Latest News

Tuesday, January 31, 2017

Mantapkan Hati Sampai Tujuan Akhir

Maharani Wu, kaisar wanita satu-satunya di China, lahir dari keluarga jelata. Ia mendapat perhatian dari seorang pejabat istana yang memasukkannya ke harem di mana ia kemudian terpilih menjadi istri kaisar. Suaminya meninggal dalam usia yang cukup muda, sementara putranya belum cukup umur untuk memimpin. Oleh karena itu ia, yang sudah bekerja keras selama suaminya masih hidup, terpilih menjadi kaisar sementara menunggu putranya cukup umur.

Maharani Wu tidak seperti wanita-wanita lain di harem istana. Setiap hari ia membekali diri dengan kegiatan olahraga di bawah terik matahari, dan belajar di malam hari. Karenanya ketika ia mulai menempati posisinya sebagai maharani (istri utama kaisar), ia tidak mengalami kesulitan. Berkat disiplin diri yang kuat, dan tekadnya yang teguh untuk melampaui berbagai rintangan, ia berhasil mencapai posisi tertinggi di negara itu. Tapi di dalam keluarganya sendiri, kerja kerasnya  diremehkan. Ibu dan saudarinya berusaha mengambil kesempatan dari posisinya, keponakannya ingin merebut posisinya, sementara sepupunya berusaha meracuni dia. Semua itu tak membuatnya patah hati, melainkan makin tegar dan mantap, baik sebagai manusia maupun sebagai penguasa.

Apakah kita sudah mengalami kemantapan hati seperti Maharani Wu untuk mencapai posisi di Kerajaan Allah? Apakah kita bangkit dari teguran Allah dan menjadi orang yang lebih baik? Apakah kita disiplin pada diri kita sendiri? Dan apakah kita mampu untuk tegar, walaupun orang-orang rumah mencela kita? Semuanya itu diberikan Allah agar kita memurnikan diri, sehingga layak mendapat tempat di Kerajaan abadi itu.
---------------------------
Rabu, 1 Februari 2017
Hari Biasa (H)
Bacaan 1: Ibr 12:4 � 7, 11 � 15
MT: Mzm 103: 1-2, 13-14, 17-18a
Bacaan Injil: Mrk 6: 1 � 6


Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah. Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya. Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah; dan luruskanlah jalan bagi kakimu, sehingga yang pincang jangan terpelecok, tetapi menjadi sembuh. Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan. Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.  (Ibr 12:4-7,11-15)

Dari Daud. Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah namaNya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikanNya! Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu. Tetapi kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilanNya bagi anak cucu, bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjianNya dan yang ingat untuk melakukan titahNya.  (Mzm 103:1-2,13-14,17-18)

Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asalNya, sedang murid-muridNya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperolehNya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepadaNya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tanganNya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudaraNya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tanganNya atas mereka. a) Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka.  b) Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.  (Mrk 6:1-6)

Thursday, January 26, 2017

Mulai Dari Yang Kecil

Kerajaan Kristus di dunia dimulai dari yang kecil, mulai dari rasul yang berjumlah 12, lalu kian dari kian bertambah dari sekecil biji sesawi lama-lama bertambah besar dan menjadi pohon rindang. Dari gereja kecil lalu tumbuh dan berkembang dan akhirnya banyak jiwa-jiwa berlindung di dalamnya.

Gereja adalah mujizat karya Allah. Apabila kita sekedar mengandalkan kemanusiaan kita, maka gereja tidak akan bertahan lama. Allahlah yang menjamin kita untuk bertahan dan semakin berkembang. Cara Allah seringkali merupakan suatu kejutan. Tetapi iman, harapan, kasih dan penyerahan diri sepenuhnya pada Allah membuat kita semakin kokoh dan kuat.

Yesus mengambil perumpamaan  petani yang kaya menebar benih menanti hasil. Itulah gambaran Kerajaan Allah. Setiap saat kita ditugaskan menabur benih. Masing-masing kita mempunyai tugas mewartakan kasih dan Kerajaan Allah. Nanti Allah sendiri yang akan merahmatinya sehingga benih kasih yang kita taburkan membuahkan tuaian yang banyak.  Jadi jangan takut, karena kita semua ada dalam rahmatNya.
---------------
Jumat, 27 Januari 2017
Bacaan 1: Ibr 10: 32 - 39
Bacaan Injil: Mrk 4: 26-34

