Latest News

Wednesday, November 30, 2016

Roma 15: 4-13 | Yesus Sumber Pengharapan



Bacaan Firman Tuhan: Roma 15: 4-13
"Taruk dari pangkal Isai akan terbit, dan Ia akan bangkit untuk memerintah bangsa-bangsa, dan kepada-Nyalah bangsa-bangsa akan menaruh harapan." Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.

Hal Pertama yang dapat kita pelajari dalam nas ini, bahwa Paulus menitik beratkan tentang kesatuan dan kerukunan orang percaya kepada Yesus Kristus dengan mengutip Yesaya 11: 10 yang mana Paulus menuliskan "Taruk dari pangkal Isai akan terbit,�.dan kepada-Nyalah bangsa-bangsa akan menaruh harapan." Yesus Kristus adalah jawaban atas pengharapan umat Israel tetapi juga menjadi pengharapan bagi segala bangsa. 

Keselamatan itu datang dari bangsa Yahudi (Yohanes 4:22) supaya menjadi keselamatan bagi semua bangsa. Yesus Kristus adalah untuk seluruh bangsa, keselamatan untuk seluruh bangsa dan pengharapan bagi segala bangsa. Maka orang yang hidup dalam iman kepada Yesus Kristus bukan lagi menonjolkan perbedaan, menghakimi sesamanya, sebab kita telah di persatukan untuk memuliakan Allah. 

Seandainya keselamatan Tuhan hanya kepada bangsa Israel, tetntunya �perbedaan� tidak akan muncul menjadi suatu masalah. Tetapi karena keselamatan Tuhan itu adalah untuk semua bangsa, maka timbul permasalahan karena setiap bangsa memiliki latarbelakang yang berbeda-beda tradisi, budaya dan bahasa yang berbeda dari bangsa Israel. Namun bagaimanapun perbedaan itu, sebenarnya tidak akan menjadi masalah ketika setiap orang yang percaya itu menyadari diriNya telah di satukan dalam Tubuh Kristus.

Bagaimana cara seseorang itu dalam memuliakan Allah janganlah kita menjadi hakim atas mereka yang memunculkan kebencian dan permusuhan. Sebagaimana Paulus katakan juga di Roma 14: 20 �Janganlah engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh karena makanan�. Supaya kita jangan jadi merusak pekerjaan yang telah dilakukanNya yaitu membangun Tubuh Kristus dalam dunia ini. 

Sebagaimana Kristus yang telah menerima semua orang tanpa membeda-bedakan kasihNya demikianlah kita juga orang-orang yang telah hidup dalam kasihNya tidak lagi memonjolkan perbedaan (ayat 7). Dari Tubuh Kristus akan memancar kasih, kesatuan dalam perbedaan, sehingga tidak benar seorang yang menyatakan hidup dalam Tubuh Kristus tetapi membenci bahkan memusuhi orang yang berbeda dari dia. Dalam Tubuh Kristus kita tidak di beri mandat untuk membenci tetapi hanya di beri mandat untuk mengasihi, mengasihi tanpa batas.

**
Hal kedua yang bisa kita pelajari dari nas ini, bahwa orang percaya tidak lagi melihat perbedaan yang ada, tetapi melihat visi ke depan, yaitu pengharapan yang sama yakni kepada Yesus Kristus. Bukan saatnya lagi kita untuk memperdebatkan perbedaan, tetapi sudah waktunya kita mengeksplorasi/menggali kekayaan yang terkadung di dalam iman kepada Yesus Kristus, yaitu masa depan yang penuh harapan.

Janji keselamatan yang diberitakan oleh Tuhan melalui para nabi dalam Perjanjian Lama menjadi pengharapan umat Israel untuk tetap bertekun di dalam iman. Sebagaimana Paulus mengatakannya dalam ayat 4 bahwa hal itu menjadi pelajaran bagi umat untuk tetap teguh berpengharapan. 


Pengharapan umat akan tergenapinya janji keselamatan Tuhan bukanlah suatu utopia yang konyol, tetapi janji itu telah menjadi kenyataan. Keselamatan dari Allah yang telah nyata atas kehidupan umat, bahkan keselamatan bagi seluruh manusia.

Allah sumber pengharapan itu telah nyata atas kehidupan manusia. Yesus Kristus adalah satu-satunya harapan bagi keselamatan manusia, bahwa tidak ada harapan lain yang membawa pada keselamatan selain di dalam Yesus.

