Latest News

Tuesday, December 26, 2017

Kubur Kosong, Hoax atau Fakta?

Hoax adalah istilah yang sedang beken di media sosial. Hoax artinya kabar yang menyimpang dari realitas. Misalnya ada orang yang dikabarkan jatuh ke gunung berapi yang sedang meletup-letup, ternyata realitasnya adalah orang tersebut jatuh ke danau. Orang yang membuat kabar hoax bisa bertujuan untuk memfitnah orang lain, mengacaukan situasi atau sekedar bersenang-senang. Penerima kabar hoax seringkali melihat hoax itu sebagai kabar yang sebenarnya tanpa melihat bukti yang ada, langsung percaya kepadanya dan mewartakannya kepada orang lain. Akhirnya hoax itu menjadi viral -- sebuah istilah yang berarti dikabarkan kepada banyak orang -- dan menjadi suatu kepercayaan bersama. Bersama-sama, orang yang percaya pada hoax itu adalah suatu komunitas sendiri, yaitu terpisah dari mereka yang tidak percaya.

Bacaan Injil menjelaskan proses untuk menjadi percaya. Apa yang dibutuhkan seseorang untuk menjadi percaya? Kita bisa melihat ini di dalam proses hoax menjadi viral. Seseorang hanya perlu melihat suatu kabar di media sosial dan percaya. Tapi latar belakang kepercayaan itu adalah prasangka dan pemahaman yang telah dibangun sebelumnya. Misalnya, apakah ada orang yang beriman kepada Yesus, melihat video bahwa Yesus membunuh orang, akan percaya begitu saja? Demikian juga kita melihat proses ini pada bacaan Injil. Maria dan kedua murid sama-sama melihat kubur kosong, tapi hanya �murid yang lain� melihat dan percaya. Bagaimana murid yang lain itu langsung percaya? Karena sebelumnya Yesus sudah membukakan pemikiran tentang apa yang akan terjadi kepadaNya. Mengingat hal tersebut, maka murid itu langsung percaya.

Bacaan pertama dimulai dengan kata-kata yang menjelaskan bahwa apa yang dituliskan para penulis bukan hoax. Para penulis telah melihatnya sendiri, merabanya sendiri, yaitu Firman yang Hidup. Mereka berharap bahwa tulisan itu akan menjadi viral lewat pemberitaan semua orang, dan pada akhirnya menjadi suatu persekutuan, yaitu persekutuan orang-orang yang beriman kepada Firman yang Hidup dan kepada hidup yang kekal. Mari kita bersekutu pada orang-orang yang percaya pada Yesus, bukan pada komunitas yang percaya hoax-hoax.


-----------------------
Bacaan Liturgi 27 Desember 2017
Pesta S. Yohanes, Rasul dan Pengarang Injil
Bacaan Pertama: 1Yoh 1:1-4

Bacaan Injil: Yoh 20:2-8

Friday, December 22, 2017

Kelahiran yang Membawa Sukacita

Hari ini kedua bacaan bercerita tentang kelahiran yang dinanti-nantikan. Kelahiran yang pertama, yaitu kelahiran Samuel telah dinantikan lama oleh ibunya yang sudah tua. Kelahirannya disambut dengan sukacita sebab kelahirannya membawa kebebasan kepada ibunya dari rasa hina dan malu.

Kelahiran kedua yaitu kelahiran Yesus oleh Bunda Maria juga merupakan kelahiran yang dinanti-nantikan. Tapi penantian itu bukan oleh ibunya yang tentu tidak menduga bahwa ialah yang akan mengandung, melainkan dinantikan oleh seluruh Bangsa Israel. Kelahirannya diharapkan akan menghapus noda malu dan hina yang diderita oleh Bangsa Israel yang saat itu sedang dijajah Bangsa Romawi.

Setiap kelahiran adalah rahmat dari Allah, dan tiap kelahiran seharusnya mendatangkan sukacita dan pembebasan. Namun masih banyak kelahiran-kelahiran yang tidak diharapkan" di dunia  ini, kelahiran-kelahiran yang tidak dinantikan, tidak membebaskan dan dirasa tidak mendatangkan rahmat bagi orang-orang disekitarnya. Karenanya kini makin maraklah kasus-kasus aborsi, pembunuhan dan penyiksaan anak, bahkan bunuh diri.

