Latest News

Wednesday, April 25, 2018

1 Tawarikh 16: 7-13 | Hidup yang Memuji Tuhan



Bacaan Firman Tuhan: 1 Tawarikh 16: 7-13
Kemudian pada hari itu juga, maka Daud untuk pertama kali menyuruh Asaf dan saudara-saudara sepuaknya menyanyikan syukur bagi TUHAN: Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN! Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, mujizat-mujizat-Nya dan penghukuman-penghukuman yang diucapkan-Nya, hai anak cucu Israel, hamba-Nya, hai anak-anak Yakub, orang-orang pilihan-Nya!

Adalah sukacita yang besar bagi umat Tuhan ketika Tabut Allah ada ditengah-tengah mereka. Sebab Tabut Allah adalah sebagai lambang kehadiran Allah dan juga untuk terus mengingatkan mereka akan perbuatan Tuhan yang hebat yang memberikan keselamatan, kesejahteraan dan pengajaran.

Daud dengan nyanyiannya mengundang umat Tuhan untuk memuji kebesaran Tuhan, sebab layaklah umat Tuhan memuliakan Tuhan dalam kehidupannya. Nyanyian jemaat tidak hanya untuk enak di dengar oleh telinga bukan karena suara yang merdu bukan juga karena kepiawaian dalam memainkan alat musik. Tetapi nyanyian jemaat adalah penyataan iman tentang perbuatan Allah yang besar.

Nyanyian adalah gema dari perbuatan Allah yang di rasakan oleh jemaat. Tidak akan ada gema jika tidak ada yang bunyi. Demikian halnya dengan nyanyian pujian kita kepada Tuhan, dari dalam diri kita akan keluar gema dari perbuatan Tuhan. Jika umat Tuhan menyadari betapa banyak berkat yang diterimanya dari Tuhan tentunya gema itu akan keluar dari dalam dirinya, bahwa umat Tuhan sepatutnya menyaksikan dan mengumandangkan perbuatan Tuhan yang besar.

Menyanyikan nyanyian baru bagi Tuhan bukanlah tentang nyanyian yang asal keluar (�asbun�), namun nyanyian adalah isyarat tentang ketulusan, kemurnian, perasaan dan pengakuan yang keluar dalam diri. Ada ungkapan yang tulus dan murni untuk menyatakan kebesaran Tuhan dari dalam dirinya. Menyanyikan nyanyian baru bagi Tuhan juga hendak mengingatkan kita bahwa sesungguhnya Tuhan selalu berbuat di dalam kehidupan kita, sehingga gema dari perbuatan Tuhan itu akan selalu keluar dari dalam diri kita.

Menyanyikan nyanyian pujian kepada Tuhan bukanlah dimaksudkan bahwa kerjaan kita hanya bernyanyi. Namun melalui nas ini kita di ajak untuk memiliki hidup yang tulus dan murni untuk: mensyukuri perbuatan Tuhan (8); merenungkan perbuatan dan pengajaran Tuhan (9,12); berpengharapan hanya kepada Tuhan (10); mengandalkan kekuatan Tuhan (11). Sehingga di setiap perjalanan kehidupan kita kehadiran Tuhan selalu bergema.

Kebesaran perbuatan Tuhan telah di nyatakan di dalam Diri Tuhan kita Yesus Kristus. Dia telah hadir dalam hidup kita membawa keselamatan, pengajaran dan pengharapan. Hal inilah yang akan melimpahi kehidupan umat yang percaya kepada Yesus Kristus, dengan penuh sukacita kita hidup dengan penuh rasa syukur, merendahkan diri dalam pengajaranNya dan berjalan dengan pasti di atas pengharapan iman kepada Tuhan kita Yesus Kristus.