Mengapa Yesus satu-satunya harapan hidup kita? Sebab Allah telah menggenapi janji KeselamatanNya di dalam Yesus Kristus. Maka jika kita memiliki pengharapan di dalam iman kepada Yesus Kristus bukanlah angan-angan, bukan pula janji-janji kosong. Jika bukan kepada Allah yang telah melawat umatNya kita berpengharapan, terus kepada siapa lagi kalau bukan kepada-Nya? Pengharapan yang sedang kita bicarakan ini adalah pengharapan yang memancar keluar dari iman, sebab jika bukan dari iman itu namanya angan-angan atau hayalan. Demikian juga sebaliknya, iman tanpa pengharapan maka iman itu akan layu dan mati.

Paulus dalam ayat 13 menasehatkan agar kita berlimpah-limpah dalam pengharapan. Seperti bejana atau ember penampungan air yang tidak pernah kosong tetapi tetap terus terisi sampai luber. Sebab dalam pengharapan itu terkandung sukacita dan damai sejahtera

Tidak perduli apapun yang sedang terjadi ketika kita memiliki pengharapan, maka sukacita dan damai sejahtera itu akan menguatkan dan menyembuhkan kita untuk tetap berjalan meraih masa depan yang pasti di dalam Tuhan.

Sebagaimana Andar Ismail dalam renungannya tentang pengharapan mengatakan bahwa �pengharapan harus di bayar dengan harga yang mahal�. Sebab kita harus berhadapan dengan kenyataan yang jauh dengan pengharapan kita. Seperti seorang pasien yang bersedia untuk di operasi. Kesediaannya untuk di operasi adalah bukti akan pengharapannya, namun dia harus melalui masa-masa yang sulit dan nyeri pasca operasi.

Maka dibutuhkan kesabaran dan ketekunan, sebab pengharapan sifatnya adalah ke-belum-an atau yang masih akan terjadi. Sebagaimana juga yang di sampaikan oleh Paulus tentang Pengharapan di Roma 8: 24-28 �Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi�.tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun�.

Sehingga orang percaya yang berpengharapan bukanlah sedang menantikan apa yang sedang diharapkannya pasti akan terpenuhi, tetapi �Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia� (Roma 8:28). Yang membuat kita bertahan hidup, tetap memegang teguh Iman adalah karena kita memiliki pengharapan. Jika kita tidak lagi memiliki pengharapan di dalam iman tentu kita sudah stress, menderita tidak lagi ada kebahagiaan dan pastinya keselamatan hidup yang kekal bukan lagi bahagian hidup kita.


Sunday, November 27, 2016

Sabda Bahagia Menurut Kitab Matius: Hidup Penuh Ganjaran

Sabda Bahagia tercantum pada dua kitab Injil, yaitu Matius (Mat 5:1-12) dan Lukas (Luk 6:20-23).  Kali ini kita akan merenungkan dan mencermati Sabda Bahagia yang tertulis di dalam Kitab Matius. Di akhir renungan, maka kita akan melihat betapa besarnya janji Yesus untuk mengganjar kita yang bersedia bersengsara dan terus berbuat baik selama hidup di dunia. Dan ganjaran itu letaknya di surga, yaitu ketika kita telah menyelesaikan pertandingan dan menjadi pemenang (bdk 1Kor 9:25).


Yesus mengajar murid-murid yang datang kepadaNya. Pada ayat 1 � 2, kita melihat bahwa orang banyak datang kepada Yesus�. Bukan Yesus yang memanggil mereka. Ada kebutuhan dari orang-orang itu untuk datang kepada Yesus, mungkin kebutuhan untuk penghiburan atau ingin memuaskan rasa ingin tahu. Sebuah pepatah kuno berkata bahwa: seorang guru siap ketika muridnya siap. Yang pertama-tama harus siap adalah sikap hati seorang murid. Siap menerima. Siap ditanami sesuatu. Melihat kesiapan itu, naiklah Yesus ke tempat tinggi (menandakan bahwa Ia siap menjadi guru), dan mulai mengajar.

Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. 

