Latest News

Thursday, February 23, 2017

Cinta dari Sahabat Seperjalanan

Bulan Februari sering sekali dikaitkan dengan kasih sayang, karena di tanggal 14 bulan ini ada hari kasih sayang, yang sering disebut Hari Valentine. Memang pada kesempatan itu banyak sekali hadiah diberikan pada orang-orang terkasih, terutama pada pasangan kita. Tapi sebenarnya bukan hadiah dan banyaknya kata cinta yang membuat sepasang suami istri hidup tentram bersama, melainkan bagaimana cinta itu diungkapkan di dalam keseharian. 


Ketika ia melamar istrinya ia mengatakan �Percayalah padaku, aku akan selalu membahagiakanmu.�
Ketika istrinya melahirkan putri pertamanya, �Menyusahkanmu, tapi aku bersamamu.�
Ketika putri mereka menikah, �Masih ada aku di sisimu.�
Ketika istrinya dalam kondisi kritis, �Aku disini, aku masih di sini, aku selalu disini.�
Ketika istrinya ke rumah Bapa, �Tunggu aku��

Tidakkah cinta ini adalah cinta yang membuat iri tiap pasangan? Suami atau istri bak seorang sahabat yang berjalan bersama baik dalam suka maupun duka. Penulis Sirakh mengatakan bahwa ia yang menemukan sahabat sejati adalah yang paling beruntung di dunia. Apalagi ketika sahabatnya itu juga adalah pasangan hidup yang disatukan oleh Allah sendiri. Mari kita menjadi sahabat seperjalanan bagi teman kita, apalagi pasangan kita, keluarga kita, saudara kita dalam mencapai cita-cita yang sama untuk sampai ke rumah Bapa di surga. 

Tuesday, February 21, 2017

Jangan Mengkristenkan Orang...!

Yesus tidak pernah memaksa orang mengakui Ia sebagai Anak Allah. Ketika ia menanyai murid-muridNya, �Siapakah Aku ini?�, banyak jawaban yang muncul: Yohanes Pembaptis, Elia, Yeremia, para nabi. Tapi Petruslah yang menyatakan Ia adalah Mesias. Darimanakah Petrus mendapatkan jawaban itu?

Bila kita membaca ayat-ayat sebelumnya di kitab Matius, kita menemukan bahwa banyak mukjizat luar biasa yang dilakukan oleh Yesus. Ada pula pengakuan Yesus bahwa Dia Anak Manusia. Ada pula roh jahat di Gadara yang menyebut Dia Anak Allah. Tapi tak satupun orang-orang banyak itu mengakui Yesus Anak Allah. Kenapa? Karena bagi hati yang masih tertutup, mukjizat bisa dilakukan oleh setan. Sebutan Anak Allah juga dilakukan oleh roh jahat. Dan siapakah manusia yang berani menyebut diri sendiri sebagai Anak Allah, selain mereka yang murtad. Padahal kedatangan Yesus sudah dinubuatkan bertahun-tahun yang lalu dan mereka memang sedang menantikan seorang Mesias. Tapi tanpa bimbingan Allah sendiri, mulut mereka tak mengakui Yesus adalah Mesias, dan hati mereka tak menerima Anak Allah yang berasal dari keluarga tukang kayu.

Tentu kita juga masih ingat ketika Ahok, calon gubernur DKI dituduh menista ayat kitab suci umat Islam, maka mereka menutup diri terhadap kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan oleh Ahok sebelumnya. Bahkan pemimpin-pemimpin umat Islam yang ternama pun tak mampu meredam banjir kebencian terhadap 1 orang ini. Memang sangat sulit untuk mengubah pandangan orang dengan paksa. Namun surat Petrus menghimbau agar kita menggembalakan dengan keteladanan yang tulus dan membiarkan kehendak Allah yang bekerja. Mari kita berdoa dan tekun mengupayakan kebaikan yang terus menerus hingga datangnya Sang Gembala Agung.