Maka marilah kita berdoa bagi anak-anak yang sendirian dan kesepian di dunia ini, yang keberadaannya terasa tidak menyukakan hati orang-orang di sekitarnya. Ingatlah bahwa anak-anak itu mungkin adalah saya dan anda atau mungkin juga orang terdekat kita. Semoga hati kita terbuka bagi anak-anak ini dan tangan kita terulur pada mereka supaya mereka tahu, mereka dinanti dan mereka adalah rahmat Allah sendiri, dan melalui mereka  Allah menganugerahi rahmat dan sukacita.

--------------------
Bacaan Liturgi Jumat, 22 Desember 2017
Hari Biasa Khusus Adven
Bacaan 1: 1 Sam 1:24-28
Luk 1:46-56

Tuesday, December 19, 2017

Misa Mitoni dan Pertanda Sebuah Janji

Sepasang suami istri yang sudah menikah lebih dari 3 tahun akhirnya menantikan hadirnya seorang putri. Untuk merayakannya, mereka mengadakan misa mitoni (nujuh bulanan). Sukacita keluarga, bukan hanya calon orangtua namun juga seluruh keluarga besar, sangatlah terasa dalam perayaan itu. Sukacita itupun ditularkan oleh keluarga besar kepada seluruh undangan. Setelah misa, pasutri itu sharing bagaimana mereka berusaha untuk mendapatkan anak, dan akhirnya kabar gembira didapat setelah mengikuti Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP). Setelah menerima kabar itu, kedua suami istri terus melayani di paroki secara intensif sebagai ungkapan syukur atas titipan Allah, walaupun banyak saran agar sang istri beristirahat cukup supaya kondisi pada persalinan kuat dan sehat. Mereka memandang bahwa kabar gembira yang muncul pada saat penutupan KEP itu adalah pertanda bahwa Allah memberkati kehamilan tersebut dan akan melindungi anak yang dikandung sampai persalinan dan sampai dewasa.

Dari perasaan syukur yang dirasakan di dalam misa itu, kita bisa membayangkan sukacita yang terjadi dalam hati Maria, walaupun mungkin sukacita itu diiringi dengan kekuatiran. Sukacita itu masih ditambah oleh kabar bahwa saudarinya Elizabeth pun juga sedang mengandung. Maria memandang pertanda-pertanda itu sebagai bukti janji Allah padanya, yaitu bahwa anak yang akan dilahirkannya adalah Anak Allah. Karenanya pertanda ini menjadi kekuatan bagi Maria untuk kuat menerima kondisinya yang kita tahu mungkin berbahaya pada jaman itu.

Sebaliknya raja Ahas tidak mau meminta pertanda, walaupun Allah sudah menawarkannya. Kenapa ia tidak mau memintanya? Dari alasan yang diberikannya, kita dapat menduga karena raja takut mencobai Allah. Namun bila membaca ayat sebelumnya, kita dapat mengambil kesimpulan lain, yaitu bahwa raja sebenarnya tidak percaya pada janji Allah, yaitu bahwa serangan raja Israel tidak akan mengalahkannya. Pertanda Allah menjadi tidak berarti ketika kita tidak mempercayai Allah dan janji-janjiNya. Oleh karena itu marilah kita jeli melihat pertanda-pertanda yang datangnya dari Allah supaya kita terus kuat di dalam menghadapi situasi kehidupan, karena kita percaya akan janji Allah akan kehidupan kekal yang datang dalam perantaraan Yesus.


---------------------
Bacaan Liturgi 20 Desember 2017
Masa Adven 20 Desember
Bacaan Pertama: Yes 7:10-14

Bacaan Injil: Luk 1:26-38

Friday, December 15, 2017

Anggota "Angkatan Ini"-kah Kita?

