Latest News

Monday, October 31, 2016

Berdoa Seperti Si Pemungut Cukai (Pertanyaan dan Renungan)

Yesus adalah guru doa yang terutama. Dalam Injil Lukas (Luk 18:9-14), Ia mengajar kita untuk berdoa seperti si pemungut cukai. Ini adalah pertanyaan dan renungan atas perikop tersebut. Semoga dapat memberikan pencerahan sedikit tentang ajaran Yesus ini.

Pasti semua sudah tahu kisahnya. Yesus memberikan perumpamaan 2 orang sedang berdoa di Bait Allah. Yang pertama adalah orang Farisi yang berdoa dengan kebanggaan akan dirinya. Yang kedua adalah pemungut cukai yang menyadari dosa-dosanya. Yesus menyimpulkan perumpamaan itu dengan ayat emas berikut: �Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.� (Luk 8:14)

Pertanyaan 1: Kenapa Yesus harus memberikan perumpamaan kedua orang ini, orang Farisi dan pemungut cukai?
Orang Farisi mungkin merupakan ejekan umum bagi orang-orang yang memandang tinggi diri sendiri. Itu sebabnya Yesus langsung mengambil contoh orang Farisi, padahal audiens-Nya saa itu tidak dikatakan berasal dari orang Farisi. Farisi sendiri adalah salah satu sekte yang berlawanan pandangannya dengan sekte Eseni (menurut para ahli, Yesus dibesarkan di antara Kaum Eseni).
Sementara itu Pemungut Cukai adalah profesi yang kurang baik di mata masyarakat. Pemungut cukai adalah perwakilan para penjajah bangsa Israel (yaitu bangsa Romawi). Seringkali pemungut cukai juga memeras untuk kepentingan diri sendiri dengan dalih memungut pajak yang ditentukan pemerintah. Di bawah norma/standar masyarakat demikian, tidak heran bahwa pemungut cukai merasa dirinya orang berdosa (lihat kisah Zakeus yang merasa dirinya berdosa).
Mungkin Yesus memilih kedua �stereotipe� ini  agar perbandingan keduanya lebih ekstrim. Orang Farisi punya alasan untuk berbangga, sementara pemungut cukai dianggap tidak akan diterima oleh Allah.

Pertanyaan 2: Apakah yang diperbuat oleh keduanya?
Keduanya sama-sama ke Bait Allah untuk berdoa.
Keduanya sama-sama berdiri untuk berdoa menurut kebiasaan orang Israel
Keduanya sama-sama pulang ke rumah setelah berdoa di Bait Allah
Dengan demikian, keduanya sama-sama adalah orang yang menjalankan kewajiban agamanya paling tidak berdasarkan standar minimum.

Pertanyaan 3: Apa yang diperbuat orang Farisi yang dianggap kurang baik oleh Yesus?
Orang Farisi bersyukur pada Allah akan kebaikan-kebaikan yang dilakukannya. Tentu hal ini adalah hal baik. Pada 1 sisi, kata syukur itu baik. Artinya ia mengklaim keberadaan dan partisipasi Allah dalam hidupnya yang tak bercela itu.
Sisi lain, kata syukurnya seperti selimut yang menutupi keinginannya untuk �tidak sama dengan orang lain.�
Maka, tidak bolehkah seseorang berdoa untuk bersyukur pada Allah ketika ia mampu melakukan hal-hal baik? Kalau kata-kata �tidak sama dengan orang lain� dan �bukan seperti pemungut cukai ini�, maka apakah kata-kata syukur si orang Farisi itu dapat dibenarkan?
Mungkin syukur atas hal-hal yang baik yang telah diperbuatnya dapat dibenarkan bila fokusnya adalah pada Allah semata.

Pertanyaan 4: Apa yang dilakukan oleh si Pemungut Cukai yang dipandang baik oleh Yesus?
Pemungut cukai berdiri jauh-jauh. Jauh dari mana? Mungkin jauh dari pusat Bait Allah dimana Allah diyakini berada. Jadi orang yang merasa berdosa tidak berani mendekati Allah.
Ia tidak berani menengadah ke langit. Langi adalah tempat di mana Allah berada, menurut orang Israel. Artinya, orang berdosa tidak berani memandang Allah.
Ia memukul diri. Memukul diri adalah tanda penyesalan, ingin menghukum diri sendiri walaupun orang lain belum tentu menghukum. Jadi si Pemungut Cukai menyatakan secara fisik bahwa ia menyesal. Sebuah penyesalan yang sempurna nampak secara fisik dan si penyesal bersedia dihukum secara fisik.
Kata-kata �Kasihanilah aku orang berdosa ini� mengungkapkan iman Pemungut Cukai bahwa Allah mau mengampuni dan mengasihaninya. Walaupun malu dan takut, ia tetap datang ke Bait Allah. Ini menunjukkan iman akan Allah pengampun.

Pertanyaan 5: Apa itu orang yang dibenarkan Allah?
Yesus mengkritik orang yang menganggap diri benar dan memandang rendah semua orang lain. Orang yang menganggap diri benar belum tentu dibenarkan Allah.
Orang benar itu disayang Tuhan, diselamatkan Tuhan.
Berarti orang yang menganggap diri benar, belum tentu disayang dan diselamatkan Tuhan.

Pertanyaan 6: Apa maksudnya meninggikan dan merendahkan diri?
Ketika seorang meninggikan diri maka ia:
- Nampak dari luar. Orang yang tinggi terlihat dari luar kerumunan.
- Dia bisa melihat orang lain dari sudut atas. Dari situ semua orang tampak sama karena terlihat rambutnya yang sama hitam.
- Ia melihat orang lain lebih kecil daripada dia.
- Ia bisa melihat keluar dari kerumunan dengan lebih baik. Ia mendapatkan pemandangan yang berbeda dari orang-orang lain di kerumunan itu
- Ia melihat barang-barang yang dicari orang (di atas)

Sebaliknya, ketika orang merendahkan diri maka ia:
- Sulit untuk melihat di luar kerumunan
- Ia hanya melihat sebagian orang saja karena yang jauh tertutup dari pandangannya
- Ia harus siap �dilindas� orang lain. Pada saat panik, orang pendek lebih mudah tersapu kerumunan
- Ia tidak terlihat dari luar
- Ia melihat hal-hal yang dibuang orang, yang ada di tanah
- Ia lebih dapat melihat perbedaan � ada orang yang gendut ada yang kurus, ada yang bungkuk, dsb.

No comments:

Post a Comment

Tags