-------------------------
Rabu, 22 Februari 2017
Pesta Tahta S.Petrus (P)
Bacaan 1: 1Ptr 5:1-4
MT: Mzm 23:1-6
Bacaan Injil: Mat 16: 13- 19

Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.  (1Ptr 5:1-4)

Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa. (Mzm 23:1-6)

Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-muridNya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."  (Mat 16:13-19)

Thursday, February 16, 2017

Jangan Dirikan Menara Babel di Hatimu

Selesai peristiwa air bah yang memusnahkan semua manusia berdosa terkecuali keluarga Nuh, membuat mereka hanya memiliki 1 bahasa dan 1 logat. Di akhir peristiwa air bah, Allah berjanji ada Nuh bahwa Ia takkan menghukum dunia lagi dengan air bah. Jadi keturunan Nuh adalah manusia yang selamat dan bebas dari pemusnahan.

Bisa jadi dalam pikiran mereka saat itu adalah kekuatiran karena Allah yang dahsyat bisa sewaktu-waktu memporakporandakan mereka bila mereka berbuat suatu kesalahan saja. Jadi mereka berhimpun mumpung sedang solid, karena kekuatiran bahwa Allah mungkin ingkar janji. Atau bisa jadi yang terpikir adalah kekuatiran kedua yang sebaliknya. Mereka merasa sebagai yang diselamatkan, sehingga mereka masuk golongan manusia super, golongan tak berdosa, golongan ayng aman dan tidak perlu Allah lagi.

Kedua alasan tersebut membuat 1 pemikiran yang sama: mereka tidak mau melibatkan Allah, bertanya pada Allah, berkomunikasi dengan Allah, dan berusaha keluar dari rencana Allah. Kasih yang semula mengalir karena hidup Nuh yang benar dirusak oleh keturunannya yang membangun Menara Babel sampai ke langit.

Bukan pembangunan kota dan menara yang ditentang Allah tapi tujuan kesombongan manusia untuk melawan Allah. Ketidaktaatan dan perasaan tidak perlu Allah, itulah yang ditentang Allah. Allah menyukai persatuan umat manusia, tapi Ia membenci persatuan yang dibuat untuk melakukan perbuatan berdosa.

Kita sering terjebak dalam mayoritas dan minoritas, baik dalam kelompok atau dalam pengambilan keputusan dalam organisasi, hanya untuk kepentingan dan kesenangan pribadi/ kelompok. Hati-hatilah jangan sampai kita masuk dalam jebakan kesombongan pribadi atau kelompok sehingga melupakan suara Tuhan yang berbicara lewat hati nurani kita. Mintalah selalu bimbingan Tuhan seperti teladan Nuh. Dalam masa kini, semua orang berusaha untuk disenangi orang dan diterima kelompok yang diingininya. Prinsip hidup yang baik dan benar dilawan hanya untuk mendapatkan pengakuan, hanya untuk diterima sebuah kelompok.

Apakah kita atau kelompok yang kita masuki itu membimbing ke arah yang baik, yang membuat kita semakin serupa dengan Yesus? Jika tidak, segera angkat kaki karena sebenarnya kita sedang mendirikan Menara Babel dalam hidup dan pelayanan kita. Adakah hal tersebut terjadi dalam hidup dan pelayanan kita?

---------------------
Jumat, 17 Februari 2017
Hari Biasa
Bacaan 1: Kej 11:1-9
Mrk: 8:34 � 9:1


Tuesday, February 14, 2017

Bagaimana Menjadi Kudus?

Pengalaman Nuh dan orang buta di Betsaida dalam bacaan hari ini pada dasarnya adalah sama: pertama-tama mereka tidak melihat. Nuh tidak bisa melihat sendiri apakah air sudah kering atau belum sehingga ia melepaskan burung gagak dan merpati. Orang di Betsaida itu jelas buta. Karena itu ada beberapa hal yang dapat dipetik dari bacaan ini.

Satu, proses dari buta menjadi melihat pertama-tama membutuhkan mata iman. Nuh dan orang buta di Betsaida pertama-tama melihat dengan mata iman. Nuh membangun perahu di tengah ejekan tetangganya dan percaya bahwa air akan surut. Ini hanya dapat dilakukan dengan mata iman. Orang buta di Betsaida bersedia dibawa keluar kampung (zona nyamannya) karena ia melihat dengan mata iman bahwa ia akan disembuhkan.

Dua, proses dari buta menjadi melihat yang jelas itu tidak mendadak, melainkan bertahap. Nuh membiarkan burung gagak dan merpati terbang bolak balik sebelum akhirnya ia keluar dan melihat bahwa bumi sudah kering. Orang buta itu disuruh mencoba melihat oleh Yesus 2 kali sebelum akhirnya matanya jelas. Artinya melihat sesuatu yang benar, termasuk Allah, harus melewati tahapan-tahapan.

