Latest News

Friday, December 16, 2016

Roma 1: 1-7 | Aku Milikmu, Yesus Tuhanku



Bacaan Firman Tuhan: Roma 1: 1-7
tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.

Di dalam salam pembuka surat Paulus kepada jemaat yang ada di Roma, kita akan melihat suatu muatan  yang dalam memaparkan tentang hubungan Tuhan pada kita orang percaya dan terlebih lagi memberi pemahaman tentang Yesus Kristus yang kita percayai dalam hidup kita. 

�Dari Paulus, hamba Kristus Yesus� demikinlah Paulus memperkenalkan dirinya melalui suratnya kepada jemaat di Roma. Penyataan diri sebagai hamba (doulos), makna dari kata �hamba� di pemakaian dalam bahasa Yunani adalah �budak belian� maka ada ketaatan dan kewajiban yang mutlak dilakukan oleh seorang hamba kepada tuannya. Seorang hamba yang bergantung seutuhnya dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada tuannya.

Kemudian Paulus juga mengungkapkan kepada jemaat bahwa �kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus�. Bagi kita yang percaya kepada Yesus Kristus mutlak menjadi �milik Kristus�. Sebab kita telah diselamatkan oleh Allah yang di tebus dengan harga yang mahal, yaitu melalui darahNya.

Sebagai seorang Kristen, kita di ajak untuk menghayati iman yang sesungguhnya bahwa hidup kita mutlak adalah milik Tuhan, sebab Dia yang telah menebus kita dari perhambaan dosa menjadi hamba Kristus. Sehingga status kita adalah hamba milik Kristus. Maka ketika kita menghayati hal ini, sejauhmana kita sebagai seorang Kristen memperlihatkan diri sebagai milik Kristus?

Sebagai hamba milik Kristus, kita memiliki panggilan dan tanggungjawab. Ketaatan dan kepercayaan kita hanya pada Kristus yang telah menebus kita, hidup dan pengabdian kita hanya bagi Dia. kita di panggil dan dijadikan menjadi orang-orang kudus, kita sedang berjalan dan sedang memenuhi panggilan kita menjadi umat yang kudus.

Tuhan juga membekali kita dengan �kasih karunia dan damai sejahtera� yang berasal dari Dia untuk mampu hidup dalam panggilanNya. Hal ini adalah dasar kita berpijak di dunia ini sebagai seorang Kristen. Dimana seorang Kristen itu hidup pada situasi yang tidak bergantung pada dunia tetapi bergantung pada Tuhan. 

Tentang Yesus Kristus, rasul Paulus menegaskan dalam suratnya �bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita�. Dia yang telah menyatakan kuasaNya yang dari sorga dalam dunia ini, Dia yang menyatakan diri di dalam daging dan juga menyatakan diriNya yang berkuasa atas kehidupan. Sehingga melalui kedatanganNya di dalam daging supaya Dia menjadi �Tuan�atas kehidupan kita sebagai �hamba� yang telah di tebusNya dari kuasa dosa.

Dengan memahami secara mendalam ucapan salam Paulus ini, maka dapatlah kita menarik pengertian bahwa Yesus adalah untuk aku (kita) dan aku (kita) adalah untuk Yesus. Apa yang diperbuat oleh Tuhan melalui Yesus Kristus ke dalam dunia semata-mata adalah untuk kebaikan kita. Bahwa kita adalah orang-orang �yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus�.

Yesus Kristus yang berbuat untuk kebaikan kita itu adalah Tuhan yang berkuasa atas kehidupan. Yesus Kristus adalah dasar dan pondasi kehidupan yang ditetapkan bagi kita yang menerima panggilanNya sebagai umat kepemilikanNya.

Seperti pengenalan diri yang di nyatakan oleh Paulus, demikian jugalah pengenalan diri yang harus kita nyatakan sebagai orang yang beriman kepada Kristus Yesus, bahwa kita adalah hamba, milik Yesus untuk selalu taat dan percaya kepadaNya. Kita terpanggil dan di selamatkan untuk memperlihatkan pada dunia bahwa kita adalah orang-orang yang dikasihi oleh Tuhan, orang-orang yang dikuduskan olehNya.     

