Latest News

Tuesday, May 9, 2017

Menunaikan Tugas Sebagai Pewarta

Setiap orang yang hidup tentu mempunyai tugas. Tugas anak-anak adalah belajar. Tugas kepala keluarga adalah menafkahi keluarga dan memberikan keamanan jiwa dan raga. Tugas seorang istri adalah menghormati suaminya dan menjadikan rumahnya tempat yang nyaman. Tugas orangtua adalah mendidik anaknya. Tugas bawahan adalah melaksanakan pekerjaannya, dan tugas atasan adalah memimpin dengan teladan. Selain dari tugas-tugas duniawi ini kita pun memiliki tugas sebagai anak Allah yakni memberitakan FirmanNya. Tugas setiap orang didefinisikan oleh orang lain yang memiliki otoritas. Tugas anak didefinisikan/ ditentukan oleh orangtuanya. Tugas orangtua ditentukan oleh lingkungannya. Dan tugas sebagai anak Allah ditentukan oleh Allah sendiri.

Kita lihat di dalam Bacaan pertama dan Bacaan Injil, Saulus, Barnabas, bahkan Yesus sendiri memiliki tugas yang sama di dunia, yakni mewartakan Firman Allah. Caranya dan tempatnya memang berbeda. Saulus dan Barnabas ditugaskan merasul di tempat-tempat yang jauh, sementara Yesus mewarta dengan fokus kepada bangsa Israel di sekitar Yerusalem dan Galilea. Ada banyak perbedaan antara cara Yesus dan Saulus dan Barnabas dalam melaksanakan tugas pewartaan yang dapat dipelajari lebih lanjut di dalam Kitab Suci. Namun untuk renungan ini cukuplah kita memahami bahwa tugas pewartaan dapat dilaksanakan dalam berbagai cara, di berbagai tempat, kepada berbagai orang.

Suatu tugas tentunya memiliki hasil yang diharapkan dari pelaksanaan tugas itu. Ketika tugas kita adalah belajar, tentu yang diharapkan adalah kelulusan. Sebagai orang tua yang mendidik anak, tentu diharapkan anak yang dewasa dengan baik dan dapat berkarya bagi Tuhan dan negara. Ketika kita bekerja, tentu kita ingin agar pekerjaan kita berhasil. Dan seterusnya. Bagaimana dengan tugas pewartaan? Tentu kita ingin agar pewartaan kita didengar orang dan orang beriman karena pewartaan kita. Namun Yesus mengingatkan bahwa tugas kita adalah mewartakan, namun orang menjadi percaya bukan karena kita melainkan karena Dia yang mengutus kita. Bila mereka tidak percaya kepada pewartaan kita, maka bukan kita yang boleh menghakimi melainkan Firman Allah. Bila mereka tidak mendengarkan, kita pun tidak dihakimi karena hasil dari tugas kita adalah kita yang melaksanakan. Dalam perikop Saulus dan Barnabas, tidak dikisahkan mengenai perubahan iman  orang di daerah Salamis. Artinya penulis tidak kuatir tentang hal itu, namun penulis mengisahkan bahwa Saulus dan Barnabas langsung berangkat setelah diutus Roh Kudus dan didoakan jemaat.

Marilah kita merenung akan hidup kita sendiri dan tugas yang telah ditentukan Allah bagi kita. Apakah kita sedang mewartakan Firman Allah? Bagaimana kita mewartakannya? Kepada siapa kita mewartakannya? Di mana kita mewartakannya? Apakah kita kecewa dengan hasil yang rasanya sedikit sekali? Apakah kita berlambat-lambat dalam melaksanakan tugas kita? Apakah Roh Kudus memiliki tugas khusus bagi kita? Apakah kita telah melaksanakan tugas  itu, bila belum mengapa? Mari melaksanakan tugas perutusan kita sebagai anak Allah.


-----------------------
Rabu, 10 Mei 2017
Rabu Pekan Paskah IV
Bacaan Pertama: Kis 12:24-13:5a
Mzm 67:2-3.5.6.8
Bacaan Injil: Yoh 12:44-50

No comments:

Post a Comment

Tags