Seorang teman pernah berkata: �orang malas itu kreatif mencari alasan.� Tidak bisa tidak hal itu benar adanya. Kita melihat lampu lalu lintas sudah berubah merah, tapi kita malah menginjak gas dan berkata: �ah kan cuma sedetik saja bedanya.� Di perempatan berikutnya ketika lampu di depan kita berubah hijau, seorang pengemudi motor dari sisi kanan menyeberang walaupun pasti lampu di sisinya sudah merah, dan kita berteriak, �@!#$!#, gak lihat apa tuh lampu merah?!?!?!� Padahal baru semenit yang lalu kita berada di posisi yang sama. Tapi ketika diingatkan, apa kata kita? �Ya bedalah, aku kan �cuma' sekali.�

Alasan. Selalu ada alasan untuk tidak berdoa, tidak berlaku adil dengan sesama, tidak memikirkan orang lain, tidak memberi pada orang lapar, tidak menjenguk orang sakit. Alasannya adalah di seputar: macet, capek, kemalaman, sibuk, dan tidak cukup uang. Namun celakanya, kepada orang yang beralasan, kita pun menggerutu: �gimana sih kok alasannya itu lagi, itu lagi. Bosan.�

Tuhan Yesus memperingatkan angkatan �ini�, yaitu angkatan yang selalu mencari alasan untuk menyalahkan orang lain demi menghindari kewajibannya sendiri, yaitu menuruti perintah Allah. Jangan sampai angkatan �ini� adalah kita sendiri, karena bila demikian kita akan kehilangan janji-janji Allah yaitu damai sejahtera yang seperti sungai yang tidak pernah kering dan kebahagiaan yang terus berlimpah.

----------------
Bacaan Liturgi 15 Desember 2017
Jumat Pekan Adven II
Bacaan Pertama: Yes 48:17-19
Bacaan Injil: Mat 11:16-19

Tuesday, December 12, 2017

Allah Bisa?

Seorang anak laki-laki berusaha mengambil balon dan botol minumnya sekaligus. Dengan kesusahan kedua benda itu jatuh dan jatuh lagi. Aku membungkuk untuk membantunya, namun ibunya mencegahku. �Biarkan saja,� katanya. Maka aku pun mengurungkan niat dan melihatnya berjuang sendiri sampai ia tersenyum ketika kedua barang itu selamat di tangannya. Ibunya tidak meninggalkannya, melainkan tetap mengawasinya sampai ia mampu melakukannya sendiri.



Kita sering-sering lupa bahwa Allah kita juga seperti ibu di atas. Bukan berarti ibu itu tidak bisa membantu si anak, tapi karena si ibu ingin membuat anak itu lebih kuat dan lebih bersemangat. Demikian juga Allah. Bukan berarti Ia tidak bisa membantu kita secara langsung, misalnya menurunkan hujan duit ketika kita terjepit kesulitan finansial atau menciptakan helikopter ketika kita sedang terjebak macet. Tapi karena Ia ingin agar kita makin kuat dan bersemangat.

Untuk itu kita juga terus diingatkan bahwa Yesus sudah datang agar hati kita tenang dan kita juga makin dikuatkan karena sebenarnya beban kita ringan. Kuk yang berat sudah diangkat dan diambil sendiri oleh Yesus. Oleh karena itu marilah kita bersukacita dan bersemangat di dalam kehidupan kita.


----------------
Bacaan Liturgi 13 Desember 2017
Rabu Pekan Adven II
PW S. Lusia, Perawan dan Martir
Bacaan Pertama: Yes 40:25-31

Bacaan Injil: Mat 11:28-30

Friday, December 8, 2017

Terjadilah Padaku Menurut Perkataanmu

Hari ini adalah Hari St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa. Mengapa Gereja Katolik sampai pada kesimpulan bahwa St. Maria harus dikandung tanpa dosa? Bukankah cukup Yesusnya saja yang tanpa dosa? Dogma ini muncul relatif baru, yaitu 1.854 tahun setelah Yesus hidup, sehingga banyak orang non Katolik mengira bahwa dogma ini adalah �buatan� Gereja Katolik semata. Namun hal ini didukung oleh Kitab Suci, yaitu oleh salam dari Malaikat Gabriel: �Salam hai engkau yang dikaruniai� (Luk 1:28). Kata �dikaruniai� dalam bahasa Yunaninya adalah �kecharitomene� yang mengacu pada kata kerja �dikaruniai secara sempurna�, atau keadaan yang berseberangan dengan dosa.