Tuesday, April 24, 2018

St. Markus, Sang Singa yang Kuat

Santo Markus adalah salah satu dari 4 penulis Injil. Injilnya diyakini adalah yang paling tua dan menjadi salah satu sumber dari kedua Injil lainnya yaitu Matius dan Lukas. St.Markus digambarkan seekor singa. Richard Burridge dalam bukunya Empat Injil, Satu Yesus menggambarkan gaya menulis St. Markus seperti seekor singa yang berlari cepat menuju mangsanya, menjelajah padang yang luas dan memiliki kekuatan serta kecepatan yang mengagumkan. Demikianlah kita merasa bila kita membaca Injil Markus dengan komplit maka kita pun akan merasa bahwa kisah-kisah Yesus diceritakan secara singkat, menjelajah banyak  aspek, namun mengena pada sasaran.

St. Markus sungguh-sungguh menghayati pesan Yesus yang terakhir kepada pada murid-murid yaitu �Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.� Urgensi dari pesan ini sungguh tampak kepada bagaimana Markus menuliskan Injilnya. Ia mewartakan yang penting-penting. Dalam setiap pewartaannya ia menegaskan bahwa pesan itu harus dilaksanakan dengan cepat. Ia juga menegaskan bahwa sama seperti singa yang harus cepat menerkam mangsanya, yaitu memberitakan Injil ke seluruh dunia dan ke segala makhluk, kita pun dipersenjatai dengan kekuatan mengusir setan, berbicara dalam bahasa baru, minum racun namun tidak celaka dan kuasa menyembuhkan orang sakit.

Demikianlah kita perlu menangkap pesan-pesan ini dalam kehidupan kita. Marilah kita mewartakan Kristus� sekarang juga, di tempat ini juga, dengan kuasa yang telah dipercayakan kepada kita. Jangan sampai ketika Ia datang untuk kedua kalinya, Ia menemukan ada bagian dunia yang belum tersentuh oleh kabar gembiraNya.


-------------------------
Bacaan Liturgi 25 April 2018
Pesta St. Markus, Penulis Injil
Bacaan 1: 1Ptr 5:6b-14

Injil: Mrk 16:15-20

Saturday, April 21, 2018

1 Tesalonika 2: 13-20 | Firman yang mengubah dan membawa sukacita



Bacaan Firman Tuhan: 1 Tesalonika 2: 13-20
Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi -- dan memang sungguh-sungguh demikian -- sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya

Mengapa umat Tuhan patut untuk bersorak-sorai dan bersukacita? Nas firman Tuhan bagi kita saat ini hendak memberikan pada kita pengajaran yang akan membuka diri kita memahami lebih jauh dan lebih tentang sukacita orang Kristen.

Melalui nas ini memperlihatkan dari beberapa jemaat yang Paulus kirimkan surat, jemaat Tesalonika memiliki keunikannya tersendiri, bahkan dapat dikatakan bahwa jemaat Tesalonika merupakan panutan yang ideal untuk di tiru.

Jika kita melihat dari surat Paulus kepada jemaat Tesalonika, bahwa Paulus sungguh bersukacita dan bersyukur kepada Tuhan melihat pertumbuhan rohani jemaat Tesalonika dan juga jemaat Tesalonika juga begitu bersukacita untuk menerima dan melakukan firman yang mereka terima dan dengar. Seperti istilah mengatakan �gayung bersambut� Firman Tuhan yang diberitakan dengan jemaat yang melakukan firman yang mereka dengar.

Lelah, letih, kesusahan, penderitaan, kesulitan yang dihadapi oleh jemaat Tesalonika dan juga Paulus yang memberitakan Injil hilang karena Firman Tuhan bekerja di tengah-tengah mereka. Yang memberitakan firman Tuhan dan yang mendengarkan firman Tuhan sama-sama mendapatkan sukacita yang berlimpah-limpah.

Adalah sebuah pelajaran yang berharga bagi kita jemaat Tuhan saat ini tentang apa yang terjadi pada jemaat Tesalonika ini, ketika firman itu diterima dan bekerja sehingga berbuahkan sukacita bagi umat Tuhan. Namun, bagaimana kita mendapatkan sukacita jika yang menyampaikan firman Tuhan dan yang menerima firman Tuhan hanya sebatas formalitas dan rutinitas belaka? Maka baiklah kita merenungkan pertanyaan ini:
-          Mana firman Tuhan yang kita beritakan?
-          Mana firman Tuhan yang kita dengarkan?