Wednesday, November 30, 2016

Roma 15: 4-13 | Yesus Sumber Pengharapan



Bacaan Firman Tuhan: Roma 15: 4-13
"Taruk dari pangkal Isai akan terbit, dan Ia akan bangkit untuk memerintah bangsa-bangsa, dan kepada-Nyalah bangsa-bangsa akan menaruh harapan." Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.

Hal Pertama yang dapat kita pelajari dalam nas ini, bahwa Paulus menitik beratkan tentang kesatuan dan kerukunan orang percaya kepada Yesus Kristus dengan mengutip Yesaya 11: 10 yang mana Paulus menuliskan "Taruk dari pangkal Isai akan terbit,�.dan kepada-Nyalah bangsa-bangsa akan menaruh harapan." Yesus Kristus adalah jawaban atas pengharapan umat Israel tetapi juga menjadi pengharapan bagi segala bangsa. 

Keselamatan itu datang dari bangsa Yahudi (Yohanes 4:22) supaya menjadi keselamatan bagi semua bangsa. Yesus Kristus adalah untuk seluruh bangsa, keselamatan untuk seluruh bangsa dan pengharapan bagi segala bangsa. Maka orang yang hidup dalam iman kepada Yesus Kristus bukan lagi menonjolkan perbedaan, menghakimi sesamanya, sebab kita telah di persatukan untuk memuliakan Allah. 

Seandainya keselamatan Tuhan hanya kepada bangsa Israel, tetntunya �perbedaan� tidak akan muncul menjadi suatu masalah. Tetapi karena keselamatan Tuhan itu adalah untuk semua bangsa, maka timbul permasalahan karena setiap bangsa memiliki latarbelakang yang berbeda-beda tradisi, budaya dan bahasa yang berbeda dari bangsa Israel. Namun bagaimanapun perbedaan itu, sebenarnya tidak akan menjadi masalah ketika setiap orang yang percaya itu menyadari diriNya telah di satukan dalam Tubuh Kristus.

Bagaimana cara seseorang itu dalam memuliakan Allah janganlah kita menjadi hakim atas mereka yang memunculkan kebencian dan permusuhan. Sebagaimana Paulus katakan juga di Roma 14: 20 �Janganlah engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh karena makanan�. Supaya kita jangan jadi merusak pekerjaan yang telah dilakukanNya yaitu membangun Tubuh Kristus dalam dunia ini. 

Sebagaimana Kristus yang telah menerima semua orang tanpa membeda-bedakan kasihNya demikianlah kita juga orang-orang yang telah hidup dalam kasihNya tidak lagi memonjolkan perbedaan (ayat 7). Dari Tubuh Kristus akan memancar kasih, kesatuan dalam perbedaan, sehingga tidak benar seorang yang menyatakan hidup dalam Tubuh Kristus tetapi membenci bahkan memusuhi orang yang berbeda dari dia. Dalam Tubuh Kristus kita tidak di beri mandat untuk membenci tetapi hanya di beri mandat untuk mengasihi, mengasihi tanpa batas.

**
Hal kedua yang bisa kita pelajari dari nas ini, bahwa orang percaya tidak lagi melihat perbedaan yang ada, tetapi melihat visi ke depan, yaitu pengharapan yang sama yakni kepada Yesus Kristus. Bukan saatnya lagi kita untuk memperdebatkan perbedaan, tetapi sudah waktunya kita mengeksplorasi/menggali kekayaan yang terkadung di dalam iman kepada Yesus Kristus, yaitu masa depan yang penuh harapan.

Janji keselamatan yang diberitakan oleh Tuhan melalui para nabi dalam Perjanjian Lama menjadi pengharapan umat Israel untuk tetap bertekun di dalam iman. Sebagaimana Paulus mengatakannya dalam ayat 4 bahwa hal itu menjadi pelajaran bagi umat untuk tetap teguh berpengharapan. 


Pengharapan umat akan tergenapinya janji keselamatan Tuhan bukanlah suatu utopia yang konyol, tetapi janji itu telah menjadi kenyataan. Keselamatan dari Allah yang telah nyata atas kehidupan umat, bahkan keselamatan bagi seluruh manusia.

Allah sumber pengharapan itu telah nyata atas kehidupan manusia. Yesus Kristus adalah satu-satunya harapan bagi keselamatan manusia, bahwa tidak ada harapan lain yang membawa pada keselamatan selain di dalam Yesus.