Tiga, setelah melihat, mereka dikuduskan dan dikeluarkan dari tempat awalnya. Dikuduskan artinya dipisahkan dari yang bukan sesamanya. Nuh dikuduskan dalam arti semua orang jahat ditenggelamkan. Hanya dia sendirilah manusia yang selamat. Orang buta yang sudah melihat disuruh jangan masuk kampung, padahal tentu rumahnya di kampung itu.

Jadi proses menjadi kudus pertama-tama adalah melihat dengan percaya, tekun melewati tahapan, dan bersedia dipisahkan dari yang tidak kudus.

-------------------
Rabu, 15 Februari 2017
Hari Biasa (H)
Bacaan 1: Kej 8:6-13, 20-22
MT: Mzm 116:12 � 15, 18-19
Bacaan Injil: Mrk 8:22-26

Sesudah lewat empat puluh hari, maka Nuh membuka tingkap yang dibuatnya pada bahtera itu. Lalu ia melepaskan seekor burung gagak; dan burung itu terbang pulang pergi, sampai air itu menjadi kering dari atas bumi. Kemudian dilepaskannya seekor burung merpati untuk melihat, apakah air itu telah berkurang dari muka bumi. Tetapi burung merpati itu tidak mendapat tempat tumpuan kakinya dan pulanglah ia kembali mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu, karena di seluruh bumi masih ada air; lalu Nuh mengulurkan tangannya, ditangkapnya burung itu dan dibawanya masuk ke dalam bahtera. Ia menunggu tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya pula burung merpati itu dari bahtera; menjelang waktu senja pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang dari atas bumi. Selanjutnya ditunggunya pula tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya burung merpati itu, tetapi burung itu tidak kembali lagi kepadanya. Dalam tahun keenam ratus satu, dalam bulan pertama, pada tanggal satu bulan itu, sudahlah kering air itu dari atas bumi; kemudian Nuh membuka tutup bahtera itu dan melihat-lihat; ternyatalah muka bumi sudah mulai kering. Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu. Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hatiNya: "Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam." (Kej 8:6-13,20-22)

Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikanNya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama TUHAN, akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umatNya. Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihiNya. akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umatNya, di pelataran rumah TUHAN, di tengah-tengahmu, ya Yerusalem! Haleluya! (Mzm 116:12-15,18-19)

Kemudian tibalah Yesus dan murid-muridNya di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon kepadaNya, supaya Ia menjamah dia. Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tanganNya atasnya, dan bertanya: "Sudahkah kaulihat sesuatu?" Orang itu memandang ke depan, lalu berkata: "Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon." Yesus meletakkan lagi tanganNya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata: "Jangan masuk ke kampung!"  (Mrk 8:22-26)

Monday, February 13, 2017

Matius 5: 38-48 | Menjadi Sermpurna



Bacaan Firman Tuhan: Matius 5: 38-48; Imamat 19:1-2,9-18
Siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu

Sungguh indah sapaan Firman Tuhan buat kita saat ini, apalagi jika kita memadukan firman Tuhan yang tertulis dalam Imamat 19:2 dan juga Matius 5:38-48 ini. Di Imamat 19: 2 dikatakan: �Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan Allahmu, kudus�. Sementara di Matius 5: 48 dikatakan �Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna�. Sebagaimana Allah Bapa yang adalah kudus dan sempurna demikian juga panggilan kita sebagai umatNya menjadi kudus dan sempurna.

Sehingga muncullah pertanyaan: �mungkinkah kita dapat menjadi kudus dan sempurna?� ; �Mungkinkah kita bisa �sama� seperti Allah Bapa?� Jawabannya adalah �sangat mungkin� dan memang harus demikianlah. Sebab ini adalah panggilan kita sebagai umat Tuhan, bahwa kita adalah �segambar dengan Allah� (Kejadian 1:26) � �hidup sama seperti Kristus�(1 Petrus 2:6).

Pikiran dan perasaan ketidakmungkinan itu muncul adalah karena kita salah atau kurang memahami maksud Tuhan untuk menjadi kudus dan sempurna. Ketidakmungkinan untuk menjadi sama seperti Kristus jangan menjadi alasan kita mengabaikan firman Tuhan untuk dilakukan. Tetapi, �menjadi sama seperti Kristus� adalah kompas untuk menunjuk arah dan magnet yang akan menarik kita menuju kehidupan yang kudus dan sempurna. 