  • Apa arti miskin di hadapan Allah? Bagian �di hadapan Allah� tidak ditemui di Injil Lukas yang terkenal sebagai Injil Orang Miskin. Matius ingin mengetengahkan bahwa kemiskinan itu bukan kemiskinan materi. Miskin artinya tidak memiliki apa-apa atau hanya memiliki sedikit. Orang miskin harus meminta supaya memiliki. Orang miskin harus diberi supaya memiliki. Karenanya, orang miskin sering terpaksa berpasrah dan berharap akan kemurahan orang lain. Seringnya pasrah dan menerima kebaikan orang, maka sering kali orang miskin memiliki kerendahan hati dan kepasrahan yang tidak dimiliki orang lain. Inilah sikap hati yang diinginkan Allah
  • Mereka menjadi Empu Kerajaan Surga. Apa artinya? Empu berarti memiliki, menguasai, memiliki keahlian (seperti empu keris). Sementara Kerajaan Surga artinya segala hal yang baik, tempat di mana yang ada hanyalah yang baik-baik, tempat di mana yang ada hanyalah kedamaian, kebaikan, entah di atas atau di sini, entah nanti ketika kita sudah meninggal ataupun ketika masih hidup. Jadi Empu Kerajaan Surga adalah menguasai dan memiliki kendali untuk menciptakan kondisi atau keadaan yang baik dan damai. 
  • Mungkin ayat ini menginspirasi Thomas a Kempis untuk menulis ini dalam �Mengikuti Jejak Kristus� bagian ketiga pasal VIII no. 1: �Akan tetapi kalau aku meremehkan diriku sendiri, memandang diriku sama sekali tidak berharga dan membuang jauh-jauh sikap angkuhku, serta melihat diriku seperti nyatanya sebagai debu, rahmat belas kasihanMu akan menyertai aku, dan lagi rahmat sinarMu akan mendekati hatiku.�


Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Apa yang membuat seseorang bersedih? Orang bersedih karena kehilangan. Bisa kehilangan orang yang dicintai, bisa kehilangan sesuatu yang berharga, ataupun kehilangan kesempatan. Bagaimana menghibur orang yang kehilangan? Satu-satunya cara tentu adalah dikembalikan lagi (seperti Ayub). Maka Yesus pada dasarnya menjanjikan pengembalian apapun yang telah hilang, termasuk nyawa yang hilang.

Bisa juga yang membuat orang berdukacita adalah dosa-dosa kita, seperti kata Thomas a Kempis: �Adapun yang menimbulkan rasa sedih dan menyesal yang selayaknya itu ialah dosa-dosa dan kekurangan-kekurangan kita, justru dosa-dosa dan kekurangan-kekurangan kita itulah yang menjerat kita sehingga kita tidak mampu lagi memikirkan hal-hal surgawi� (bdk Mengikuti Jejak Kristus bagian kesatu pasal XXI no. 4). Bila demikian, dengan apakah kita dihibur? Tentulah dengan penghapusan dosa.

Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Apa yang disebut orang lemah lembut? Orang yang peka perasaannya, punya empati dan simpati pada sesama, mudah menolong dan menghibur. Dan apa artinya memiliki bumi? Mungkin artinya menguasai bumi. Bumi bukanlah Kerajaan Surga di ayat sebelumnya. Di bumi masih banyak orang yang menderita. Penghuni bumi masih butuh dihibur, butuh empati. Maka�. Orang lemah lembut akan dapat mengendalikan tempat-tempat yang penuh penderitaan. Ia bisa menggerakkan orang-orang di tempat itu. Contoh adalah Santa Teresa dari Kalkuta.

Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Di dalam Injil Lukas, bagian �akan kebenaran� tidak ada. Apa artinya lapar dan haus akan kebenaran? Kenapa harus dipisahkan antara lapar dan haus?

  • Lapar dan haus berbeda. Lapar membuat kita pelan-pelan mati, tidak bertenaga. Sementara haus membunuh kita dengan lebih cepat. Haus membuat kita berhalusinasi, melihat sesuatu yang tidak ada atau berbeda dengan realitas. 
  • Lapar akan kebenaran menunjuk kepada orang-orang yang tidak mendapatkan kebenaran, dan akibatnya mereka menjadi lemah, tidak mampu untuk mempertahankan kebenaran. Sementara orang yang haus akan kebenaran adalah orang-orang yang berhalusinasi bahwa mereka telah mendapat kebenaran, tapi sebenarnya yang mereka dapatkan adalah kebohongan. 
  • Mereka akan dipuaskan�. Dengan kebenaran. Kebenaran tentang apa? Tentang segala hal. Dan orang-orang ini, ketika telah mendapatkan kebenaran, akan menjadi bertenaga lagi. 


