Latest News

Tuesday, January 31, 2017

Mantapkan Hati Sampai Tujuan Akhir

Maharani Wu, kaisar wanita satu-satunya di China, lahir dari keluarga jelata. Ia mendapat perhatian dari seorang pejabat istana yang memasukkannya ke harem di mana ia kemudian terpilih menjadi istri kaisar. Suaminya meninggal dalam usia yang cukup muda, sementara putranya belum cukup umur untuk memimpin. Oleh karena itu ia, yang sudah bekerja keras selama suaminya masih hidup, terpilih menjadi kaisar sementara menunggu putranya cukup umur.

Maharani Wu tidak seperti wanita-wanita lain di harem istana. Setiap hari ia membekali diri dengan kegiatan olahraga di bawah terik matahari, dan belajar di malam hari. Karenanya ketika ia mulai menempati posisinya sebagai maharani (istri utama kaisar), ia tidak mengalami kesulitan. Berkat disiplin diri yang kuat, dan tekadnya yang teguh untuk melampaui berbagai rintangan, ia berhasil mencapai posisi tertinggi di negara itu. Tapi di dalam keluarganya sendiri, kerja kerasnya  diremehkan. Ibu dan saudarinya berusaha mengambil kesempatan dari posisinya, keponakannya ingin merebut posisinya, sementara sepupunya berusaha meracuni dia. Semua itu tak membuatnya patah hati, melainkan makin tegar dan mantap, baik sebagai manusia maupun sebagai penguasa.

Apakah kita sudah mengalami kemantapan hati seperti Maharani Wu untuk mencapai posisi di Kerajaan Allah? Apakah kita bangkit dari teguran Allah dan menjadi orang yang lebih baik? Apakah kita disiplin pada diri kita sendiri? Dan apakah kita mampu untuk tegar, walaupun orang-orang rumah mencela kita? Semuanya itu diberikan Allah agar kita memurnikan diri, sehingga layak mendapat tempat di Kerajaan abadi itu.
---------------------------
Rabu, 1 Februari 2017
Hari Biasa (H)
Bacaan 1: Ibr 12:4 � 7, 11 � 15
MT: Mzm 103: 1-2, 13-14, 17-18a
Bacaan Injil: Mrk 6: 1 � 6


Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah. Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya. Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah; dan luruskanlah jalan bagi kakimu, sehingga yang pincang jangan terpelecok, tetapi menjadi sembuh. Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan. Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.  (Ibr 12:4-7,11-15)

Dari Daud. Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah namaNya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikanNya! Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu. Tetapi kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilanNya bagi anak cucu, bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjianNya dan yang ingat untuk melakukan titahNya.  (Mzm 103:1-2,13-14,17-18)

Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asalNya, sedang murid-muridNya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperolehNya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepadaNya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tanganNya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudaraNya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tanganNya atas mereka. a) Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka.  b) Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.  (Mrk 6:1-6)

No comments:

Post a Comment

Tags