Latest News

Sunday, September 24, 2017

Paulus yang Ingin Mati

Pernahkah Anda menghadapi suatu situasi di mana kematian menjadi alternatif yang lebih baik? Biasanya itu terjadi ketika ada kesedihan mendalam, kehilangan besar, atau kesulitan yang rasanya takkan terlampaui. Bagi orang beriman, mati menjadi alternatif yang lebih baik karena kita tahu setelah kematian ada kehidupan yang jauh lebih indah: kehidupan tanpa ratap tangis, di mana kita melihat Allah muka dengan muka. Tidakkah kehidupan setelah kematian itu lebih menjanjikan daripada kehidupan di dunia ini?

Paulus juga pada suatu waktu merasakan hal tersebut, di mana kematian merupakan keuntungan (Flp 1:20c-24,27). Terjadi konflik di dalam batinnya karena sementara hidup adalah Kristus, namun mati adalah keuntungan. Artinya sama saja antara mati maupun hidup. Bahkan lebih lagi, menurutnya mati dan kemudian berdiam dengan Kristus adalah pilihan yang lebih baik. Lalu apa yang membuatnya tetap tabah di dunia? Karena ia melihat bahwa kehidupannya berguna bagi orang lain: "...tetapi demi kamu lebih berguna aku tinggal di dunia ini."

Maka dapat disimpulkan bahwa bila kita masih diberi kehidupan, maka artinya kita masih bisa menjadi keuntungan bagi orang lain. Bila kita sedang merenungi nikmatnya kematian, maka ingatlah bahwa kehidupan kita adalah berkat bagi orang lain. Jangan putus asa. Rasa kehilangan akan pupus karena kita tahu tak ada yang hilang di dalam Tuhan. Kesedihan akan lenyap karena kita tahu dalam Tuhan hanya ada sukacita. Namun hiduplah untuk orang lain sampai nanti kematian menjemput kita.

Seorang bijak mengatakan: bagaimana orang hidup tampak dari kematiannya. Ketika banyak orang menangisi kepergiannya, maka kita tahu bahwa orang itu hidup untuk orang lain. Demikianlah kita harus hidup seperti itu.

No comments:

Post a Comment

Tags