Berbahagialah orang yang murah hati karena mereka akan beroleh kemurahan. Orang yang murah hati bersedia berbagi dengan orang lain, baik dalam materi maupun non materi; mereka bersedia memaafkan dan mentoleransi kelemahan orang lain. Mereka akan beroleh kemurahan dari Allah melalui orang lain. Kata Thomas a Kempis dalam De Imitatione Christi (Pasal XVI no. 2): �Marilah kita berusaha supaya kita tetap sabar dalam menghadapi kekurangan dan kelemahan orang lain sebab orang lain harus pula menderita karena kekurangan kita yang banyak jumlahnya.�

Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Orang yang suci hatinya tidak berpikir hal-hal negatif dan kotor; mereka tidak berprasangka; mereka mudah memaafkan. Tapi di mana orang yang suci hatinya akan melihat Allah? Mungkin di wajah tiap orang dan tiap hal yang dijumpainya, karena apa yang dilihatnya adalah hal-hal yang baik saja.

Pemahaman seseorang tentang orang lain dan hal yang ditemuinya sangat tergantung bagaimana orang itu pada awalnya berprasangka tentang orang atau hal tersebut. Contoh yang baik adalah menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta tahun 2017, gubernur petahana (incumbent) saat itu, Ahok, menyatakan sesuatu yang dianggap menista Islam. Demikian marahnya orang Islam dan beberapa orang non Islam tentang hal itu, sehingga kata-kata semua orang yang dianggap memihak Ahok dianggap memprovokasi. Walaupun kata-katanya sama: �jangan provokasi�, namun karena keluar dari mulut orang yang memihak Ahok, menjadi terdengar �provokasi�. Sebaliknya orang yang netral, orang suci hatinya, tidak akan terganggu karenanya dan melihat semuanya adalah baik adanya.

Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Orang yang membawa damai adalah mereka yang melerai ketika ada perselisihan, menenangkan bila ada yang emosi, memberikan pandangan positif bagi pikiran negatif, membantu ketika ada kesulitan, menghibur bila ada kedukaan, menemani yang kesepian dan ketakutan. Mereka akan disebut anak-anak Allah karena Allah adalah damai. Satu kata dari Allah cukup untuk mengusir hal-hal negatif � marah, takut, benci, sedih, galau.

Liz Gilbert, pengarang buku Eat, Pray, Love, menceritakan pengalamannya menangis dan galau di kamar mandi karena ingin keluar dari perkawinannya. Di tengah-tengah itu ia mendengar suara bisikan �kembalilah tidur� yang memberikan damai luar biasa. Baginya itulah suara Tuhan, karena walau kata-katanya sangat sederhana, tapi efek damai yang dirasakannya luar biasa. Karenanya anak Allah akan membawa kedamaian juga, tentu dengan �kompetensi� di bawah Allah.

Berbahagialah orang yang dianiaya demi Kebenaran, karena merekalah yang Empunya Kerajaan Surga. Kebenaran yang sungguh-sungguh benar itu apa? Apakah Firman Allah yang benar? Apa yang kita percayai belum tentu benar. Tapi apa yang kita alami secara langsung, itulah Kebenaran � bukan spekulasi atau perasaan, tetapi apa yang dialami, bukan apa yang didengar dari orang lain. Oleh karena itu, bila kita mau mewartakan Yesus yang benar, alami dulu Yesus secara langsung.

Dan apakah empunya Kerajaan Surga yang dimaksud sama dengan ayat 3? Sama. Orang yang menderita demi kebenaran akan menghasilkan kondisi yanglebih baik, walaupun mungkin terjadi setelah jamannya. Para martir dianiaya karena kebenaran, dan kini dunia menjadi lebih baik karena pewartaan mereka. Kita mencicipi Kerajaan Surga berkat mereka, dan oleh karenanya merekalah pemilik kerajaan surga itu.

Berbahagialah kamu, jika demi Aku, kamu dicela dan dianiaya, dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Apa artinya �jika demi Aku�? Apa yang diinginkan Yesus untuk dibela murid-muridNya demi Dia? Apakah bahwa Yesus anak Allah? Atau Yesus adalah Mesias? Atau Yesus adalah satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup? Tapi hal-hal tersebut telah menimbulkan peperangan selama berabad-abad.

Tapi inilah yang perlu dibela: bahwa Yesus telah mendamaikan manusia dengan Allah dan menghancurkan dosa. Konsekuensinya, manusia tidak perlu lagi ketakutan untuk melanggar hukum Allah dengan tidak sengaja atau masuk neraka karenanya, asal mau bertobat dan tidak menolak Roh Kudus dan pengampunan dari Allah. Seringkali takut melanggar hukum Allah telah menimbulkan kekerasan. Seperti dikatakan Rasul Paulus di Roma: yang makan jangan menghina yang tidak makan, dan yang tidak makan jangan merendahkan yang makan � karena makan berarti mengucap syukur pada Allah dan tidak makan juga mengucap syukur pada Allah. Kita bisa membayangkan bahwa hal ini diucapkan karena jemaat saat itu berdebat tentang mana yang lebih �benar� dan �menyelamatkan�: berpuasa atau tidak berpuasa. Tapi karena Yesus telah mati untuk menghancurkan dosa, hal-hal kecil itu menjadi tidak utama dalam keselamatan. Semua yang percaya, pasti selamat, walaupun berbeda dalam lamanya penyucian.