Tuesday, January 24, 2017

Yuk Berdoa bagi Para Saulus Baru

Siapakah Saulus yang kemudian menjadi Paulus? Mengapa ia menganiayai murid Yesus sedemikian hebat? Ada 2 kata yang dapat digunakan: Fanatik dan Fundamentalis. Fanatik menurut kamus adalah teramat kuat kepercayaan (keyakinan) terhadap ajaran (politik, agama, dan sebagainya). Fundamentalis adalah penganut gerakan keagamaan yang bersifat kolot dan reaksioner yang selalu merasa perlu kembali ke ajaran agama yang asli seperti yang tersurat di dalam kitab suci.  Saulus tidak merasa salah ketika ia menghukum para pengikut Kristus, karena ia percaya bahwa ia sedang membawa mereka kepada jalan kebenaran.


Perkembangan saat ini sedang memunculkan Saulus-Saulus baru. Mereka yang taat dan setia pada kitab suci agamanya sampai sekecil-kecilnya. Mereka tidak bersedia mengampuni, dan terus menghukum di dalam nama Allah yang maha pengampun.  Mereka yang tidak mau berbelas kasih namun berdoa kepada Allah yang maha rahim. Mereka adalah kita, bila kita tidak waspada.


Marilah kita berdoa bagi diri sendiri agar kita tidak menjadi Saulus yang menganiaya Tubuh Kristus, serta menjadi pewarta kabar sukacita yang sesungguhnya di tengah masyarakat kita. Dan marilah kita berdoa bagi mereka yang masih terjebak di dalam faham-faham fanatisme dan fundamentalisme, agar mereka, seperti Paulus, diselamatkan dan menjadi rasul Tuhan.

-----------------------
Rabu, 25 Januari 2017
Pesta Bertobatnya S. Paulus Rasul (P)
Bacaan 1: Kis 22:3-16 atau Kis 9:1-22
MT: Mzm 117:1,2B
Bacaan injil:Mrk 16:15-18

"Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu semua pada waktu ini. Dan aku telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara. Tentang hal itu baik Imam Besar maupun Majelis Tua-Tua dapat memberi kesaksian. Dari mereka aku telah membawa surat-surat untuk saudara-saudara di Damsyik dan aku telah pergi ke sana untuk menangkap penganut-penganut Jalan Tuhan, yang terdapat juga di situ dan membawa mereka ke Yerusalem untuk dihukum. Tetapi dalam perjalananku ke sana, ketika aku sudah dekat Damsyik, yaitu waktu tengah hari, tiba-tiba memancarlah cahaya yang menyilaukan dari langit mengelilingi aku. Maka rebahlah aku ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang berkata kepadaku: Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku? Jawabku: Siapakah Engkau, Tuhan? KataNya: Akulah Yesus, orang Nazaret, yang kauaniaya itu. Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar. Maka kataku: Tuhan, apakah yang harus kuperbuat? Kata Tuhan kepadaku: Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik. Di sana akan diberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu. Dan karena aku tidak dapat melihat oleh karena cahaya yang menyilaukan mata itu, maka kawan-kawan seperjalananku memegang tanganku dan menuntun aku ke Damsyik. Di situ ada seorang bernama Ananias, seorang saleh yang menurut hukum Taurat dan terkenal baik di antara semua orang Yahudi yang ada di situ. Ia datang berdiri di dekatku dan berkata: Saulus, saudaraku, bukalah matamu dan melihatlah! Dan seketika itu juga aku melihat kembali dan menatap dia. Lalu katanya: Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui kehendakNya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulutNya. Sebab engkau harus menjadi saksiNya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar. Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!  (Kis 22:3-16)

Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasihNya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya! (Mzm 117:1-2)

Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."  (Mrk 16:15-18)

Mazmur 15: 1-5 | Kualitas Kekristenan



Bacaan Firman Tuhan: Mazmur 15: 1-5
TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?

Mazmur ini ingin mengajak kita untuk merenungkan kualitas hidup kita sebagai seorang Kristen. Kualitas kekristenan kita tentu tidak bisa hanya diukur berdasarkan asesoris kekristenan yang kita pakai maupun intensitas kita dalam mengikuti ibadah ataupun pelayanan di Gereja. Namun lebih dalam dari itu, mazmur ini ingin menggugah refleks kita dalam mentaati firman Tuhan.