Jika firman Tuhan yang kita dengar itu tidak tinggal diam dalam diri kita, maka bagaimana mungkin kesusahan, penderitaan dan kesulitan itu berlalu dari hidup kita.

Maka dari itu, marilah kita melihat lebih mendalam tentang apa yang hendak kita terima melalui nas ini:

1.      Firman Tuhan berkuasa untuk mengubah kehidupan kita untuk jauh lebih baik
Hal inilah yang dapat kita dalami dari ayat 13 �sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya�. Sebagaiamana istilah yang mengatakan �Alkitab sudah selesai ditulis, tetapi Alkitab belum selesai menulis�. Arti dari ungkapan ini hendak menyadarkan kita, bahwa walaupun hari, minggu, bulan, tahun dan situasi yang terjadi dalam hidup ini selalu berganti, namun Firman Tuhan akan tetap menuliskan, memberitakan pembaharuan dalam hidup manusia.

Itulah sebabnya jika di 2 Timotius 3: 16 dikatakan: �Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.� Bahwa firman Tuhan itu bukan hanya sekedar kata-kata untuk di dengarkan, tetapi firman Tuhan itu adalah kata-kata untuk mengubah kita menjadi lebih baik, yaitu dengan menerima firman itu untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik pada kebenaran.

2.      Firman Tuhan adalah sumber sukacita  
Untuk dapat menikmati buah dari firman Tuhan tidak terletak pada:
-          Siapa yang menyampaikan
-          Bagaiamana penyampaiannya
-          Apa yang disampaikan

Menerima firman Tuhan jangan seperti orang yang memilih-milih makanan � mana yang disuka mana yang tidak dia suka, mana yang enak dan mana yang tidak enak. Atau, seperti orang yang memilih-milih tempat makan � ada yang suka makan di Hotel, Restoran mewah, Mall, caf�, kaki lima. Menerima firman Tuhan bukan soal suka atau tidak suka, semuanya berpulang pada orangnya.

Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan: �Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan� (Matius 5:6). Jika kita kembali tentang jemaat Tesalonika ini, mereka begitu lapar dan haus akan kebenaran firman Tuhan, sehingga begitu mereka mendengar firman Tuhan mereka langsung menyerapnya dalam hidup mereka.

Jika firman Tuhan itu kita terima seperti seorang yang lapar dan haus, maka kita akan menerima buah yang manis dari firman Tuhan. Kita akan merasa lega dan kenyang sehingga kita akan bersukacita. Sebab firman Tuhan memberikan kita motivasi, keyakinan, pengharapan dan kepastian, sehingga segala kelelahan, kesusahan dan ketakutan yang ada pada diri kita akan disingkirkan. Inilah alasannya mengapa umat Tuhan itu adalah umat yang bersukacita.

Sehingga pengajaran berharga yang bisa kita terima melalui nas ini, bahwa Tuhan adalah sumber sukacita yang dapat membuat kita bersoraksorai dalam hidup ini. Caranya dengan menerima firman Tuhan tinggal dan bekerja dalam hidup kita. 

Jika kita menerima firman Tuhan tinggal dalam diri kita itu sama artinya kita hidup bersama-sama dengan Tuhan. Dalam Yohanes 1: 1 tegas dikatakan �Firman itu adalah Allah�. Jika kita menolak firman Tuhan, itu sama artinya kita menolak Tuhan dalam diri kita, sebaliknya, jika kita menerima firman Tuhan bekerja dalam diri kita maka sama artinya kita menerima Tuhan bekerja dalam diri kita.

Tuesday, April 17, 2018

Ekaristi, Sungguh Roti Kehidupan

Akulah roti hidup, kata Yesus. Seringkali kita mengabaikan betapa dahsyatnya kata-kata itu, dan bagaimana kata-kata itu sungguh nyata di dalam Ekaristi. Banyak kesaksian orang-orang kudus yang tidak dapat menyambut komuni karena keadaannya, memohon dengan sangat pada Allah, dan menyambutnya dari tangan Malaikat. Rosalie Put misalnya, seorang biarawati, jatuh sakit di umur 17 tahun dan terbaring di tempat tidurnya selama 25 tahun. Ia sangat menderita dan tidak dapat menghadiri Misa Kudus. Maka, seorang Malaikat Agung akan datang tiap malam untuk memberi dia Komuni Kudus. Kehadiran Malaikat ini ditandai oleh bunyi sebuah lonceng kecil dan kadang dapat didengar orang lain.