Kita mungkin dicela dan dianiaya oleh orang-orang yang menganggap hal itu tidak mungkin dan malah bertentangan dan hukum lampau. Bahkan sering kali difitnahkan segala yang jahat, maksudnya dituduh macam-macam seperti penista agama � persis seperti Yesus dulu.

Bersukacitalah dan bergembiralah, karena besarlah ganjaranmu di surga, sebab demikianlah juga telah dianiaya nabi-nabi sebelum kamu. Apa ganjarannya? Mungkin ini bisa dilihat pada janji-janji di ayat lainnya.

Wednesday, November 16, 2016

Kolose 1: 11-20 | Tekun, Sabar, Bersyukur, Bersukacita



Bacaan Firman Tuhan: Kolose 1: 11-20
�Dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar, dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang.�

Melalui doa Paulus ingin mengajak kita saat ini menyadari bahwa kita memiliki Allah yang begitu mengasihi kita yaitu Yesus Kristus. Dengan kasihNya itu �Melayakkan kita untuk mendapat bagian dalam kerajaanNya sebagai orang-orang kudus�. Dia �melayakkan � melepaskan � memindahkan � menebus � mengampuni�, bahwa Allah di dalam Yesus Kristus berbuat untuk keselamatan kita. Itulah Allah yang kita imani dan yang kita kenal.

Maka dari itu, dengan pengenalan seperti itu kita diarahkan untuk dapat memahami apapun kondisi kehidupan yang sedang kita hadapi dan apapun yang akan terjadi, kita pasti akan menanggungnya dengan �Tekun, Sabar, bersyukur dan bersukacita� (ay.11-12). Bahwa sukacita seorang Kristen itu adalah sukacita di dalam setiap keadaan. Iman akan semakin kuat dan bertumbuh ketika kita mengandalkan iman atas setiap situasi hidup yang kita lalui.

�Tekun, Sabar, bersyukur dan bersukacita� harus nyata bagi kita dalam menjalani kehidupan ini. Sebab tidak ada alasan untuk tidak berbuat seperti itu karena iman kita kepada Allah yang memberi jaminan atas keselamatan kita. Maka apapun kondisi dan situasi yang kita hadapi ke-empat hal di atas akan tetap bergelora dalam kehidupan kita. Sebagaimana Mazmur 46: 3 mengatakan �Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut�.

Dalam nas kita ini, Paulus menerangkan bagi kita untuk mengenal Allah yang kita imani melalui Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang menciptakan kita dan yang menjadikan segala sesuatunya. Kita (manusia) yang diciptakan oleh Allah adalah menurut gambar dan rupaNya (Kej. 1:26), dan kehadiran Allah di tengah-tengah kehidupan manusia melalui Yesus Kristus memperlihatkan bagaimana Allah itu menyatakan diriNya dalam rupa manusia. Supaya melalui Yesus manusia dapat melihat bagaimana kuasa atas kehidupan ini ada dalam Yesus Kristus Tuhan kita, bahwa seluruh kepenuhan Allah ada di dalam Dia. Melalui Yesus Kristus kita dapat melihat dan mengimani kuasa atas kehidupan ada padaNya, bahwa Dia adalah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati.

Maka disini Paulus mendefenisikan hubungan kita dengan Allah adalah hubungan yang organik, yaitu Kristus adalah kepala dan kita tubuhNya. Menandakan hubungan yang begitu erat yang �tak terpisahkan. Sebagaimana Paulus menuliskannya di Roma 8: 35 �Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita�. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari Tuhan, sekalipun itu maut sebab dengan kesatuan kita dengan Kristus, sebagaimana Kristus bangkit dari antara orang mati demikian juga kita akan dibangkitkanNya dari kematian.