Mengapa Yesus satu-satunya harapan hidup kita? Sebab Allah telah menggenapi janji KeselamatanNya di dalam Yesus Kristus. Maka jika kita memiliki pengharapan di dalam iman kepada Yesus Kristus bukanlah angan-angan, bukan pula janji-janji kosong. Jika bukan kepada Allah yang telah melawat umatNya kita berpengharapan, terus kepada siapa lagi kalau bukan kepada-Nya? Pengharapan yang sedang kita bicarakan ini adalah pengharapan yang memancar keluar dari iman, sebab jika bukan dari iman itu namanya angan-angan atau hayalan. Demikian juga sebaliknya, iman tanpa pengharapan maka iman itu akan layu dan mati.

Paulus dalam ayat 13 menasehatkan agar kita berlimpah-limpah dalam pengharapan. Seperti bejana atau ember penampungan air yang tidak pernah kosong tetapi tetap terus terisi sampai luber. Sebab dalam pengharapan itu terkandung sukacita dan damai sejahtera

Tidak perduli apapun yang sedang terjadi ketika kita memiliki pengharapan, maka sukacita dan damai sejahtera itu akan menguatkan dan menyembuhkan kita untuk tetap berjalan meraih masa depan yang pasti di dalam Tuhan.

Sebagaimana Andar Ismail dalam renungannya tentang pengharapan mengatakan bahwa �pengharapan harus di bayar dengan harga yang mahal�. Sebab kita harus berhadapan dengan kenyataan yang jauh dengan pengharapan kita. Seperti seorang pasien yang bersedia untuk di operasi. Kesediaannya untuk di operasi adalah bukti akan pengharapannya, namun dia harus melalui masa-masa yang sulit dan nyeri pasca operasi.

Maka dibutuhkan kesabaran dan ketekunan, sebab pengharapan sifatnya adalah ke-belum-an atau yang masih akan terjadi. Sebagaimana juga yang di sampaikan oleh Paulus tentang Pengharapan di Roma 8: 24-28 �Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi�.tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun�.

Sehingga orang percaya yang berpengharapan bukanlah sedang menantikan apa yang sedang diharapkannya pasti akan terpenuhi, tetapi �Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia� (Roma 8:28). Yang membuat kita bertahan hidup, tetap memegang teguh Iman adalah karena kita memiliki pengharapan. Jika kita tidak lagi memiliki pengharapan di dalam iman tentu kita sudah stress, menderita tidak lagi ada kebahagiaan dan pastinya keselamatan hidup yang kekal bukan lagi bahagian hidup kita.


Sunday, November 27, 2016

Sabda Bahagia Menurut Kitab Matius: Hidup Penuh Ganjaran

Sabda Bahagia tercantum pada dua kitab Injil, yaitu Matius (Mat 5:1-12) dan Lukas (Luk 6:20-23).  Kali ini kita akan merenungkan dan mencermati Sabda Bahagia yang tertulis di dalam Kitab Matius. Di akhir renungan, maka kita akan melihat betapa besarnya janji Yesus untuk mengganjar kita yang bersedia bersengsara dan terus berbuat baik selama hidup di dunia. Dan ganjaran itu letaknya di surga, yaitu ketika kita telah menyelesaikan pertandingan dan menjadi pemenang (bdk 1Kor 9:25).


Yesus mengajar murid-murid yang datang kepadaNya. Pada ayat 1 � 2, kita melihat bahwa orang banyak datang kepada Yesus�. Bukan Yesus yang memanggil mereka. Ada kebutuhan dari orang-orang itu untuk datang kepada Yesus, mungkin kebutuhan untuk penghiburan atau ingin memuaskan rasa ingin tahu. Sebuah pepatah kuno berkata bahwa: seorang guru siap ketika muridnya siap. Yang pertama-tama harus siap adalah sikap hati seorang murid. Siap menerima. Siap ditanami sesuatu. Melihat kesiapan itu, naiklah Yesus ke tempat tinggi (menandakan bahwa Ia siap menjadi guru), dan mulai mengajar.

Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. 