Ibadah yang benar dan keintiman kita dengan Tuhan tidak dapat dipisahkan dari cara hidup yang benar. Pertanyaan dalam dalam mazmur ini ingin membuka pada kita tentang kebenaran tentang kualitas hidup seorang Kristen. Kualitas hidup seorang Kristen yang dimaksud dalam nas ini tidak lain adalah bahwa dari dalam diri seorang Kristen itu hanya akan keluar kebaikan yaitu: hubungan yang baik dengan Tuhan (tidak bercela dan melakukan keadilan dan kebenaran) dan juga hubungan yang baik dengan sesamanya (tidak penyebar fitnah, berbuat jahat, tahu menempatkan diri, tidak menghina orang, setia dan juga penolong bagi sesama).

Bisa kita ibaratkan dengan kualitas suatu barang dapat terlihat dari ketahanan dan jangkauan efek dan fungsi suatu barang. Maka seorang Kristen itu tidak hanya sebatas pada pengakuan dan pelaksanaan rutinitas, namun ada tuntutan yang lebih dalam dan lebih berharga dan lebih bernilai bahwa kita terpanggil menjadi garam dan terang dunia.

Untuk inilah Allah menyatakan diriNya di dalam Yesus, bahwa pelayanan dan pengajaran yang dilakukan oleh Yesus adalah untuk membentuk karakter manusia yang berkualitas sebagai umat kepunyaan Tuhan. Sehingga tidak heran bahwa pengajaran Yesus telah memutarbalikkan pemahaman yang telah diterima oleh manusia suatu yang lazim dan dianggap benar. Sehingga tidak heran pula jika Rasul Paulus mengungkapkan bahwa banyak orang menganggap bahwa Injil Kristus adalah suatu kebodohan (1 Kor. 1: 18-31).

Maka saat ini ketika kita diperhadapkan dengan pengajaran Tuhan, dan ada dari kita mungkin akan mengatakan �apakah mungkin bisa dilakukan?�; �Siapa yang dapat melakukannya?�; �bagaimana kita dapat memenuhi syarat yang ditetapkan dalam mazmur ini?�. Firman Tuhan bukan untuk dipertanyakan tetapi untuk dilaksanakan. Iman atau kekristenan kita itu tidak selamanya menjadi benih tetapi harus bertumbuh sampai menghasilkan buah. Kita membutuhkan Tuhan supaya kekristenan kita itu bertumbuh dan berkualitas. Maka jika sekiranya pemazmur balik bertanya kepada kepada kita saat ini �Sudah sejauhmana Yesus mengubah hidupmu?� Maka, apakah jawaban kita?

Tuesday, January 17, 2017

Menjadi Umat Hukum Allah yang Bebas

Hukum tentang Hari Sabat adalah salah satu hukum yang diberikan Allah kepada Bangsa Israel melalui Musa di Gunung Tabor. Inti awal dari hukum ini adalah manusia mempersembahkan 1 hari itu khusus bagi Allah. Hari itu juga dapat digunakan manusia untuk merenungkan kembali keenam hari yang telah berlalu, agar manusia mendapat kesegaran baru untuk melangkah maju dalam berbagai tantangan hidup.



Tapi ahli-ahli dan imam-imam telah membuat berbagai tafsir terhadap aturan ini sehingga menjadi sangat mengekang: �tidak boleh berjalan lebih dari  mil!�; �tidak boleh mematikan atau menyalakan api!�; �tidak boleh menenun 2 ikat ataupun membuka tenunan 2 ikat�; �tidak boleh mengikat atau membuka ikatan� dan berbagai aturan lainnya. Dan ancaman dari kelalaian ini adalah maut. Karenanya hari Sabat tidak lagi menjadi hari yang beristirahat dan syukur, melainkan hari yang menakutkan dan harus waspada. Karena itu Yesus mendobrak aturan-aturan manusia ini dengan kuasanya sebagai imam menurut peraturan Melkisedek, yaitu kebenaran dan damai sejahtera.


Lalu bagaimana kita menanggapi dobrakan Yesus ini? Hari Minggu seharusnya menjadi hari yang membebaskan. Tapi seringkali kita mengikat diri sendiri: �harus ke Gereja�; �harus jalan bersama keluarga�; �harus menghabiskan waktu sama teman yang melelahkan.� Bagaimana kalau kita dobrak pandangan kita menjadi: �Aku mau ke Gereja�; �Aku mau membahagiakan keluargaku�; �Aku mau memperhatikan temanku�. Maka, Yesus akan menjadi raja yang mendamaikan hidup kita.