Seorang kudus lainnya, St. Nicholas dari Flue memohon pada Tuhan agar dia diijinkan hidup tanpa makan dan minum. Permohonan ini dikabulkan. Selama 20 tahun ia hidup di sebuah kamar kecil dari kayu, hanya hidup dari makan Komuni Kudus. Para penduduk mengagumi kesuciannya dan nasihatnya yang membawa perdamaian di antara kota-kota yang berperang.

Ekaristi adalah sungguh-sungguh Roti Hidup. Barangsiapa percaya kepadaNya, ia tidak akan lapar dan haus lagi, dan akan beroleh hidup yang kekal. Mari kita pada masa Paskah ini merenungkan, sekuat apakah iman kita pada 1 kalimat itu: Akulah Roti Hidup.

----------------
Bacaan Liturgi, 18 April 2018
Hari Biasa Pekan Paskah III
Bacaan 1: Kis 8:1b-8

Injil: Yoh 6:35-40

Monday, April 16, 2018

Yeremia 31: 7-14 | Tuhan Sumber Sukacita



Bacaan Firman Tuhan: Yeremia 31: 7-14
Sebab TUHAN telah membebaskan Yakub, telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya. Mereka akan datang bersorak-sorak di atas bukit Sion, muka mereka akan berseri-seri karena kebajikan TUHAN, karena gandum, anggur dan minyak, karena anak-anak kambing domba dan lembu sapi; hidup mereka akan seperti taman yang diairi baik-baik, mereka tidak akan kembali lagi merana. Pada waktu itu anak-anak dara akan bersukaria menari beramai-ramai, orang-orang muda dan orang-orang tua akan bergembira. Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan, akan menghibur mereka dan menyukakan mereka sesudah kedukaan mereka. Aku akan memuaskan jiwa para imam dengan kelimpahan, dan umat-Ku akan menjadi kenyang dengan kebajikan-Ku, demikianlah firman TUHAN.

LAI memberikan judul untuk Yeremia 31 dengan Perjanjian Baru. Ditengah penghukuman umatNya, Allah memperlihatkan kasih setiaNya, bahwa Dia akan memulihkan umatNya, yaitu perjanjian rohani yang di tuliskan dalam hati mereka dan bukan lagi perjanjian hukum yang tidak mampu mereka pelihara. Tuhan menggenapi perjanjianNya ini dengan kedatangan Yesus Kristus yang menjadi keselamatan bagi umat yang mau dituntun oleh Tuhan.

Dalam janji keselamatan itu Tuhan yang akan membimbing umatNya mendapatkan keselamatan dan kehidupan yang penuh sukacita. Tuhan menyediakan harapan baru. Sebab Tuhan akan menjadi penjaga bagi umatNya seperti seorang Bapa dan juga gembala. Tuhan akan menghibur, memuaskan dan menebus umatNya.

Melalui nas ini kita diajak untuk meneliti iman kita kepada Tuhan. Sejauhmana kita mempercayai dan menghidupi janji setia Tuhan dalam hidup kita. Dalam penyataan kasih setia Tuhan ini, umat diajak untuk bersukacita sementara mereka berada dalam penderitaan di pembuangan. Maka muncul pertanyaan: �bagaimana bersukacita di tengah penderitaan?�

Ketika pergumulan, penderitaan kita hadapi dalam hidup ini, mampukah kita meyakinkan diri kita bahwa  kasih setia Tuhan akan memberikan pertolongan pada waktunya? Sebagaimana Paulus menuliskan �bersukacitalah senintiasa di dalam Tuhan� (Flp. 4:4). Ini adalah sikap yang hendak diperlihatkan nas ini bagi kita untuk menjalani kehidupan ini. Bahwa kita adalah umat yang bersukacita, apapun yang terjadi tidak akan menyurutkan kita untuk bersukacita sebab kita percaya akan perbuatan Tuhan yang besar.

