Latest News

Thursday, February 2, 2017

Iman yang Lahir dari Penderitaan akan Makin Memahami Allah


Surat kepada orang Ibrani ini ditulis pada masa-masa penganiayaan terhadap pengikut-pengikut Yesus. Surat ini dibuat untuk menjadi semacam panduan supaya tetap tegar dalam masa-masa penganiayaan. Walaupun siksaan berat secara fisik lebih terlihat, namun sesungguhnya bagi mereka siksaan rohani lebih terasa.

Pertanyaan mereka dan mungkin pertanyaan kita sekarang ini adalah apakah Allah membiarkan kita dianiaya? Atau apakah dalam penganiayaan itu Allah tetap setia memelihara kita Para pengikut Kristus ingin suatu kepastian, apakah kehadiran Tuhan tetap ada? Bagaimana bisa?

Ketika Allah memberi iman pada seseorang, maka Ia tidak hanya memberikan iman yang seadanya, melainkan iman yang punya kualitas yang mampu membawa seseorang semakin percaya kepadaNya. Iman yang hidup, yang membuat kita makin tidak mau dikalahkan oleh kondisi kelemahan kita. Iman Kristiani adalah iman yang selalu bergumul untuk memahami cara kerja Tuhan. Seperti kata Rasul Paulus: �Justru dalam kelemahanku, kuasaMu menjadi nyata.� Hal ini bukan berarti lantas kita tidak pernah mengeluh atau kecewa, dan bukan berarti tidak pernah merasa putus asa. Tapi iman dan pengalaman akan penderitaan membuat kita semakin tahu alasan untuk kita tidak berputus asa.

Jangan kita menuntut Allah untuk mengerti kita, karena Allah kita maha mengerti. Tapi kita yang harus mengerti Allah. Pergumulan sejati membuat manusia semakin mengerti Allah dan semakin menghormati Allah.

Ada suatu upacara pendewasaan di Afrika bagi seorang anak lelaki yang akil balik. Ia harus menjalankan ritual di mana tangannya 10 kali dimasukkan ke dalam sarung tangan penuh berisi semut-semut berbisa selama beberapa menit. Gigitannya tidak mematikan, tapi sakitnya luar biasa dan membuat otot tangan lumpuh beberapa hari. Selama belum mencapai target, ia belum bisa dikatakan dewasa. Walaupun seluruh proses tersebut sangat berat dan menakutkan, tapi ia tetap menjalaninya, patuh dan sekuat tenaga melewati ketakutan dan kesakitan. Kenapa?  Karena ia tahu tujuannya, yaitu untuk menjadi orang yang diterima kedewasaannya, pendapatnya dan kehormatannya sehingga hidup selanjutnya akan menjadi mulus jalannya. Apakah ia ditinggalkan oleh keluarganya? Tidak, karena selama pendewasaan itu ia disemangati, dibantu dalam masa-masa sulitnya, dirawat ketika badannya meriang dan kaku agar ia jangan sakit dan mati.

Begitulah kita, karena kita juga tahu tujuan dan alasan Tuhan dalam mendewasakan iman kita. Begitulah Tuhan kita yang setia merawat dan menjaga kita agar jangan sampai jatuh dalam kematian abadi. Pengalaman iman akan penderitaan, cobaan dan dalam kelemahan membuat kita dewasa dalam iman sebagai jalan mulus menuju padaNya. Maka milikilah kualitas iman yang kuat seperti Yohanes Pembaptis yang tegar sekalipun nyawa taruhannya.

Surat kepada orang Ibrani ini ditulis pada masa-masa penganiayaan terhadap pengikut-pengikut Yesus. Surat ini dibuat untuk menjadi semacam panduan supaya tetap tegar dalam masa-masa penganiayaan. Walaupun siksaan berat secara fisik lebih terlihat, namun sesungguhnya bagi mereka siksaan rohani lebih terasa.

Pertanyaan mereka dan mungkin pertanyaan kita sekarang ini adalah apakah Allah membiarkan kita dianiaya? Atau apakah dalam penganiayaan itu Allah tetap setia memelihara kita Para pengikut Kristus ingin suatu kepastian, apakah kehadiran Tuhan tetap ada? Bagaimana bisa?

Ketika Allah memberi iman pada seseorang, maka Ia tidak hanya memberikan iman yang seadanya, melainkan iman yang punya kualitas yang mampu membawa seseorang semakin percaya kepadaNya. Iman yang hidup, yang membuat kita makin tidak mau dikalahkan oleh kondisi kelemahan kita. Iman Kristiani adalah iman yang selalu bergumul untuk memahami cara kerja Tuhan. Seperti kata Rasul Paulus: �Justru dalam kelemahanku, kuasaMu menjadi nyata.� Hal ini bukan berarti lantas kita tidak pernah mengeluh atau kecewa, dan bukan berarti tidak pernah merasa putus asa. Tapi iman dan pengalaman akan penderitaan membuat kita semakin tahu alasan untuk kita tidak berputus asa.

Jangan kita menuntut Allah untuk mengerti kita, karena Allah kita maha mengerti. Tapi kita yang harus mengerti Allah. Pergumulan sejati membuat manusia semakin mengerti Allah dan semakin menghormati Allah.

Ada suatu upacara pendewasaan di Afrika bagi seorang anak lelaki yang akil balik. Ia harus menjalankan ritual di mana tangannya 10 kali dimasukkan ke dalam sarung tangan penuh berisi semut-semut berbisa selama beberapa menit. Gigitannya tidak mematikan, tapi sakitnya luar biasa dan membuat otot tangan lumpuh beberapa hari. Selama belum mencapai target, ia belum bisa dikatakan dewasa. Walaupun seluruh proses tersebut sangat berat dan menakutkan, tapi ia tetap menjalaninya, patuh dan sekuat tenaga melewati ketakutan dan kesakitan. Kenapa?  Karena ia tahu tujuannya, yaitu untuk menjadi orang yang diterima kedewasaannya, pendapatnya dan kehormatannya sehingga hidup selanjutnya akan menjadi mulus jalannya. Apakah ia ditinggalkan oleh keluarganya? Tidak, karena selama pendewasaan itu ia disemangati, dibantu dalam masa-masa sulitnya, dirawat ketika badannya meriang dan kaku agar ia jangan sakit dan mati.

Begitulah kita, karena kita juga tahu tujuan dan alasan Tuhan dalam mendewasakan iman kita. Begitulah Tuhan kita yang setia merawat dan menjaga kita agar jangan sampai jatuh dalam kematian abadi. Pengalaman iman akan penderitaan, cobaan dan dalam kelemahan membuat kita dewasa dalam iman sebagai jalan mulus menuju padaNya. Maka milikilah kualitas iman yang kuat seperti Yohanes Pembaptis yang tegar sekalipun nyawa taruhannya.

-----------------------------------
Jumat, 3 Februari 2017
Hari Biasa
Bacaan 1: Ibrani 13:1-8
Injil: Markus 6:14 � 29


No comments:

Post a Comment

Tags