--------------------
Rabu, 18 Januari 2017
Hari Biasa (H)
Bacaan 1: Ibr 7:1-3, 15-17
MT:Mzm 110:1,2,3,4
Bacaan Injil: Mrk 3:1- 6

Sebab Melkisedek adalah raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi; ia pergi menyongsong Abraham ketika Abraham kembali dari mengalahkan raja-raja, dan memberkati dia. Kepadanyapun Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. Menurut arti namanya Melkisedek adalah pertama-tama raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera. Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya. Dan hal itu jauh lebih nyata lagi, jikalau ditetapkan seorang imam lain menurut cara Melkisedek, yang menjadi imam bukan berdasarkan peraturan-peraturan manusia, tetapi berdasarkan hidup yang tidak dapat binasa. Sebab tentang Dia diberi kesaksian: "Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek."  (Ibr 7:1-3,15-17)

Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu." Tongkat kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara musuhmu! Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun. TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: "Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek."  (Mzm 110:1-4)

Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: "Mari, berdirilah di tengah!" Kemudian kataNya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekelilingNya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia.  (Mrk 3:1-6) 

Monday, January 16, 2017

Matius 4: 18-25 | Penjala Ikan menjadi Penjala Manusia



Bacaan Firman Tuhan: Matius 4: 18-25
Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.

Sebagaimana Tuhan Yesus pernah mengatakan �Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan� (Matius 13:47). Maka tidaklah mengherankan mengapa Yesus memilih dan memanggil murid-muridNya yang berprofesi sebagai nelayan. Beberapa murid Yesus ternyata adalah berprofesi sebagai nelayan sebelum akhirnya mereka meninggalkan perahu dan jalanya. Diantaranya: Petrus, Andreas, Filipus, Yakobus, Yohanes, Tomas dan Natanael (Mat. 4: 18,21; Yoh.1:44, 21:2).

 Pemanggilan mereka yang dari latarbelakang nelayan tentu menitikberatkan pada keidentikan semangat dan motivasi seorang nelayan dengan misi penginjilan yang dilakukan oleh Yesus. Sebagaimana halnya Yesus mengidentikan Kerajaan Sorga itu seperti melabuhkan pukat ke laut untuk mendapatkan berbagai macam jenis ikan.

Alih profesi dari penjala ikan menjadi penjala manusia. Semangat untuk menjala itu tetap ada pada mereka dan tidak akan hilang. Mereka hanya akan mengganti jala dan perahu yang berbeda, yang jauh lebih besar yang berasal dari Tuhan. Jala yang akan mereka tebarkan itu akan jauh lebih besar luas, sebab yang mereka jala adalah hati dan jiwa manusia.

Jika kita mau meneliti lebih jauh dan dalam profesi seorang nelayan, maka kita akan menemukan sikap dan sifat yang diperlukan oleh seseorang untuk hidup dalam panggilan Yesus.
            Sabar: Belajar untuk sabar menunggu hingga mendapatkan ikan. Dapat juga kita ilustrasikan bagaimana seorang yang memancing dengan sabar bahkan seharian menunggu umpannya di makan ikan. Hidup dalam panggilan Yesus bukanlah hal yang instant, namun harus tetap memiliki pengharapan.

            Semangat Pantang Menyerah: Tidak selamanya penjala ikan itu akan mendapatkan hasil, sebagaimana Simon menjawab Yesus yang mengatakan bahwa sepanjang malam mereka bekerja keras namun tidak mendapatkan apa-apa (Luk. 5: 5). Untuk menyambung hidup, maka walaupun hari ini tidak mendapatkan hasil bukan artinya esok tidak lagi menangkap ikan, tetapi tetap akan dilakukan. Hidup dalam panggilan Yesus bukanlah hidup dimana kita akan selalu mendapat apa yang kita inginkan, namun hidup dalam panggilan Yesus adalah mengikuti setiap dinamika kehidupan dengan selalu bersyukur di dalam Tuhan.


            Tangguh dan Berani: Tidak selamanya air tenang, terkadang badai akan datang. Berjuang di lautan luas bahkan jika badai datang adalah situasi yang terkadang di hadapi oleh nelayan. Hidup dalam panggilan Tuhan tidaklah mengatakan bahwa hidup akan tenang-tenang saja, namun kita juga harus mampu untuk tegar dan berani menghadapi badai kehidupan. Ada suka dan duka yang kita hadapi, namun semuanya itu tidak akan menyurutkan langkah kita untuk mengikut Yesus. 

Panggilan Yesus adalah mengubah paradikma/pandangan kita tentang apa yang kita kerjakan dan tekuni dalam dunia ini, sebagaimana Petrus dan saudara-saudaranya yang dipanggil Yesus dari penjala ikan menjadi penjala manusia. 