Apakah dengan keadaan tanpa dosa itu lalu kita berpikir: wah pantas saja Bunda Maria begitu suci�. ia sudah tanpa dosa sejak awalnya�? Benarkah keadaan tanpa dosa membuat manusia mudah untuk menghindari dosa? Tidak. Ingatlah akan dosa pertama, yang dikisahkan dalam bacaan pertama. Adam dan Hawa pun pada awalnya tak berdosa dan hidup di dalam dunia yang masih tidak ternoda dosa. Namun karena ketidaksetiaan mereka, mereka menjadi berdosa. Oleh sebab itu luar biasalah jawaban Bunda Maria: �terjadilah padaku menurut perkataanmu� karena jawaban itu menunjukkan kesetiaan yang luar biasa pada Allah.


Demikianlah pada hari ini kita perlu meneladan Bunda Maria di dalam kesetiaan kita terhadap panggilan hidup kita masing-masing. Apalagi kini kita tahu bahwa di dalam Kristus, Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya, sama seperti Bunda Maria.

---------------------
Bacaan Liturgi, Jumat, 8 Desember 2017
HR St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda
Bacaan 1: Kej 3:9-15, 20
Bacaan 2: Ef 1:3-6,11-12
Injil: Luk 1:26-38

Wednesday, December 6, 2017

Ayat Alkitab tentang etos kerja



Matius 25: 18+26
Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.
Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?


Amsal 10: 4
Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.

Amsal 20: 13
Janganlah menyukai tidur, supaya engkau tidak jatuh miskin, bukalah matamu dan engkau akan makan sampai kenyang.

Amsal 6: 6
Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak:

Yohanes 5: 17
Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerjasampai sekarang, maka Akupun bekerja juga."

2 Tesalonika 3: 8
dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu.

2 Tesalonika 3: 10b
jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.

Yohanes 6:27
Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.

1 Timotius 6: 17
Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.

2 Korintus 9: 10
Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;

Efesus 6:7
dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia.


Ayat Alkitab Tentang Pernikahan Kristen dan Perceraian



TENTANG PERNIKAHAN KRISTEN

Matius 19: 5-6
Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."


Matius 19: 12
Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti."

Efesus 5: 22-25
Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya

Efesus 5: 33
Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.

TENTANG PERCERAIAN

Matius 19: 9
Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah."
1 Korintus 7: 39
Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya.

1 Korintus 7: 27
Adakah engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mengusahakan perceraian! Adakah engkau tidak terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mencari seorang!


2 Petrus 3: 8-15a | Ruang waktu kesabaran Tuhan



Bacaan Firman Tuhan: 2 Petrus 3: 8-15a
Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.

Guru-guru palsu yang hendak menyesatkan umat Tuhan dengan ajaran-ajaran sesatnya ternyata tidak dapat merusak iman umat kepada Yesus Kristus, dan akhirnya mereka mencemooh firman Tuhan tentang kedatangNya kembali. Di ayat 4 mereka berkata �Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia di ciptakan�

Surat rasul Petrus yang kedua ini ingin menjawab sekaligus meneguhkan iman jemaat yang mungkin terguncang oleh ejekan guru-guru palsu itu. Dalam nas ini ada dua hal yang menjadi penekanan:

1.      Tuhan adalah pemilik waktu
Dalam ayat 8 dengan tegas dikatakan �bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.�
Tidak ada dari kita yang dapat mengatakan tentang janji Tuhan akan kedatanganNya kembali �terlalu cepat� atau �terlalu lama� maupun dapat menentukan dan memperdiksi kedatanganNya. Sebab kita hidup dalam ruang waktu yang Tuhan berikan. Kita hidup dalam waktu yang Tuhan berikan dan Dia yang menentukan waktu itu, sehingga Tuhanlah yang menentukan esensi dari waktu yang diberikan pada manusia.

2.      Esensi waktu Tuhan adalah kesabaran
Dalam ayat 9 dikatakan �tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.�
Bahwa kita hidup dalam ruang waktu kesabaran Tuhan, selama Tuhan masih memberikan waktu pada kita, maka itu artinya Tuhan masih memberikan kesempatan bagi kita untuk berusaha hidup tidak bercacat dan bernoda ketika Dia datang (ay. 14). Selama Tuhan masih memberikan waktu kehidupan itu artinya tangan Tuhan masih tetap terbuka keselamatanNya bagi siapapun.