  • Apa arti miskin di hadapan Allah? Bagian �di hadapan Allah� tidak ditemui di Injil Lukas yang terkenal sebagai Injil Orang Miskin. Matius ingin mengetengahkan bahwa kemiskinan itu bukan kemiskinan materi. Miskin artinya tidak memiliki apa-apa atau hanya memiliki sedikit. Orang miskin harus meminta supaya memiliki. Orang miskin harus diberi supaya memiliki. Karenanya, orang miskin sering terpaksa berpasrah dan berharap akan kemurahan orang lain. Seringnya pasrah dan menerima kebaikan orang, maka sering kali orang miskin memiliki kerendahan hati dan kepasrahan yang tidak dimiliki orang lain. Inilah sikap hati yang diinginkan Allah
  • Mereka menjadi Empu Kerajaan Surga. Apa artinya? Empu berarti memiliki, menguasai, memiliki keahlian (seperti empu keris). Sementara Kerajaan Surga artinya segala hal yang baik, tempat di mana yang ada hanyalah yang baik-baik, tempat di mana yang ada hanyalah kedamaian, kebaikan, entah di atas atau di sini, entah nanti ketika kita sudah meninggal ataupun ketika masih hidup. Jadi Empu Kerajaan Surga adalah menguasai dan memiliki kendali untuk menciptakan kondisi atau keadaan yang baik dan damai. 
  • Mungkin ayat ini menginspirasi Thomas a Kempis untuk menulis ini dalam �Mengikuti Jejak Kristus� bagian ketiga pasal VIII no. 1: �Akan tetapi kalau aku meremehkan diriku sendiri, memandang diriku sama sekali tidak berharga dan membuang jauh-jauh sikap angkuhku, serta melihat diriku seperti nyatanya sebagai debu, rahmat belas kasihanMu akan menyertai aku, dan lagi rahmat sinarMu akan mendekati hatiku.�


Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Apa yang membuat seseorang bersedih? Orang bersedih karena kehilangan. Bisa kehilangan orang yang dicintai, bisa kehilangan sesuatu yang berharga, ataupun kehilangan kesempatan. Bagaimana menghibur orang yang kehilangan? Satu-satunya cara tentu adalah dikembalikan lagi (seperti Ayub). Maka Yesus pada dasarnya menjanjikan pengembalian apapun yang telah hilang, termasuk nyawa yang hilang.

Bisa juga yang membuat orang berdukacita adalah dosa-dosa kita, seperti kata Thomas a Kempis: �Adapun yang menimbulkan rasa sedih dan menyesal yang selayaknya itu ialah dosa-dosa dan kekurangan-kekurangan kita, justru dosa-dosa dan kekurangan-kekurangan kita itulah yang menjerat kita sehingga kita tidak mampu lagi memikirkan hal-hal surgawi� (bdk Mengikuti Jejak Kristus bagian kesatu pasal XXI no. 4). Bila demikian, dengan apakah kita dihibur? Tentulah dengan penghapusan dosa.

Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Apa yang disebut orang lemah lembut? Orang yang peka perasaannya, punya empati dan simpati pada sesama, mudah menolong dan menghibur. Dan apa artinya memiliki bumi? Mungkin artinya menguasai bumi. Bumi bukanlah Kerajaan Surga di ayat sebelumnya. Di bumi masih banyak orang yang menderita. Penghuni bumi masih butuh dihibur, butuh empati. Maka�. Orang lemah lembut akan dapat mengendalikan tempat-tempat yang penuh penderitaan. Ia bisa menggerakkan orang-orang di tempat itu. Contoh adalah Santa Teresa dari Kalkuta.

Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Di dalam Injil Lukas, bagian �akan kebenaran� tidak ada. Apa artinya lapar dan haus akan kebenaran? Kenapa harus dipisahkan antara lapar dan haus?

  • Lapar dan haus berbeda. Lapar membuat kita pelan-pelan mati, tidak bertenaga. Sementara haus membunuh kita dengan lebih cepat. Haus membuat kita berhalusinasi, melihat sesuatu yang tidak ada atau berbeda dengan realitas. 
  • Lapar akan kebenaran menunjuk kepada orang-orang yang tidak mendapatkan kebenaran, dan akibatnya mereka menjadi lemah, tidak mampu untuk mempertahankan kebenaran. Sementara orang yang haus akan kebenaran adalah orang-orang yang berhalusinasi bahwa mereka telah mendapat kebenaran, tapi sebenarnya yang mereka dapatkan adalah kebohongan. 
  • Mereka akan dipuaskan�. Dengan kebenaran. Kebenaran tentang apa? Tentang segala hal. Dan orang-orang ini, ketika telah mendapatkan kebenaran, akan menjadi bertenaga lagi. 