Sebagaimana Yesus memanggil dan memakai murid-muridNya untuk penyataan Kerajaan Sorga, demikianlah kita juga hidup dalam panggilan Yesus melalui setiap profesi dan pekerjaan yang kita tekuni masing-masing. Kita menekuni setiap profesi yang kita punya tidak sebatas untuk mencari uang atau kehidupan maupun harta duniawi, namun jauh lebih besar, luas dan dalamnya bahwa Tuhan akan memakai kita sebagai alat penyataan Kerajaan Allah dalam dunia ini.

Sunday, January 15, 2017

Iman Perwira yang Mengherankan Yesus

Iman Perwira  yang Mengherankan Yesus

Semua orang Katolik pasti ingat pernyataan ini: �Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang pada saya, tapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh.� Tapi tidak semua orang tahu siapa yang menyatakan ini, yaitu seorang perwira di Kapernaum yang imannya sempat membuat heran Yesus. Silakan baca kisah lengkapnya di Injil Matius 8:5-13.


Pada dasarnya kisah ini juga diceritakan di kedua Injil lainnya, Lukas dan Markus, namun dengan sedikit perbedaan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:





Di jaman Romawi, istilah �Hamba� bisa memiliki beberapa arti:
1. Hamba yang artinya pembantu atau budak, orang disuruh-suruh untuk mengerjakan kerjaan berat
2. Hamba yang artinya asisten, orang yang selalu berada dekat supaya muda untuk disuruh mengerjakan hal-hal misalnya buat kopi, memanggil orang, dan sebagainya
3. Hamba yang artinya asisten pribadi, orang yang selalu memenuhi kebutuhan tuannya, tahu yang dibutuhkan atau rutin dilakukan oleh tuannya dan juga seringkali untuk memenuhi kebutuhan seksual tuannya.

Dari ketiga arti ini, nomor 3 mungkin adalah yang paling masuk akal, mengingat tuannya sampai datang ke Yesus dan tahu hambanya sangat menderita. Tentu ada hubungan pribadi di antara hamba dan tuannya. Arti nomor 1 dan nomor 2 bersifat lebih impersonal.

Dengan mengetahui latar belakang hubungan yang tidak baik, karena pasti keduanya lelaki (homoseksual), Yesus meresponnya dengan menarik. Pertama, Ia langsung menjawab. Ia tidak bertanya-tanya apa penyakitnya, siapa namanya, apakah si hamba orang Yahudi atau bukan mengingat si perwira mungkin bukan Yahudi, maupun kenapa si perwira datang padaNya. Ini menunjukkan Yesus tidak memilih-milih orang. Kedua, Yesus langsung bertindak. Ia langsung mengatakan bahwa �akan datang�. Ia tidak hanya janji.

Nah, yang makin menarik dan bisa menjadi teladan kita adalah sikap dari si perwira. Perwira ini adalah orang Romawi, sehingga dianggap kafir oleh orang Yahudi. Dari kata-kata awalnya �saya tidak layak�� menunjukkan bahwa si perwira adalah orang yang memahami agama Yahudi dan toleran terhadapnya. Si perwira tahu apabila orang Yahudi masuk rumah orang kafir, maka ritual pembersihan diri dari kenajisan akan sangat rumit dan panjang. Ia tidak mau Yesus harus melewati itu semua.

Ada pula kemungkinan kedua. Si perwira menyadari bahwa hubungannya dengan si hamba adalah hubungan yang berdosa. Oleh karena itu ia mengatakan bahwa ia tidak layak menerima Tuhan yang kudus di rumahnya yang telah ternoda dengan dosa-dosanya.

Lalu si perwira meninggikan Yesus atas segala penyakit. Ini jelas nampak di dalam analoginya tentang pemimpin dan bawahan. Bagi si perwira itu Yesus cukup mengucap 1 kata, dan penyakit akan tunduk, sama dengan si perwira cukup mengucap 1 kata dan bawahannya taat.   Iman inilah yang mengherankan dan akhirnya dipuji oleh Yesus di ayat 10, dan hasilnya adalah Yesus menyembuhkan si hamba di ayat ke-13.

Bisakah kita memiliki iman seperti si perwira? Bila kita sakit, kita percaya Yesus cukup mengucapkan 1 kata dan penyakit kita akan disembuhkan. Bila kita sedang dalam kesulitan, kita percaya bahwa 1 kata Yesus cukup untuk mengantar kita ke jalan keluar yang bahagia. Bila kita sedang dalam dukacita, 1 kata dari Yesus cukup untuk menghibur kita.