Kesalahpahaman dalam mengartikan dan mengaktualisasikan hidup kudus dan sempurna adalah ketika kita menganggap bahwa hidup kudus itu sebatas tidak berbuat dosa, tidak berkata kotor, tidak berbohong, tidak berzinah, tidak menyakiti orang lain, dan lain sebagainya bahwa kita seakan tidak lagi memiliki kelemahan dan kekurangan. Jika hanya sebatas itu pemahaman kita tentang arti kekudusan, maka kemampuan kita dalam melakukannya juga akan terbatas.

Lebih dari itu bahwa kita harus sempurna dalam kekudusan. Artinya, orang Kristen itu tidak egois yang hanya memikirkan dan memahami diri sendiri. Kita hidup di dalam firman Tuhan tidak hanya sebatas tentang diriku. Ibarat strategi dalam pertandingan sepak bola bahwa �bertahan� dan �menyerang� adalah satu kesatuan. Untuk dapat sempurna menghidupi firman Tuhan tidak bisa pasif (hanya bertahan) tetapi juga harus aktif (berbuat).

Firman Tuhan tidak hanya untuk direnungkan, tetapi juga untuk dilakukan. Berkat Tuhan tidak hanya untuk dinikmati sendiri tetapi juga harus dibagi. Yang kita kasihi tidak hanya orang yang mengasihi kita, tetapi juga orang yang membenci dan memusuhi kita. Keselamatan itu bukan hanya untuk kita tetapi untuk orang lain juga, maka perlu untuk memberi nasehat dan teguran bagi orang lain. Seperti Kristus datang ke dunia adalah untuk menyelamatkan semua manusia.

Sikap dan sifat egois yang hanya memandang kebaikan diri sendiri, inilah yang harus kita hilangkan dan lenyapkan dari diri kita. Sebenarnya secara teori dan praktek jauh lebih mudah berbuat kebaikan daripada kejahatan (dosa). Contohnya saja, mana lebih mudah: �membayari makanan kawan atau mencuri uang disakunya?�. Jauh lebih mudah berbuat baik daripada berbuat dosa. Namun kita akan cenderung selalu ingin berbuat dosa ketika egois itu menguasai kehidupan kita. Ketika kita sudah lebih condong untuk �menerima daripada memberi�; �dihormati daripada menghormati�; �dihargai daripada menghargai�; �dikasihi daripada mengasihi�; �membenci daripada dibenci�; �menerima maaf daripada meminta maaf�. Sehingga apapun akan kita lakukan hanya untuk diri sendiri.

Terlebih lagi jika kita diperhadapkan dengan apa yang dikatakan Tuhan Yesus dalam nas ini: �Siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu� ; �Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu�. Itulah sebabnya jika ada pepatah yang mengatakan bahwa �musuh terbesar adalah diri sendiri�. Jika ada orang yang memusuhi dan yang membenci kita, sesungguhnya musuh kita bukanlah dia, melainkan diri kita sendiri. Bagaimana kita untuk mampu menaklukkan diri kita? Yaitu keegoisan untuk balik memusuhinya. Maka tahlukkanlah dirimu di bawah kuasa Tuhan.

Disitulah letak kesempurnaan dari kekudusan kita, bahwa menjadi Kristen � menjadi anak-anak Tuhan � menjadi umat tebusan Tuhan harus memiliki nilai lebih. Tuhan Yesus ingin menempah kita menjadi orang-orang yang luar biasa. Orang yang telah hidup dalam iman kepada Yesus Kristus bukan lagi orang biasa, kita tidak lagi sama dengan dunia ini, tetapi kita adalah kudus (qadosh) artinya �berbeda�. Yang membedakan kita dengan dunia ini bahwa kita adalah garam dan terang. Kita bukan lagi orang-orang yang hendak di garami dan diterangi, tetapi kehadiran kita adalah memberi rasa dan makna bagi semua orang. 

Kita tidak lagi hanya mementingkan diri sendiri, tetapi telah mementingkan arti kehadiran kita bagi orang lain. Jika kita tahu ingin berbuat yang terbaik bagi orang lain, maka secara otomatis kita pasti akan mengupayakan yang baik bagi diri sendiri. Ingat dan renungkanlah, bahwa kita tidak sama dengan mereka yang belum percaya kepada Yesus Kristus, maka tunjukkan dan perlihatkanlah Tuhan kita Yesus Kristus melalui dirimu.