Berbahagialah orang yang murah hati karena mereka akan beroleh kemurahan. Orang yang murah hati bersedia berbagi dengan orang lain, baik dalam materi maupun non materi; mereka bersedia memaafkan dan mentoleransi kelemahan orang lain. Mereka akan beroleh kemurahan dari Allah melalui orang lain. Kata Thomas a Kempis dalam De Imitatione Christi (Pasal XVI no. 2): �Marilah kita berusaha supaya kita tetap sabar dalam menghadapi kekurangan dan kelemahan orang lain sebab orang lain harus pula menderita karena kekurangan kita yang banyak jumlahnya.�

Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Orang yang suci hatinya tidak berpikir hal-hal negatif dan kotor; mereka tidak berprasangka; mereka mudah memaafkan. Tapi di mana orang yang suci hatinya akan melihat Allah? Mungkin di wajah tiap orang dan tiap hal yang dijumpainya, karena apa yang dilihatnya adalah hal-hal yang baik saja.

Pemahaman seseorang tentang orang lain dan hal yang ditemuinya sangat tergantung bagaimana orang itu pada awalnya berprasangka tentang orang atau hal tersebut. Contoh yang baik adalah menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta tahun 2017, gubernur petahana (incumbent) saat itu, Ahok, menyatakan sesuatu yang dianggap menista Islam. Demikian marahnya orang Islam dan beberapa orang non Islam tentang hal itu, sehingga kata-kata semua orang yang dianggap memihak Ahok dianggap memprovokasi. Walaupun kata-katanya sama: �jangan provokasi�, namun karena keluar dari mulut orang yang memihak Ahok, menjadi terdengar �provokasi�. Sebaliknya orang yang netral, orang suci hatinya, tidak akan terganggu karenanya dan melihat semuanya adalah baik adanya.

Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Orang yang membawa damai adalah mereka yang melerai ketika ada perselisihan, menenangkan bila ada yang emosi, memberikan pandangan positif bagi pikiran negatif, membantu ketika ada kesulitan, menghibur bila ada kedukaan, menemani yang kesepian dan ketakutan. Mereka akan disebut anak-anak Allah karena Allah adalah damai. Satu kata dari Allah cukup untuk mengusir hal-hal negatif � marah, takut, benci, sedih, galau.

Liz Gilbert, pengarang buku Eat, Pray, Love, menceritakan pengalamannya menangis dan galau di kamar mandi karena ingin keluar dari perkawinannya. Di tengah-tengah itu ia mendengar suara bisikan �kembalilah tidur� yang memberikan damai luar biasa. Baginya itulah suara Tuhan, karena walau kata-katanya sangat sederhana, tapi efek damai yang dirasakannya luar biasa. Karenanya anak Allah akan membawa kedamaian juga, tentu dengan �kompetensi� di bawah Allah.

Berbahagialah orang yang dianiaya demi Kebenaran, karena merekalah yang Empunya Kerajaan Surga. Kebenaran yang sungguh-sungguh benar itu apa? Apakah Firman Allah yang benar? Apa yang kita percayai belum tentu benar. Tapi apa yang kita alami secara langsung, itulah Kebenaran � bukan spekulasi atau perasaan, tetapi apa yang dialami, bukan apa yang didengar dari orang lain. Oleh karena itu, bila kita mau mewartakan Yesus yang benar, alami dulu Yesus secara langsung.

Dan apakah empunya Kerajaan Surga yang dimaksud sama dengan ayat 3? Sama. Orang yang menderita demi kebenaran akan menghasilkan kondisi yanglebih baik, walaupun mungkin terjadi setelah jamannya. Para martir dianiaya karena kebenaran, dan kini dunia menjadi lebih baik karena pewartaan mereka. Kita mencicipi Kerajaan Surga berkat mereka, dan oleh karenanya merekalah pemilik kerajaan surga itu.