Sehingga nas ini mengarahkan kita bahwa selama kita masih hidup dalam dunia ini, tetaplah untuk: 
�Tekun� di atas dasar iman yang telah terbangun dalam diri kita, walau apapun yang akan terjadi �tak akan memisahkan kita dari Tuhan. �Maka demi nyawamu, bertekunlah mengasihi Tuhan Allahmu� (Yosua 23:11).
�Sabar�menahan diri tidak gegabah, tetap menguasai diri dalam terang Firman Tuhan, sebab akan tiba waktunya kita menerima buah dari kesabaran kita. �Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota� (Amsal 16: 32)
�Bersyukur� atas apapun yang ada dalam hidup kita, sebab bersyukur akan membuat kita mampu melewati hal yang sukar, bersyukur akan membuat kita senantiasa memandang Allah dan menjauh dari ketakutan, sebagaimana Paulus mengatakan: �Mengucap syukurlah dalam segala hal� ( 1 Tes. 5: 18).
�Bersukacita� adalah sikap kita merespon atas apapun yang terjadi, sebab sukacita tidak datang dari perasaan atau pikiran kita tetapi sukacita adalah sinar dari iman yang menyinari hidup kita. �Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan, sekali lagi kukatakan: bersukacitalah� (Filipi 4:4)

 Demikianlah kita mempertahankan dan menjaga pemberiaan Allah yang berharga yaitu keselamatan dari kuasa dosa, sehingga pada saatnya kita dilayakkan dalam kerajaanNya.

Tuesday, November 15, 2016

2 Samuel 22: 21-31 | Konsekuensi Setiap Perbuatan

Bacaan Firman Tuhan: 2 Samuel 22: 21-31; Mazmur 18: 21-31
Karena Engkaulah pelitaku, ya TUHAN, dan TUHAN menyinari kegelapanku. Karena dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan, dengan Allahku aku berani melompati tembok. Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; sabda TUHAN itu murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya.

Dalam perjalanan kehidupan Daud, banyak hal yang telah terjadi dan yang di laluinya, ada suka dan duka. Daud menuangkannya dalam sebuah syair lagu dan nas firman Tuhan buat kita saat ini adalah bahagian dari nyanyiannya itu. Kita bisa belajar dari pengalaman kehidupan Daud tentang bagaimana dia menjalani kehidupannya bersama kuasa Tuhan.

Aturan dan janji Tuhan adalah ibarat dua sisi uang koin yang tak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Itulah yang hendak di sampaikan pada kita saat ini. Sehingga Daud tidaklah hendak memperlihatkan ataupun ingin meninggikan kesalehannya seperti orang Farisi (tetap mengikuti jalan Tuhan; segala hukum-Nya aku perhatikan; aku berlaku tidak bercela; menjaga diri dari kesalahan), tetapi maksud dari Daud adalah segala perbuatannya yang mengikuti aturan Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Sebagaimana dikatakan di ayat 25 �Karena itu Tuhan membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucianku di depan mata-Nya�.

Setiap perbuatan akan mendapatkan konsikuensi, akan selalu ada buah dari setiap perbuatan (ayat 25-28), tergantung yang diperbuatnya itu benar atau salah. Ada hukuman dan ada pula janji berkat Tuhan, hal ini tidak akan pernah berlalu dari kehidupan manusia.

Namun jika kita melihat dan mendalami bagaimana perjalanan kehidupan Daud, kita akan menemukan bahwa apa yang menjadi janji berkat Tuhan itu tidaklah dengan begitu saja tersaji di hadapan Daud. Dia harus menempuh jalan yang sulit penuh dengan penderitaan dan pergumulan, namun Daud diakhirnya dapat menyadari bagaimana peran serta Tuhan yang begitu besar atas hidupnya.

Dikatakan di ayat 29-30 �Karena Engkaulah pelitaku, ya TUHAN, dan TUHAN menyinari kegelapanku. Karena dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan, dengan Allahku aku berani melompati tembok�. Jelas terlihat disini bahwa Daud harus menghadapi berbagai tekanan hidup dan berusaha keluar dari penderitaannya. Namun hal yang menarik dari kesaksiannya itu dikatakan �Engkaulah pelitaku�.dengan Allahku aku berani.� Hidup di dalam aturan Tuhan bukan artinya kita terlepas dari berbagai pergumulan hidup, tetapi karena kita menjalaninya bersama Tuhan semua pergumulan itu dapat kita lalui.

Daud memberikan kesaksian pada kita tentang karakter Tuhan dengan teguh memegang janji-Nya. Apa yang menjadi janji-Nya pasti akan terpenuhi. Dalam ayat 31 di tekankan bahwa �sabda Tuhan itu murni�. Apa yang Dia katakan pasti akan digenapi-Nya. Ibarat emas yang murni ataupun anggur yang murni, tanpa ada setetes pun kotoran atau campuran lainnya masuk. Apa yang menjadi hak seorang yang hidup dalam aturan Tuhan pasti akan diberikan oleh Tuhan tanpa ada sedikit pun yang kurang.

