Latest News

Sunday, November 27, 2016

Sabda Bahagia Menurut Kitab Matius: Hidup Penuh Ganjaran

Sabda Bahagia tercantum pada dua kitab Injil, yaitu Matius (Mat 5:1-12) dan Lukas (Luk 6:20-23).  Kali ini kita akan merenungkan dan mencermati Sabda Bahagia yang tertulis di dalam Kitab Matius. Di akhir renungan, maka kita akan melihat betapa besarnya janji Yesus untuk mengganjar kita yang bersedia bersengsara dan terus berbuat baik selama hidup di dunia. Dan ganjaran itu letaknya di surga, yaitu ketika kita telah menyelesaikan pertandingan dan menjadi pemenang (bdk 1Kor 9:25).


Yesus mengajar murid-murid yang datang kepadaNya. Pada ayat 1 � 2, kita melihat bahwa orang banyak datang kepada Yesus�. Bukan Yesus yang memanggil mereka. Ada kebutuhan dari orang-orang itu untuk datang kepada Yesus, mungkin kebutuhan untuk penghiburan atau ingin memuaskan rasa ingin tahu. Sebuah pepatah kuno berkata bahwa: seorang guru siap ketika muridnya siap. Yang pertama-tama harus siap adalah sikap hati seorang murid. Siap menerima. Siap ditanami sesuatu. Melihat kesiapan itu, naiklah Yesus ke tempat tinggi (menandakan bahwa Ia siap menjadi guru), dan mulai mengajar.

Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. 

  • Apa arti miskin di hadapan Allah? Bagian �di hadapan Allah� tidak ditemui di Injil Lukas yang terkenal sebagai Injil Orang Miskin. Matius ingin mengetengahkan bahwa kemiskinan itu bukan kemiskinan materi. Miskin artinya tidak memiliki apa-apa atau hanya memiliki sedikit. Orang miskin harus meminta supaya memiliki. Orang miskin harus diberi supaya memiliki. Karenanya, orang miskin sering terpaksa berpasrah dan berharap akan kemurahan orang lain. Seringnya pasrah dan menerima kebaikan orang, maka sering kali orang miskin memiliki kerendahan hati dan kepasrahan yang tidak dimiliki orang lain. Inilah sikap hati yang diinginkan Allah
  • Mereka menjadi Empu Kerajaan Surga. Apa artinya? Empu berarti memiliki, menguasai, memiliki keahlian (seperti empu keris). Sementara Kerajaan Surga artinya segala hal yang baik, tempat di mana yang ada hanyalah yang baik-baik, tempat di mana yang ada hanyalah kedamaian, kebaikan, entah di atas atau di sini, entah nanti ketika kita sudah meninggal ataupun ketika masih hidup. Jadi Empu Kerajaan Surga adalah menguasai dan memiliki kendali untuk menciptakan kondisi atau keadaan yang baik dan damai. 
  • Mungkin ayat ini menginspirasi Thomas a Kempis untuk menulis ini dalam �Mengikuti Jejak Kristus� bagian ketiga pasal VIII no. 1: �Akan tetapi kalau aku meremehkan diriku sendiri, memandang diriku sama sekali tidak berharga dan membuang jauh-jauh sikap angkuhku, serta melihat diriku seperti nyatanya sebagai debu, rahmat belas kasihanMu akan menyertai aku, dan lagi rahmat sinarMu akan mendekati hatiku.�


Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Apa yang membuat seseorang bersedih? Orang bersedih karena kehilangan. Bisa kehilangan orang yang dicintai, bisa kehilangan sesuatu yang berharga, ataupun kehilangan kesempatan. Bagaimana menghibur orang yang kehilangan? Satu-satunya cara tentu adalah dikembalikan lagi (seperti Ayub). Maka Yesus pada dasarnya menjanjikan pengembalian apapun yang telah hilang, termasuk nyawa yang hilang.

