihat semua ilmu di dunia termasuk matematika yang pernah begitu dicintainya, menjadi hal yang sia-sia belaka, dan mengejar Tuhan di biara.

Alasan kita beriman dapat juga dijelaskan dengan teori opsi dalam dunia finansial. Opsi adalah instrumen di mana si pembeli opsi dapat membatasi kerugian dari investasinya sebesar harga opsi yang dibayarnya bila harga underlying assetnya jatuh, namun berpotensi mendapatkan keuntungan tak terhingga bila harga underlying assetnya naik. Sebuah opsi seharga Rp50.000 dibeli untuk menjual underlying asset berupa emas. Harga penjualan emas yang disepakati di opsi adalah Rp1.000.000.  Bila saat kontrak opsi selesai dan harga emas Rp800.000, maka pembeli opsi berhak menjual emas dengan harga Rp1.000.000, membuatnya tidak rugi apa-apa kecuali harga opsi semula yaitu Rp50.000. Sebaliknya bila saat kontrak selesai, harga emas sudah Rp1.200.000, ia bisa menjual emas dengan harga tersebut dan membuang kontrak opsinya.

Percaya pada Tuhan dan melakukan kehendaknya di dunia bisa seperti membeli kontrak opsi. Bila ternyata Tuhan ada dan Ia memberikan upah kepada yang percaya kepadaNyya, maka kita akan mendapat keuntungan yang tak terhingga, yaitu bersama denganNya di kerajaan kekal. Sebaliknya bila Tuhan ternyata tidak ada, maka kerugian kita hanyalah sementara, yaitu kerja keras di dunia.

Tentu saja ini adalah suatu alasan kuat untuk beriman, yaitu di mana ilmu tertinggi di dunia yaitu matematika, menunjukkan jalan benar kepada kita, yaitu: Percayalah kepada Tuhan. Namun matematika Tuhan masih lebih tinggi lagi daripada matematika kita. Ini ditunjukkan pada Mat 20:1-16a. Kata Yesus: �Hal Kerajaan Surga itu sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja untuk kebun anggurnya. Setelah sepakat dengan para pekerja mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya��Ambillah bagianmu dan pergilah! Aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu�. Atau iri hatikah engkau karena aku murah hati?�

Matematika Tuhan ini mungkin membingungkan bagi kita, terutama bagi yang biasa berbisnis dan berurusan dengan para pekerja. Tapi dalam hal matematika, hal ini dimungkinkan. Bila bekerja 1 jam diberi upah 1 dinar dan bekerja 2 jam diberi upah 2 dinar, maka 1 tidak sama dengan 2, betul kan? Salah. Lihat saja pembuktian di bawah ini:
?
Nah demikianlah Tuhan telah menunjukkan kepada kita bahwa Percaya padaNya adalah jalan yang paling menguntungkan dan perhitunganNya adalah benar adanya. Semuanya terbukti lewat matematika. Tuhan memberkati.

No comments:

Post a Comment

Tags