Yang menjadi perenungan bagi kita saat ini adalah: sudah bagaimana kita memakai waktu yang Tuhan berikan pada kita? Tuhan memberikan waktu hidup bagi kita adalah untuk mempersiapkan diri kita menuju keselamatan yang akan Tuhan berikan, dan dalam waktu yang bersamaan juga kita menjalani aktifitas kehidupan sehari-hari dengan berbagai macam urusan.

Dari sekian banyak waktu yang Tuhan berikan pada kita, marilah kita uji dan lihat kembali apakah waktu yang Tuhan berikan itu telah kita pakai untuk mendekatkan diri pada Tuhan atau kita hanya memberikan sisa-sisa waktu kita pada Tuhan. Memakai waktu untuk mempersiapkan diri menerima keselamatan dari Tuhan bukan berarti kita berhenti bekerja dan duduk manis menerima wejangan firman Tuhan. Namun kita harus memiliki prinsip terhadap waktu yang diberikan Tuhan: sebanyak apapun waktu yang kita gunakan untuk segala urusan hidup kita, maka waktu untuk Tuhan akan jauh lebih banyak lagi dari urusan hidup kita. Sebab waktu adalah pemberian Tuhan.

Tuesday, December 5, 2017

Sukacita dan Pengharapan adalah Obat Termanjur

Seorang sopir turun dari mobil mewah di depan tempat pemakaman umum. Ia berjalan menuju pos penjaga kuburan & berkata: �Pak, tolong temui nyonya di mobil itu, karena tak lama lagi ia akan meninggal!� Dengan tergesa gesa penjaga kuburan itu segera berjalan menghampiri sang nyonya.Seorang perempuan lemah, berwajah sedih membuka pintu mobilnya, dan berkata: �Saya....Nyonya Stefanus yang selama ini mengirim uang tiap dua minggu sekali agar Anda dapat membeli seikat bunga & menaruhnya di atas makam anak saya. Saya datang untuk berterima kasih atas kesediaan & kebaikan hati Anda.�

�O..., jadi Nyonya yang selalu mengirim uang itu? Maaf Nyonya, memang uang yang dikirimkan itu selalu saya belikan bunga,  tetapi saya tidak pernah menaruh bunga itu di pusara anak Nyonya.� jawab si penjaga kuburan itu. �Ya nyonya, karena menurut saya, orang yang sudah meninggal tidak akan pernah melihat keindahan bunga tersebut.Karena itu setiap bunga yang saya beli, saya berikan kepada mereka yang ada di rumah sakit,
orang miskin yang saya jumpai, atau saya berikan kepada mereka yang sedang bersedih. Orang2 yang masih hiduplah yang dapat menikmati keindahan & keharuman bunga2 itu, Nyonya,� jawab pria itu.

Nyonya itu terdiam dan pulang. Beberapa bulan kemudian ia datang lagi, namun sudah jauh lebih sehat dan ceria. �Selamat pagi, apakah masih ingat saya ? ......Saya Nyonya Stefanus.
Saya berterima kasih atas nasihat yang Anda berikan beberapa bulan yang lalu. Ketika saya secara langsung mengantarkan bunga2 itu ke Rumah sakit atau panti jompo, org org yg sedang susah  bunga-bunga itu tidak hanya membuat mereka Bahagia, .........tetapi .........
saya juga  turut Bahagia,� katanya sambil tersenyum.  �Sampai saat ini dokter2 tidak tahu mengapa saya bisa sembuh,  tetapi saya benar-benar yakin. bahwa ........sukacita & pengharapan adalah obat yang memulihkan saya!�

Bahagia adalah kata yang mudah diucapkan namun sulit dirasakan. Namun Allah sudah menjanjikan kebahagiaan kekal di mana tidak ada dukacita. Dan apakah Allah sungguh dapat menepati janji itu? Bila ragu, maka lihatlah Yesus yang telah berhasil menghapus sebagian dukacita yang ada di dunia: kesakitan dan kelaparan. Bahkan di perikop lainnya kita tahu Yesus pun telah berhasil menghapus dukacita kematian. Melihat itu semua, masihkah kita ragu akan janji kebahagiaan kekal Allah bagi kita yang setia padaNya?


------------------
Bacaan Liturgi 06 Desember 2017
Rabu Pekan Adven I
PF S. Nikolaus, Uskup
Bacaan Pertama: Yes 25:6-10a

Bacaan Injil: Mat 15:29-37

Tags