Sahabat Sampai Selamanya

Bulan Februari sering sekali dikaitkan dengan kasih sayang, karena di tanggal 14 bulan ini ada hari kasih sayang, yang sering disebut Hari Valentine. Memang pada kesempatan itu banyak sekali hadiah diberikan pada orang-orang terkasih, terutama pada pasangan kita. Tapi sebenarnya bukan hadiah dan banyaknya kata cinta yang membuat sepasang suami istri hidup tentram bersama, melainkan bagaimana cinta itu diungkapkan di dalam keseharian.

Ketika ia melamar istrinya ia mengatakan �Percayalah padaku, aku akan selalu membahagiakanmu.�
Ketika istrinya melahirkan putri pertamanya, �Menyusahkanmu, tapi aku bersamamu.�
Ketika putri mereka menikah, �Masih ada aku di sisimu.�
Ketika istrinya dalam kondisi kritis, �Aku disini, aku masih di sini, aku selalu disini.�
Ketika istrinya ke rumah Bapa, �Tunggu aku��

Tidakkah cinta ini adalah cinta yang membuat iri tiap pasangan? Suami atau istri bak seorang sahabat yang berjalan bersama baik dalam suka maupun duka. Penulis Sirakh mengatakan bahwa ia yang menemukan sahabat sejati adalah yang paling beruntung di dunia. Apalagi ketika sahabatnya itu juga adalah pasangan hidup yang disatukan oleh Allah sendiri. Mari kita menjadi sahabat bagi pasangan kita.

Sunday, February 12, 2017

Imamat 19:1-2+9-18 | Tampil Beda



Bacaan Firman Tuhan: Imamat 19: 1-2 + 9-18
�Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan Allahmu, kudus�

Dalam kitab Imamat di jelaskan dengan sangat terperinci diterangkan aturan-aturan yang harus dilakukan oleh bangsa Israel baik dalam peribadahan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum kita dapat melihat maksud umum dari kitab Imamat ini:

1.      Allah melibatkan diri dalam segala aspek kehidupan manusia
Urusan dengan Tuhan, hubungan dengan Tuhan tidak hanya di bait Allah saja, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Kekudusan itu tidak hanya tampak di dalam peribadahan tetapi kekudusan itu juga harus nyata dalam segala aspek kehidupan.

2.     Supaya menjadi bangsa yang memiliki identitas
Sama seperti pembentukan suatu Negara yang baru, maka satu hal yang utama yang harus ada adalah Undang-Undang Dasar yang akan mengatur tatanan hidup bernegara. Demikian juga halnya dengan umat Israel karena mereka baru keluar dari perbudakan di Mesir, maka mereka juga harus dibentuk untuk memiliki identitas yang baru sebagai umat Allah. Maka mental, sikap, perilaku mereka bukan lagi seperti budak, tetapi sebagai bangsa yang dipanggil oleh Allah.

Maka sebagai bangsa yang dipilih oleh Tuhan, mereka harus berbeda dari bangsa-bangsa yang lain. Sebab yang memanggil mereka adalah Allah pencipta penguasa kehidupan. Bahkan mereka harus memiliki mental, sikap dan perilaku yang berada jauh di atas bangsa lain. Supaya melalui kehidupan umat Israel, bangsa yang lainnya dapat melihat kebesaran Tuhan.
Dalam nas khotbah ini di katakana di ayat 2 �Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan Allahmu, kudus�. Jika dikatakan kudus (Ibr. Qadosh) artinya "terpisah" atau "berbeda". Sehingga jika dikatakan kita harus kudus bukan artinya kita berubah jadi sok kudus dengan penonjolan kemunafikan. Tetapi seorang Kristen yang hidup kudus di hadapan Allah harus memiliki sikap dan perilaku yang berbeda dengan orang yang tidak percaya. Kita harus memperlihatkan bahwa kita adalah umat kepunyaan Allah. Jika Yesus mengistilahkannya supaya menjadi garam dan terang dunia.