Itulah sebabnya dikatakan bahwa jalan-Nya sempurna. Tuhan bukan memberikan kepada kita janji-janji yang kosong maupun memberi �sedikit� dari janji-Nya. Tetapi apa yang patut di terima seorang yang hidup dari percaya kepada Tuhan pasti akan diterimanya dengan sempurna. Bahkan di dalam Efesus 3: 20 di katakan disitu �Dia dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan�. Maka setiap apapun sikap dan tindakan yang akan kita lakukan dalam kehidupan ini akan menuai buahnya masing-masing, apakah buah itu busuk atau manis tergantung pilihan kita.

  

Friday, November 11, 2016

Maleakhi 4: 1-2a | Tuhan Sedang Bekerja!



Bacaan Firman Tuhan: Maleakhi 4: 1-2a
Bacaan Pendukung: 2 Tesalonika 3: 6-13
Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka. Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya.

Ada ungkapan yang sering kita dengar �menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan�. Kita mungkin sudah sering melakukan hal �menunggu�, mulai dari hal menunggu dalam jangka waktu yang singkat maupun lama, menunggu hal yang sudah pasti sampai menunggu hal yang belum pasti. Bisa kita menunggu angkutan, menunggu di antrian rumah sakit atau Bank, menunggu dapat pekerjaan, menunggu kelahiran anak, menunggu dapat jodoh. Bahwa  di setiap lini kehidupan kita selalu ada situasi menunggu.

Jika kita mau untuk menunggu, berarti kita menyadari ada sesuatu yang berguna bagi diri kita akan sesuatu yang kita tunggu tersebut. Namun ternyata tidak semua orang dapat sabar menunggu, ada yang tidak sabar. Langsung emosi dan mencari jalan pintas. Lampu masih merah sudah diterobos, jalan yang lawan arah juga di lalui karena tidak sabar untuk menunggu. Ada orang yang tidak sabar menjadi cepat kaya akhirnya apapun dihalalkan.

Sebagai orang Kristen ada baiknya kita belajar dari tokoh-tokoh dalam Alkitab, bahwa mereka adalah orang-orang yang sabar menunggu. Contohnya:Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Ayub, Daud dan para Nabi-nabi begitu pula dengan para Rasul dalam Perjanjian Baru. Kehidupan mereka dilingkupi penantian yang panjang apakah itu akhirnya terwujud ataupun tidak, namun ketika dalam proses menunggu, justru disitulah iman mereka semakin bertumbuh.

Sesuai dengan nas kita saat ini, ingin dikatakan bahwa sesungguhnya dunia tempat kita tinggal adalah merupakan �ruang tunggu� untuk sampai kepada Tuhan. Tempat kita beraktifitas sehari-hari adalah tempat penantian akan datang Tuhan mengangkat kita ke tempatNya yang baka. Kita tidak tahu Tuhan akan memanggil kita, juga kita tidak tahu kapan Tuhan akan datang mengangkat dan membangkitkan semua orang, namun kepastian telah diberikan oleh Tuhan bahwa akan tiba saatnya sebagaimana Tuhan katakan dalam nas ini �Bahwa sesungguhnya hari itu datang�.

Sebagaimana janji Tuhan telah menggenapi janji tentang kedatangan Mesias yaitu melalui Yesus Kristus, demikian pula kita saat ini adalah orang-orang yang menunggu akan saat yang telah dikatakan oleh Tuhan akan kedatanganNya yang terakhir.

Menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana manusia itu menunggu kedatangan Kristus? Bagaimana sikap kita dalam menyikapi tentang kedatangan hari Tuhan? Jika kita belajar dari apa yang terjadi pada kitab Maleakhi ternyata dari mereka sudah ada yang tidak sabar menunggu akan ke datangan Mesias, sudah mulai risau. Sampai kapan harus menunggu Mesias datang sementara hidup sudah semakin susah. Mereka juga melihat sepertinya tidak lagi ada bedanya antara orang yang melakukan kebenaran dengan orang yang melakukan kejahatan, bahkan kehidupan orang jahat lebih mujur. Entah Tuhan itu sudah tidak lagi ada bersama dengan mereka, �buat apa menunggu yang tidak ada�.

Namun, mereka di ingatkan dan bagi kita juga jika memiliki pikiran seperti mereka. Sebagaimana dikatakan di Mal. 3: 18 �Maka kamu akan melihat kembali perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya�. Bahwa orang gegabah dan orang fasik itu akan terbakar seperti jerami, yang membakar sampai ke akarnya sampai tidak ada yang tersisa. Tetapi orang yang takut akan Tuhan akan terbit seperti surya.