Thursday, January 12, 2017

Merespon dengan Iman

Pernahkah mengalami suatu kejadian yang disaksikan oleh 2 orang namun respon keduanya berbeda? Suatu saat aku dan temanku melihat seorang ibu tua yang sedang berdiri di tepi jalan yang ramai dan melihat ke seberang. Kami menduga ibu itu ingin menyeberang namun takut tertabrak karena banyaknya kendaraan yang berseliweran. Sebagai anak muda yang hendak membantu, kami menghampiri ibu itu dan menawarkan bantuan menyeberangkan. Ibu itu menolak, lalu berusaha menghindari kami. Kami pikir ia malu, dan kami menawarkan lagi jasa kami dan ditolak lagi. Ketika kami masih berusaha meyakinkan si ibu agar mau menyeberang dengan kami, ibu itu membentak: �Saya masih bisa nyebrang sendiri!� Dengan kaget kami meninggalkan ibu itu sendiri.

Setelah jauh dari ibu itu, saya tertawa dan bilang pada teman saya bahwa seharusnya kita bertanya dulu pada si ibu apakah ia mau disebrangkan atau tidak. Saya menganggap kejadian itu lucu sekali. Tak diduga, wajah teman saya merah padam dan dengan marahnya ia mengutuk si ibu agar tertabrak ketika menyebrang. Ternyata teman saya merasa ibu itu sangat sombong dan menyinggung perasaannya.

Inilah yang dihadapi oleh setiap kejadian. Respon yang berbeda karena dilihat dengan sudut pandang berbeda dan pengalaman yang berbeda. Perbedaan respon itu bisa sangat besar dan tak disangka-sangka. Ini pulalah yang dihadapi Yesus ketika Ia mengampuni dosa dan menyembuhkan si lumpuh. Ada 2 macam orang yang sama-sama melihat kejadian tersebut namun punya respon yang berbeda. Yang pertama adalah yang langsung mengimani bahwa Yesus adalah Tuhan. Yang kedua adalah mereka yang melihat tapi menyangkal ketuhanan Yesus dengan alasan penghujatan, karya setan, dan sebagainya. Jenis yang manakah kita?


----------------
Jumat, 13 Januari 2017
Ibr 4:1-5, 11
Mzm 78:3,4bc,6c-7,8
Mrk 2:1-12

Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentianNya masih berlaku. Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya. Sebab kita yang beriman, akan masuk ke tempat perhentian seperti yang Ia katakan: "Sehingga Aku bersumpah dalam murkaKu: Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu," sekalipun pekerjaanNya sudah selesai sejak dunia dijadikan. Sebab tentang hari ketujuh pernah dikatakan di dalam suatu nas: "Dan Allah berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaanNya." Dan dalam nas itu kita baca: "Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu." Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorangpun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga.  (Ibr 4:1-5,11)

Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami, kami tidak hendak sembunyikan kepada anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatanNya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukanNya. supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya kepada anak-anak mereka, supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintahNya; dan jangan seperti nenek moyang mereka, angkatan pendurhaka dan pemberontak, angkatan yang tidak tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah.  (Mzm 78:3-4,6-8)

Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepadaNya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepadaNya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atasNya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anakKu, dosamu sudah diampuni!" Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hatiNya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" � berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu �: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat."  (Mrk 2:1-12)

Wednesday, January 11, 2017

Perjanjian yang Lebih Sempurna

Pertama kali saya membaca bacaan di surat kepada orang Ibrani ini, saya bingung. Paulus menyatakan bahwa Allah membuat perjanjian baru dimana perjanjian yang sebelumnya akan usang. Padahal perjanjian pertama itu pun dibuat oleh Allah dengan tanda darah (lihat di Kitab Kejadian) dan harusnya berlangsung untuk selama-lamanya. Lalu mengapa perlu ada perjanjian kedua yang lebih sempurna? Sebagai orang ekonomi, saya ingin menganalogikan hal ini dengan perjanjian utang piutang yang kini banyak berkembang di dunia ekonomi.