Maka kita sebagai seorang Kristen harus memiliki nilai lebih yang berbeda dengan mereka. Ada sesuatu yang dapat di tiru dan diteladani dari kita. Kudus (berbeda) dalam perilaku, hidup berkeluarga, dalam pencari nafkah, bahkan kita juga berbeda dalam menghadapi musuh.

Yang membuat kita kudus atau berbeda dengan orang-orang yang tidak percaya adalah bahwa kita berbuat, bertindak dan berfikir bukan dengan cara-cara duniawi, tetapi kita memakai cara-cara yang telah ditetapkan oleh Tuhan. 

Thursday, February 9, 2017

Terbukalah terhadap Pilihan yang Benar

Situasi politik saat menjelang Pilkada ini sarat dengan bujukan dan hasutan yang membuat orang bimbang dalam menentukan pilihannya.Bujukan untuk saling membenci dan menjatuhkan tidak lagi malu-malu dan tersamar.  Bahkan pada saatnya memilih kita bisa jatuh dalam bujukan untuk tidak memilih. Saat-saat seperti inilah bila kita tidak hati-hati dalam menentukan pilihan kita bisa masuk ke dalam skenario iblis.

Ular membujuk Hawa dengan cerdik yaitu mengiming-imingi hadiah untuk menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat. Satu hadiah yang mempengaruhi hati dan keinginan, dan akhirnya membiarkan telinga terbuka pada bujukan dan godaan. Bahkan akhirnya mengajak serta Adam untuk ikut jatuh ke dalam dosa. Dosa pertama yang mereka buat adalah tidak taat kepada perintah Allah, dan berambisi menjadi sama dengan Tuhan.

Iblis bisa memakai ular atau apapun di dunia ini untuk menggoda kita. Serangan dan godaan tidak hanya berhenti pada masa Adam dan Hawa namun terus berlangsung di kehidupan kita saat ini. Ia tidak datang dalam rupa asli. Taktiknya selalu dapat diterima oleh sang korban. Selalu menjanjikan hadiah yang menggoda dalam bermacam rupa: kedudukan, harta, wanita, kenikmatan dan sebagainya. Dan sama seperti Adam dan Hawa, jatuh dalam dosa adalah suatu keputusan pribadi, karena yang berkuasa menjawabnya adalah diri kita sendiri. Iblis hanya mampu menggoda, kita yang memutuskan mau jatuh atau tidak.

Tapi mungkin berbeda dengan Adam dan Hawa yang sudah �diperingatkan� terlebih dulu untuk tidak berbuat sesuatu, kita lebih mirip dengan si tuli. Kita tidak tahu mana yang boleh dipilih dan tidak dapat menyatakan kebenaran pada orang lain. Sama seperti pilkada, kita tidak benar-benar tahu manakah pasangan calon yang paling tepat karena bisa jadi kita ditulikan oleh suara-suara di sekitar kita. Bila demikian, datanglah pada Tuhan Yesus. Mintalah Ia untuk membukakan telinga kita. Efata artinya �terbukalah�, dan bila Tuhan Yesus berkenan menyatakannya pada kita, maka kita pun akan dibukakan pada pilihan yang benar dan sesuai dengan rencanaNya.
---------------------------
Jumat 10 Februari 2017
Pw S. Skolastika
Bacaan 1: Kej 3: 1- 8
Injil:Mrk 7:31-37


Tuesday, February 7, 2017

Mazmur 119: 1-8 | Dekat-Mu saja aku bahagia



Bacaan Firman Tuhan: Mazmur 119: 1-8
Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya.

Hidup bahagia menjadi dambaan setiap orang. Namun masih banyak orang yang salah memahami tentang kebahagiaan itu, seakan kebahagiaan itu jauh dari dirinya atau bahkan mempersulit diri sendiri dengan menetapkan syarat untuk bahagia.

Untuk menikmati dan merasakan kebahagiaan bukanlah untuk di cari tetapi untuk diperbuat (aksi). Ada sikap dan tindakan dalam diri supaya kebahagiaan itu terjadi dalam diri kita. Karena kebahagiaan itu letaknya bukan di luar diri kita, tetapi ada dalam diri kita. Kebahagaan itu adalah pilihan untuk kita terima atau tidak.