Hendak dikatakan pada kita saat ini bahwa segala sesuatu akan memiliki konsekuensi, akan selalu ada buah dari setiap perbuatan. Dan sebagai orang percaya kita akan mengatakan seperti syair Daud yang mengatakan �Karena itu Tuhan membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku� (Mazmur 18: 25).

Namun jika kita melihat di Tesalonika, tingkahnya berbeda lagi dalam hal menantikan hari kedatangan Tuhan. Mereka beranggapan bahwa hari Tuhan itu sudah dekat, maka tidak usah lagi bekerja �mari kita menunggu yang datang�.Maka Paulus memperingatkan mereka �Jika seorang tidak mau bekerja janganlah ia makan� (2 Tes. 3:10). Meskipun kita menantikan datangnya hari Tuhan bukan berarti kita tidak perlu lagi bekerja. Sebab manusia itu tidak akan hidup hanya dengan berdoa, tetapi harus juga bekerja, dan manusia itu juga tidak hidup dari roti tetapi apa yang di firmankan oleh Tuhan. Sedangkan Tuhan saja terus berkerja hingga saat ini, sebagaimana dikatakan Tuhan Yesus �Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga� (Yohanes 5:17).

Maka untuk memahami nas ini kita perlu merenungkan apa yang terjadi pada masa Maleakhi dan juga Tesolonika dalam hal menantikan datangnya hari Tuhan. Kita di ingatkan tentang keseimbangan hidup.

1.      Jika kita mau bekerja, maka kerjakanlah di dalam iman
Selama kita hidup di dunia ini adalah dalam proses menunggu, sambil kita menunggu maka kita juga akan melakukan pekerjaan kita sehari-hari. Namun kita harus ingat bahwa posisi kita hidup dalam dunia adalah �menunggu� (tinggal sejenak di ruang tunggu). Ibarat kita menunggu nomor antrian kita di panggil, maka ada aktifitas yang kita lakukan, bisa utak atik handphone, membaca Koran, berbincang dengan orang lain, tetapi ketika giliran nomor kita dipanggil maka aktifitas kita itu pasti akan kita tinggalkan.

Maka jangan seperti orang-orang yang ada pada jaman Maleakhi, bahwa karena ketidak sabarannya menunggu mereka justru mencari jalan pintas mencari �keselamatannya sendiri� dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang jahat karena hanya memikirkan keselamatannya di dunia ini. Persembahan pun sudah tidak lagi diberikan yang terbaik justru diberikan yang buta dan yang pincang. Bahkan mereka menceraikan istri mereka dan menikahi perempuan dari bangsa lain yang lebih kaya.

Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan dalam Yohanes 6: 27 �Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal�.

2.     Biarkan Tuhan melakukan pekerjaanNya
Hari yang telah dijanjikan Tuhan pada masa Maleakhi telah digenapi melalui kedatangan Kristus ke dunia. Sebagaiamana Tuhan Yesus mengatakan �Aku datang bukan untuk membawa damai, tetapi pedang� (Matius 10: 34). Bahwa hingga saat ini Tuhan tetap dan terus bekerja untuk memisahkan kita dari dosa. Siapa yang mau untuk dimurnikan oleh Tuhan, siapa yang mau hidupnya diperbaharui Tuhan.

Tuhan sedang bekerja untuk �memurnikan� kita, sedikit demi sedikit Tuhan sedang mempersiapkan kita sampai tiba waktunya Tuhan menyelesaikan tugasNya. Bagaimana Tuhan bekerja untuk memurnikan kita? Melalui apa yang kita kerjakan, kita perbuat, pikirkan dan yang kita alami. Maka saudara tidak perlu menangis, meronta dan menolak, biarkan Allah menyelesaikan pekerjaanNya sebab kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita adalah untuk kebaikan.

**
Maka demikianlah orang percaya dalam menunggu datangnya hari Tuhan: Mari kita biarkan Tuhan bekerja menyelesaikan pekerjaanNya dalam diri kita, dan sementara itu mari kita mengerjakan pekerjaan kita di dalam iman. Supaya hari Tuhan yang akan datang itu bukanlah hari yang menakutkan, tetapi hari yang bersukaria. Seperti nyanyian anak-anak sekolah minggu �Hari ini..hari ini harinya Tuhan�harinya Tuhan, mari kita�mari kita bersukaria..bersukaria�.

 

Tags