Perusahaan A membutuhkan uang dan ia meminjam kepada Investor B. Dalam perjalanannya, Perusahaan A kesulitan membayar utang dan bunganya karena bisnisnya tidak berjalan dengan baik. Dalam situasi ini, Investor B sebenarnya boleh menuntut Investor A secara hukum, dan dapat membangkrutkan Investor A. Tapi Investor B melihat penundaan pembayaran ini bukan dikarenakan kurangnya itikad baik Perusahaan A, melainkan karena ketidakmampuannya. Oleh karena itu Investor B memilih untuk membantu Investor A. Caranya adalah dengan memperbarui perjanjian, dimana Investor B memasukkan orangnya yang kompeten ke dalam Perusahaan A untuk membantu bisnisnya. Pada akhirnya Investor B menyelamatkan investasinya sekaligus menghindarkan pemilik dan karyawan Perusahaan A dari kebangkrutan.

Hal ini pun dilakukan oleh Allah. Ia melihat ketidaksetiaan bangsa Israel dan Ia tidak menghukum mereka dengan adil, yang berarti maut bagi mereka. Allah memasukkan Yesus ke dalam dunia dan hukumNya ke dalam hati kita agar kita menjadi �kompeten� untuk setia kepada Allah. Hal ini ditegaskan lagi dalam Bacaan Injil ketika Yesus memanggil mereka yang dikehendakiNya, dan keduabelas itu datang kepadaNya. Demikianlah kita juga, yang telah memiliki hukum Allah dalam hati kita, akan datang ketika Ia memanggil kita.



----------------
Jumat, 20 Januari 2017
Bacaan 1: Ibr 8:6-13
MT: Mzm 85:8,10-11, 13-4
Bacaan Injil: Mrk 3:13-19

Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi. Sebab, sekiranya perjanjian yang pertama itu tidak bercacat, tidak akan dicari lagi tempat untuk yang kedua. Sebab Ia menegor mereka ketika Ia berkata: "Sesungguhnya, akan datang waktunya," demikianlah firman Tuhan, "Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka, pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Sebab mereka tidak setia kepada perjanjianKu, dan Aku menolak mereka," demikian firman Tuhan. "Maka inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu," demikianlah firman Tuhan. "Aku akan menaruh hukumKu dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatKu. Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya, atau sesama saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku. Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka." Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya. (Ibr 8:6-13)

Perlihatkanlah kepada kami kasih setiaMu, ya TUHAN, dan berikanlah kepada kami keselamatan dari padaMu! Sesungguhnya keselamatan dari padaNya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapanNya, dan akan membuat jejak kakiNya menjadi jalan. (Mzm 85:8,10-11,13-14)

Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendakiNya dan merekapun datang kepadaNya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutusNya memberitakan Injil dan diberiNya kuasa untuk mengusir setan. Kedua belas orang yang ditetapkanNya itu ialah: Simon, yang diberiNya nama Petrus, Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diberiNya nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh, selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia.  (Mrk 3:13-19)

Tuesday, January 10, 2017

Tuhan yang Mau Berbelarasa

Konon ada seorang gadis bersedih karena ditinggalkan oleh pemuda yang dicintainya. Selama bertahun-tahun ia mencari pemuda itu yang kabarnya sedang belajar untuk menjadi pemain pedang besar. Pemuda itu pun mencintainya, namun tekadnya bulat untuk mengutamakan cita-citanya untuk menjadi yang terbaik. Suatu ketika seorang pendeta bijaksana datang padanya dan menasihatinya agar melupakan saja pemuda itu. Si gadis berpikir: �tak ada bedanya ini (nasihat tersebut) dengan udara kosong, karena si pendeta tidak pernah jatuh cinta. Tak mungkin bagi orangyang tidak pernah jatuh cinta memahami apa yang dirasakannya.� � Musashi karya Eiji Yoshikawa.

 lagitampakn hilang dan kita tanfat asli yang tak akan hilang, benih Ilahi pun takkan hilang dan kita tana lalu anak-anak, yang
Sering kali orang yang sedang berada di lembah kesengsaraan dan dukacita tidak mau menerima nasihat dari orang yang tidak pernah mengalaminya. Bahkan bagi mereka adalah satu penghinaan bila orang yang tak pernah mengalaminya berusaha memahami apa yang sedang dirasakannya. Untuk itulah Yesus datang sebagai manusia. Ia ingin mengalami kesakitan agar orang percaya ketika ia menyembuhkan. Ia berhasil mengalahkan kesempatan untuk sombong ketika semua orang mencarinya, agar murid-muridNya belajar rendah hati. Ia mementingkan mewartakan Injil di atas segala hal kepada semua orang, supaya kita pun mengikuti teladan itu.