Sebab ada banyak orang yang menetapkan syarat-syarat bagi dirinya sendiri untuk bahagia. Mendapat apa yang dalam hatinya barulah dia bisa bahagia. Padahal tidaklah demikian, bukan harta, kehormatan atau apapun yang menjadi keinginan kita, itu hanyalah kebahagiaan yang semu dan sementara. Sesaat kita bisa merasakan kebahagiaan namun tidak akan berlangsung lama. Yang kita lakukan itu hanya mempersulit diri kita sendiri untuk hidup bahagia.


Gerbang atau pintu untuk memasuki kebahagiaan itu adalah Tuhan, sehingga pemazmur memohon kepada Tuhan �janganlah tinggalkan aku sama sekali�. Selama firman Tuhan ada dalam hidupnya kebahagiaan itu akan tetap ada juga. Aksi untuk hidup dalam kebahagiaan itu adalah melakukan, memegang dan mencintai Firman Tuhan. Kebahagiaan yang abadi dan sejati ada pada Tuhan.

Hal inilah yang dapat kita lihat melalui khotbah di bukit, yang mana ketika Yesus menyatakan �ucapan bahagia� (Mat. 5: 1-12). Bahwa kebahagiaan itu bukan karena sesuatu yang lahiriah, tetapi kebahagiaan itu adalah milik dari orang yang membuka dirinya untuk menghidupi dan merindukan firman Tuhan.

�Berbahagialah orang yang mendengar Firman Allah serta memeliharanya�, Amin!


Jadi Kristen itu Gampang. Benarkah?

Kata orang jadi orang Kristen itu enak. Punya Allah yang esa dan mahakuasa, punya Yesus yang sudah menyelamatkan, punya Roh Kudus untuk membimbing, eh tambah lagi, tidak ada pantangan makan. Boleh makan babi, anjing, kura-kura, ular, dan semuanya. Tapi benarkah demikian? Apakah Yesus menyatakan hal ini hanya untuk membebaskan kita dari hal-hal duniawi? Tidak. Malah Tuhan Yesus menyatakan syarat yang sebenarnya lebih berat daripada sekadar makanan haram dan halal.

Sebelumnya jawab dulu pertanyaan ini secara jujur. Lebih mudah tidak makan coklat atau tidak membayangkan rasa coklat ketika melihat ada coklat nganggur di meja? Lebih mudah tidak buka buku novel atau belajar dengan tekun? Lebih mudah tidak pergi ke mall atau tidak belanja ketika sudah di mall? Lebih mudah diam seribu kata atau berkata-kata tanpa gosipin orang yang menurut kita aneh? Lebih mudah menghindari orang yang disebelin atau tersenyum tulus ketika ada orang yang disebelin di depan kita?

Yang pertama lebih mudah daripada yang kedua. Hal-hal yang sifatnya duniawi lebih mudah dihindari ketimbang menghindari pikiran yang jahat, kata-kata fitnah, dan keinginan akan hal yang bukan milik kita. Puasa hal-hal duniawi akan mendisiplinkan diri untuk menerima tantangan Yesus, yaitu yang lebih berat lagi. Jadi Yesus menantang kita untuk tidak hanya puasa makan, tetapi membantu orang yang kelaparan; tidak hanya tidak bekerja pada hari Sabat, tetapi menghindari gosip; tidak hanya tidak mencuri uang di atas meja, tapi mengembalikan hak orang miskin; tidak hanya puas dengan tidak membunuh, tapi menyemangati orang lain yang putus asa. Bisakah kita menerima tantangan Yesus? Selamat mencoba.

------------------------
Rabu, 8 Februari 2017
Hari Biasa (H)
Bacaan 1: Kej 2: 4b-9, 15 - 17
MT: Mzm 104:1-2a, 27-28, 29bc
Bacaan Injil: Mrk 7:14-23

Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, �belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu; tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu �ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkanNya manusia yang dibentukNya itu. Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."  (Kej 2:4-9,15-17)

Doa seorang sengsara, pada waktu ia lemah lesu dan mencurahkan pengaduhannya ke hadapan TUHAN. TUHAN, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepadaMu. Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah; tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan. Anak hamba-hambaMu akan diam dengan tenteram, dan anak cucu mereka akan tetap ada di hadapanMu. (Mzm 102:1-2,27-29)

Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: "Kamu semua, dengarlah kepadaKu dan camkanlah. Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." [Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!] Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-muridNya bertanya kepadaNya tentang arti perumpamaan itu. Maka jawabNya: "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal. KataNya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."  (Mrk 7:14-23)

Tags