Kita memiliki alasan yang kuat mengapa kita senantiasa bersukacita:

      1.      Tuhan telah menghancurkan penghalang sukacita kita
Dosa adalah sumber penderitaan. Inilah yang terjadi pada umat Israel, bahwa penderitaan yang mereka hadapi hingga sampai di pembuangan karena dosa mereka. Hidup yang mengabaikan perintah Tuhan itu sama artinya kita mengubur dalam-dalam hidup yang berbahagia dalam hidup kita.

Namun, dalam keberdosaan manusia, Tuhan datang dengan kasih setiaNya memberikan pengampunan dosa bagi kita. Karena Tuhan tahu manusia tidak akan bisa selamat dari hukuman dosa jika bukan Tuhan yang menyelamatkan. Sehingga kita bersyukur oleh sebab kasih Tuhan yang besar melalui anakNya Tuhan Yesus Kristus yang telah menebus kita dari kutuk dosa.

Ini adalah alasan utama mengapa kita bersukacita dalam hidup ini, sebab halangan utama yang membuat manusia itu menderita yaitu dosa telah diruntuhkanNya. Sehingga kita dengan penuh semangat dapat memasuki hidup yang penuh sukacita.

       2.      Tuhan menyediakan sukacita bagi kita
Tuhan adalah sumber sukacita. Jika kita telah hidup dalam pengampunan dosa dari Tuhan, maka Tuhan memberikan kepastian pada kita bahwa Tuhan senantiasa menuntun kehidupan kita. Bahwa Dia akan menjadi Bapa dan Gembala yang memastikan masa depan yang baik bagi kita. Ketika dengan yakin dan tulus mempercayakan hidup kita pada Tuhan, maka Dia akan memberikan kepuasan dan penghiburan kepada kita. Kuncinya adalah kita mau datang dan menyerahkan hidup kepadaNya.

Pengharapan, iman kita kepada Tuhan Yesus tidak akan mengecewakan. Sebab hanya dari Tuhan saja kita dapat menerima segala kebaikan dalam kehidupan. Sehingga walaupun kita sedang berada pada pergumulan hidup, kita yakin bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita. Inilah alasan mengapa kita harus bersukacita. Maka orang yang mempercayakan hidupnya kepada Tuhan tidak akan mau ditindih, dibebani dan di tekan oleh kesusahan, sungut-sungut. Namun sebaliknya, kita akan pegang teguh keyakinan akan apa yang Tuhan katakana dalam nas ini: �umat-Ku akan menjadi kenyang dengan kebajikan-Ku�



Tuesday, April 10, 2018

Di Mana dan Kapan Kita Memberitakan Yesus?

Dimanakah tempat yang tepat untuk memberitakan Injil? Kapankah saat yang tepat untuk menyerukan Nama Yesus? Mungkin banyak orang bertanya-tanya tentang hal ini, sama seperti saya, terutama yang tinggal di komunitas yang majemuk dengan mayoritas non Kristiani, dan sebagian masyarakatnya mulai menunjukkan sikap bermusuhan dengan umat Kristiani. Dengan terpaksa walaupun harus menelan ludah kuatir, saya terpaksa menjawab: di mana-mana dan setiap saat, walaupun itu berarti mendekatkan saya pada kehidupan yang tidak enak, kematian yang menyakitkan, kehilangan yang memedihkan.

Bacaan pertama memberikan kita contoh bahwa para rasul dimasukkan ke dalam penjara kota karena iri hati orang-orang Saduki. Namun Malaikat datang, membebaskan mereka secara ajaib tanpa merusakkan pintu penjara, dan membawa mereka ke Bait Allah supaya mereka kembali bisa mengajar tentang Yesus. Pada akhirnya toh mereka ditangkap lagi, disiksa sampai mati kecuali Yohanes yang berhasil mati tua walaupun sempat disiksa. Injil mengingatkan kita bahwa orang yang percaya padaNya takkan binasa, walaupun dibunuh dan mati di mata dunia.