Bisa juga yang membuat orang berdukacita adalah dosa-dosa kita, seperti kata Thomas a Kempis: �Adapun yang menimbulkan rasa sedih dan menyesal yang selayaknya itu ialah dosa-dosa dan kekurangan-kekurangan kita, justru dosa-dosa dan kekurangan-kekurangan kita itulah yang menjerat kita sehingga kita tidak mampu lagi memikirkan hal-hal surgawi� (bdk Mengikuti Jejak Kristus bagian kesatu pasal XXI no. 4). Bila demikian, dengan apakah kita dihibur? Tentulah dengan penghapusan dosa.

Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Apa yang disebut orang lemah lembut? Orang yang peka perasaannya, punya empati dan simpati pada sesama, mudah menolong dan menghibur. Dan apa artinya memiliki bumi? Mungkin artinya menguasai bumi. Bumi bukanlah Kerajaan Surga di ayat sebelumnya. Di bumi masih banyak orang yang menderita. Penghuni bumi masih butuh dihibur, butuh empati. Maka�. Orang lemah lembut akan dapat mengendalikan tempat-tempat yang penuh penderitaan. Ia bisa menggerakkan orang-orang di tempat itu. Contoh adalah Santa Teresa dari Kalkuta.

Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Di dalam Injil Lukas, bagian �akan kebenaran� tidak ada. Apa artinya lapar dan haus akan kebenaran? Kenapa harus dipisahkan antara lapar dan haus?

  • Lapar dan haus berbeda. Lapar membuat kita pelan-pelan mati, tidak bertenaga. Sementara haus membunuh kita dengan lebih cepat. Haus membuat kita berhalusinasi, melihat sesuatu yang tidak ada atau berbeda dengan realitas. 
  • Lapar akan kebenaran menunjuk kepada orang-orang yang tidak mendapatkan kebenaran, dan akibatnya mereka menjadi lemah, tidak mampu untuk mempertahankan kebenaran. Sementara orang yang haus akan kebenaran adalah orang-orang yang berhalusinasi bahwa mereka telah mendapat kebenaran, tapi sebenarnya yang mereka dapatkan adalah kebohongan. 
  • Mereka akan dipuaskan�. Dengan kebenaran. Kebenaran tentang apa? Tentang segala hal. Dan orang-orang ini, ketika telah mendapatkan kebenaran, akan menjadi bertenaga lagi. 


Berbahagialah orang yang murah hati karena mereka akan beroleh kemurahan. Orang yang murah hati bersedia berbagi dengan orang lain, baik dalam materi maupun non materi; mereka bersedia memaafkan dan mentoleransi kelemahan orang lain. Mereka akan beroleh kemurahan dari Allah melalui orang lain. Kata Thomas a Kempis dalam De Imitatione Christi (Pasal XVI no. 2): �Marilah kita berusaha supaya kita tetap sabar dalam menghadapi kekurangan dan kelemahan orang lain sebab orang lain harus pula menderita karena kekurangan kita yang banyak jumlahnya.�

Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Orang yang suci hatinya tidak berpikir hal-hal negatif dan kotor; mereka tidak berprasangka; mereka mudah memaafkan. Tapi di mana orang yang suci hatinya akan melihat Allah? Mungkin di wajah tiap orang dan tiap hal yang dijumpainya, karena apa yang dilihatnya adalah hal-hal yang baik saja.

Pemahaman seseorang tentang orang lain dan hal yang ditemuinya sangat tergantung bagaimana orang itu pada awalnya berprasangka tentang orang atau hal tersebut. Contoh yang baik adalah menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta tahun 2017, gubernur petahana (incumbent) saat itu, Ahok, menyatakan sesuatu yang dianggap menista Islam. Demikian marahnya orang Islam dan beberapa orang non Islam tentang hal itu, sehingga kata-kata semua orang yang dianggap memihak Ahok dianggap memprovokasi. Walaupun kata-katanya sama: �jangan provokasi�, namun karena keluar dari mulut orang yang memihak Ahok, menjadi terdengar �provokasi�. Sebaliknya orang yang netral, orang suci hatinya, tidak akan terganggu karenanya dan melihat semuanya adalah baik adanya.

Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Orang yang membawa damai adalah mereka yang melerai ketika ada perselisihan, menenangkan bila ada yang emosi, memberikan pandangan positif bagi pikiran negatif, membantu ketika ada kesulitan, menghibur bila ada kedukaan, menemani yang kesepian dan ketakutan. Mereka akan disebut anak-anak Allah karena Allah adalah damai. Satu kata dari Allah cukup untuk mengusir hal-hal negatif � marah, takut, benci, sedih, galau.

Liz Gilbert, pengarang buku Eat, Pray, Love, menceritakan pengalamannya menangis dan galau di kamar mandi karena ingin keluar dari perkawinannya. Di tengah-tengah itu ia mendengar suara bisikan �kembalilah tidur� yang memberikan damai luar biasa. Baginya itulah suara Tuhan, karena walau kata-katanya sangat sederhana, tapi efek damai yang dirasakannya luar biasa. Karenanya anak Allah akan membawa kedamaian juga, tentu dengan �kompetensi� di bawah Allah.

Berbahagialah orang yang dianiaya demi Kebenaran, karena merekalah yang Empunya Kerajaan Surga. Kebenaran yang sungguh-sungguh benar itu apa? Apakah Firman Allah yang benar? Apa yang kita percayai belum tentu benar. Tapi apa yang kita alami secara langsung, itulah Kebenaran � bukan spekulasi atau perasaan, tetapi apa yang dialami, bukan apa yang didengar dari orang lain. Oleh karena itu, bila kita mau mewartakan Yesus yang benar, alami dulu Yesus secara langsung.

Dan apakah empunya Kerajaan Surga yang dimaksud sama dengan ayat 3? Sama. Orang yang menderita demi kebenaran akan menghasilkan kondisi yanglebih baik, walaupun mungkin terjadi setelah jamannya. Para martir dianiaya karena kebenaran, dan kini dunia menjadi lebih baik karena pewartaan mereka. Kita mencicipi Kerajaan Surga berkat mereka, dan oleh karenanya merekalah pemilik kerajaan surga itu.

Berbahagialah kamu, jika demi Aku, kamu dicela dan dianiaya, dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Apa artinya �jika demi Aku�? Apa yang diinginkan Yesus untuk dibela murid-muridNya demi Dia? Apakah bahwa Yesus anak Allah? Atau Yesus adalah Mesias? Atau Yesus adalah satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup? Tapi hal-hal tersebut telah menimbulkan peperangan selama berabad-abad.

Tapi inilah yang perlu dibela: bahwa Yesus telah mendamaikan manusia dengan Allah dan menghancurkan dosa. Konsekuensinya, manusia tidak perlu lagi ketakutan untuk melanggar hukum Allah dengan tidak sengaja atau masuk neraka karenanya, asal mau bertobat dan tidak menolak Roh Kudus dan pengampunan dari Allah. Seringkali takut melanggar hukum Allah telah menimbulkan kekerasan. Seperti dikatakan Rasul Paulus di Roma: yang makan jangan menghina yang tidak makan, dan yang tidak makan jangan merendahkan yang makan � karena makan berarti mengucap syukur pada Allah dan tidak makan juga mengucap syukur pada Allah. Kita bisa membayangkan bahwa hal ini diucapkan karena jemaat saat itu berdebat tentang mana yang lebih �benar� dan �menyelamatkan�: berpuasa atau tidak berpuasa. Tapi karena Yesus telah mati untuk menghancurkan dosa, hal-hal kecil itu menjadi tidak utama dalam keselamatan. Semua yang percaya, pasti selamat, walaupun berbeda dalam lamanya penyucian.

Kita mungkin dicela dan dianiaya oleh orang-orang yang menganggap hal itu tidak mungkin dan malah bertentangan dan hukum lampau. Bahkan sering kali difitnahkan segala yang jahat, maksudnya dituduh macam-macam seperti penista agama � persis seperti Yesus dulu.

Bersukacitalah dan bergembiralah, karena besarlah ganjaranmu di surga, sebab demikianlah juga telah dianiaya nabi-nabi sebelum kamu. Apa ganjarannya? Mungkin ini bisa dilihat pada janji-janji di ayat lainnya.

No comments:

Post a Comment

Tags