Yesus tahu bahkan sebelum Ia dilahirkan, bahwa Ia akan sengsara. Tapi karena Ia mengasihani kita semua yang tidak punya teladan dan ketakutan seperti domba tak punya gembala, maka Ia mau turun ke dunia, agar kita semua percaya padaNya dan mengikutiNya.  

-----------------------------
Rabu, 11 Januari 2017
Hari Biasa  (H)
Bacaan 1: Ibr 2:14-18
MT: Mzm 105:1-2,3-4,6-7,8-9
Bacaan Injil: Mrk 1:29-39

Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai. (Ibr 2:14-18)

Bersyukurlah kepada TUHAN, serukanlah namaNya, perkenalkanlah perbuatanNya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagiNya, bermazmurlah bagiNya, percakapkanlah segala perbuatanNya yang ajaib! Bermegahlah di dalam namaNya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN! Carilah TUHAN dan kekuatanNya, carilah wajahNya selalu! hai anak cucu Abraham, hambaNya, hai anak-anak Yakub, orang-orang pilihanNya! Dialah TUHAN, Allah kita, di seluruh bumi berlaku penghukumanNya. Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjianNya, firman yang diperintahkanNya kepada seribu angkatan, yang diikatNya dengan Abraham, dan akan sumpahNya kepada Ishak;  (Mzm 105:1-4,6-9)

Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus dengan Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas. Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka. Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia. Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; waktu menemukan Dia mereka berkata: "Semua orang mencari Engkau." JawabNya: "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang." Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan.  (Mrk 1:29-39)

Sunday, January 8, 2017

Apa Sifat Aslimu?

Melihat banyak anak-anak yang lucu-lucu kadang kita dapat tertegun karena beberapa anak menunjukkan sifat-sifat tertentu yang sangat dominan. Ada yang selalu ketakutan bila bertemu dengan orang tak dikenal; ada yang sangat pemberontak dan tidak dapat dihukum agar jera; ada yang menunjukkan sifat-sifat kepemimpinan. Inilah sifat-sifat asli dari anak-anak.


Di dalam perjalanannya menjadi dewasa, sifat-sifat ini bisa tampak makin kuat atau makin lemah tergantung bagaimana kondisi di sekelilingnya. Namun walaupun dilemahkan, sifat-sifat asli itu takkan pernah hilang.  Tidak heran bila kita melihat seorang dewasa yang menjadi pemimpin yang kuat lalu gurunya berkomentar: �dari kecil saja dia sudah memimpin teman-temannya dalam setiap permainan.� Atau sebaliknya seorang pembalap dikomentari bekas temannya: �gak heran, dari kecil aja dia sudah enggak kenal takut.� Orangtua dan guru sering bisa mengidentifikasi sifat-sifat dominan ini dan bisa membayangkan masa depan anak tersebut.

Karena itu jangan heran ketika Yohanes Pembaptis segera dapat melihat sifat-sifat tertentu di dalam diri Yesus, dan menunjukNya sebagai �Anak Domba Allah�. Juga Yesus, sebagai Guru paling bijaksana, segera dapat melihat sifat-sifat batu karang pada diri Simon dan menamakannya Kefas, yang artinya Batu Karang.

Penulis Surat Yohanes juga menunjuk bahwa ada sifat-sifat yang tampak ketika kita dilahirkan jadi anak-anak Allah. Tandanya adalah selalu berbuat kebenaran dan mengasihi saudaranya. Dan sama seperti anak-anak yang dipengaruhi oleh lingkungannya dan dapat menyamarkan sifat aslinya, kita pun dapat dikelilingi oleh dosa. Namun sama pula seperti sifat asli yang tak akan hilang, benih Ilahi pun takkan hilang dan kita tak mau berbuat dosa lagi.

----------------------------
Rabu, 4 Januari 2017
Hari Biasa Masa Natal (P), Pw S. Elisabet Ana Bayley Seton
Bacaan 1: 1 Yoh 3:7-10
MT: Mzm 98:1,7-8,9

Bacaan Injil: Yoh 1:35-42

Anak-anakku, janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar; barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu. Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah. Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.  (1Yoh 3:7-10)

Mazmur. Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepadaNya oleh tangan kananNya, oleh lenganNya yang kudus. Biarlah gemuruh laut serta isinya, dunia serta yang diam di dalamnya! Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama di hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran. (Mzm 98:1,7-9)

Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!" Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus. Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu cari?" Kata mereka kepadaNya: "Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?" Ia berkata kepada mereka: "Marilah dan kamu akan melihatnya." Merekapun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus)." Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)."  (Yoh 1:35-42)

Tags