Kita juga dikuatkan dengan kesaksian para kudus yang hidup tidak lama dari masa kehidupan kita sekarang. St. Maximillian dari Kolbe yang menyerahkan dirinya untuk menggantikan salah satu terpenjara zaman Nazi (1941), dan tetap menghibur teman-teman satu sel yang dihukum mati dengan kabar gembira Tuhan. Pastur Beda Chang wafat sebagai martir (1951) karena ia terus merayakan misa di negara China yang melarang kegiatan religius apapun. Luisa Guidotti Mistrali wafat tahun 1979 setelah sebuah peluru menembus lehernya karena ia terus melaksanakan misi dan karya penyembuhannya di Zimbabwe yang sedang perang saudara. Beranikah kita seperti mereka, membela iman kita tanpa menyerang? Mari kita di masa Paskah ini dikuatkan bahwa orang dapat menyiksa dan membunuh badan kita, namun tak bisa mengambil jiwa kita, karena kita milikNya. Semoga dengan iman ini, kita dapat berdiri tegak menghadapi orang-orang yang ingin menjauhkan kita dari Yesus yang termanis.

-----------------
Bacaan Liturgi, 11 April 2018
PW S. Stanislaus, Uskup dan Martir
Hari Biasa Pekan Paskah II
Bacaan 1: Kis 5:17 - 26

Injil: Yoh 3:16 - 21

Tuesday, April 3, 2018

Hati Penuh Syukur

Henri Nouwen dalam bukunya Hati Penuh Syukur merenungkan kisah perjalanan ke Emaus yang hari ini kita dengar lewat Bacaan Injil. Ia membaginya menjadi 5 bagian yang bersentuhan langsung dengan kehidupan sehari-hari manusia. Pertama-tama kita datang dengan rasa kehilangan, sama seperti kedua murid yang kehilangan guru, harapan dan tujuan hidup mereka. Kita pun sering merasa kehilangan waktu, teman, keluarga, kebebasan, atau apa saja. Dengan hati hancur diremukkan oleh kehilangan, kita datang ke hadapan Allah.

Lalu kita bertemu seorang asing yang membuat hati kita mulai berkobar-kobar. Yesus menampakkan diri di hadapan kedua murid, dan mulailah mereka menceritakan rasa itu. Demikianlah kita mengungkapkan diri kita dan hati kita yang hancur kepada Allah melalui Tuhan Kasihanilah Kami. Sebagaimana Yesus harus diundang ke dalam rumah kedua murid agar mereka nantinya dapat �melihat� siapa Yesus, demikian pula kita mengungkapkan undangan kita didalam Aku Percaya. Bila orang asing yang luar biasa tak kita undang ke dalam rumah kita, maka ia tetap menjadi orang asing. Tapi begitu kita makan bersama, maka jadilah ia �seorang dari kita�, atau sering dikatakan orang Palembang �wong kito galo.�

Ketika kita makan bersama, mulailah diri �orang asing� itu nampak menjadi Yesus. Kita pun akan mengetahui secara jelas bahwa �itu Tuhan� pada saat hosti diangkat. Dan ketika kedua orang murid itu menyambut roti dari Yesus, Yesus hilang dari pandangan mereka. Yesus di dalam Ekaristi secara ajaib menghilang dari pandangan kita sekaligus menyatu di dalam kita, dan menjadikan kita seperti dia. Sejak itu, maka kita pun diutus menjadi Dia di dalam kehidupan sehari-hari seperti Petrus dan Yohanes yang bersaksi tentang Yesus. Sebagaimana Yesus berkuasa dalam DiriNya sendiri, kita pun menjadi berkuasa karena Yesus ada di dalam diri kita. Maka bila kita percaya sungguh, maka seperti Petrus dan Yohanes, kuasa-kuasa termasuk kuasa penyembuhan dapat terjadi. Mari kita bersukacita dan memuji Allah karena kuasaNya yang begitu besar yang dipercayakanNya pada kita.

-------------------
Bacaan Liturgi, 4 April 2018
PF S. Isidorus, Uskup dan Pujangga Gereja
Hari Rabu dalam Oktaf Paskah
Bacaan 1: Kis 3:1-10

Injil: Luk 24:13-35

Tags