Latest News

Thursday, May 18, 2017

Sahabat Sejati


Di abad 5 SM hidup 2 sahabat sejak kecil dan tak terpisahkan, Damon dan Phytias. Setelah dewasa, berlayarlah mereka  ke Italia daerah Siracusa. Tak disangka, suatu saat Phytias menyinggung penguasa Dionisius I yang diktator. Maka ia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati karena dianggap menghina. Damon mendengar kabar itu dan bersegeralah ia untuk memohon keringanan hukuman bagi sahabatnya, tetapi sia-sia.

Suatu hari tercetuslah kesedihan Phytias yang ingin berpamitan dengan ibunya. Damon pun kembali menghadap pemerintah memohon untuk menggantikan posisi sementara supaya Phytias bisa pamit dengan ibunya. Sebagai jaminan, maka Damon dipenjara. Bila Phytias tidak kembali pada waktunya, Damonlah yang akan dieksekusi.

Tapi sayang, setelah Phytias menemui ibunya, ia dirampok dan disiksa kemudian diikat. Phytias tidak merasakan lukanya. Ia hanya ingat pada janjinya pada Damon. Dengan sekuat tenaga ia melepaskan diri dan melompat ke sungai. Ia berenang sekuat tenaga dan akhirnya sampai ke tempat Damon dipenjara.
Di Siracusa, Dionisius I, terus mencemooh kebodohan Damon. Katanya, Phytias pasti sudah melupakannya, dan Damon akan mati sia-sia. Damon tetap teguh, ia yakin sahabatnya pasti akan memegang janjinya.

Hari mulai gelap dan eksekusi akan segera dilaksanakan.  Damon dibawa dan akan dieksekusi di depan ratusan orang yang mencemooh dan mentertawakan dia. Tiba-tiba Phytias datang dengan tubuh penuh luka dan peluh. Lalu ia menceritakan kejadian yang menimpa dirinya dan dua sahabat itu pun berpelukan.

Dionisius I yang tiran itu mendengar juga dan tersentuh hatinya akan persahabatan itu. Ia tak percaya kalau tidak melihat dengan mata sendiri bahwa ada orang yang rela mati bagi sahabatnya. Saking terharunya, ia membebaskan kedua sahabat ini dari eksekusi karena mereka telah menunjukkan sesuatu yang sulit didapat di dunia: Persahabatan Sejati.


Seorang Dionisius bisa luluh karena persahabatan 2 orang manusia. Kenapa?  Karena mencari sahabat sejati semakin sulit, apalagi masa kini. Tetapi tawaran persahabatan sejati yang diberikan Yesus pada muridNya juga ditawarkanNya pada kita. Bayangkan Tuhan kita menawarkan persahabatan. Bahkan kita bisa mengklaim bahwa Yesus adalah sahabat sejati yang juga telah menyerahkan nyawaNya bagi kita, sebagai tindakan tertinggi dari kasih setiaNya pada kita.

Kata,"Kita bukan lagi hamba melainkan sahabat", adalah petunjuk bahwa orang yang percaya bukan lagi manusia rendahan. Kita memiliki posisi yang setara, yang sama. Dan kesetaraan itu makin dikuatkan Kristus dengan pemberian hak untuk tahu segala sesuatu yang telah Kristus dengar dari BapaNya. Ini membuat kita dilimpahi Roh Kudus untuk bisa memahami dan bertanggung jawab akan kehidupan yang dilimpahkan Allah bagi kita dan memahami Yesus sebagai sahabat sejati.


Kita adalah pilihan Kristus. Ini adalah anugerah besar. Bukan karena kepintaran, kegagahan, kekayaan, namun semata karena kita dipilih Kristus. Bukan kita yang memilih Dia, tapi Dia yang memilih kita. Maka kita harus menghasilkan buah limpah dalam rupa kesaksian hidup yang nyata, seperti Phytias dan Damon terhadap Dionisius I.
--------------------
Jumat, 19 Mei 2017
Bacaan 1: Kis 15:22-31
Bacaan Injil: Yoh 15: 15b

No comments:

Post a Comment

Tags