Berbahagialah kamu, jika demi Aku, kamu dicela dan dianiaya, dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Apa artinya �jika demi Aku�? Apa yang diinginkan Yesus untuk dibela murid-muridNya demi Dia? Apakah bahwa Yesus anak Allah? Atau Yesus adalah Mesias? Atau Yesus adalah satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup? Tapi hal-hal tersebut telah menimbulkan peperangan selama berabad-abad.

Tapi inilah yang perlu dibela: bahwa Yesus telah mendamaikan manusia dengan Allah dan menghancurkan dosa. Konsekuensinya, manusia tidak perlu lagi ketakutan untuk melanggar hukum Allah dengan tidak sengaja atau masuk neraka karenanya, asal mau bertobat dan tidak menolak Roh Kudus dan pengampunan dari Allah. Seringkali takut melanggar hukum Allah telah menimbulkan kekerasan. Seperti dikatakan Rasul Paulus di Roma: yang makan jangan menghina yang tidak makan, dan yang tidak makan jangan merendahkan yang makan � karena makan berarti mengucap syukur pada Allah dan tidak makan juga mengucap syukur pada Allah. Kita bisa membayangkan bahwa hal ini diucapkan karena jemaat saat itu berdebat tentang mana yang lebih �benar� dan �menyelamatkan�: berpuasa atau tidak berpuasa. Tapi karena Yesus telah mati untuk menghancurkan dosa, hal-hal kecil itu menjadi tidak utama dalam keselamatan. Semua yang percaya, pasti selamat, walaupun berbeda dalam lamanya penyucian.

Kita mungkin dicela dan dianiaya oleh orang-orang yang menganggap hal itu tidak mungkin dan malah bertentangan dan hukum lampau. Bahkan sering kali difitnahkan segala yang jahat, maksudnya dituduh macam-macam seperti penista agama � persis seperti Yesus dulu.

Bersukacitalah dan bergembiralah, karena besarlah ganjaranmu di surga, sebab demikianlah juga telah dianiaya nabi-nabi sebelum kamu. Apa ganjarannya? Mungkin ini bisa dilihat pada janji-janji di ayat lainnya.

Wednesday, November 16, 2016

Kolose 1: 11-20 | Tekun, Sabar, Bersyukur, Bersukacita



Bacaan Firman Tuhan: Kolose 1: 11-20
�Dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar, dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang.�

Melalui doa Paulus ingin mengajak kita saat ini menyadari bahwa kita memiliki Allah yang begitu mengasihi kita yaitu Yesus Kristus. Dengan kasihNya itu �Melayakkan kita untuk mendapat bagian dalam kerajaanNya sebagai orang-orang kudus�. Dia �melayakkan � melepaskan � memindahkan � menebus � mengampuni�, bahwa Allah di dalam Yesus Kristus berbuat untuk keselamatan kita. Itulah Allah yang kita imani dan yang kita kenal.

Maka dari itu, dengan pengenalan seperti itu kita diarahkan untuk dapat memahami apapun kondisi kehidupan yang sedang kita hadapi dan apapun yang akan terjadi, kita pasti akan menanggungnya dengan �Tekun, Sabar, bersyukur dan bersukacita� (ay.11-12). Bahwa sukacita seorang Kristen itu adalah sukacita di dalam setiap keadaan. Iman akan semakin kuat dan bertumbuh ketika kita mengandalkan iman atas setiap situasi hidup yang kita lalui.

�Tekun, Sabar, bersyukur dan bersukacita� harus nyata bagi kita dalam menjalani kehidupan ini. Sebab tidak ada alasan untuk tidak berbuat seperti itu karena iman kita kepada Allah yang memberi jaminan atas keselamatan kita. Maka apapun kondisi dan situasi yang kita hadapi ke-empat hal di atas akan tetap bergelora dalam kehidupan kita. Sebagaimana Mazmur 46: 3 mengatakan �Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut�.

Dalam nas kita ini, Paulus menerangkan bagi kita untuk mengenal Allah yang kita imani melalui Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang menciptakan kita dan yang menjadikan segala sesuatunya. Kita (manusia) yang diciptakan oleh Allah adalah menurut gambar dan rupaNya (Kej. 1:26), dan kehadiran Allah di tengah-tengah kehidupan manusia melalui Yesus Kristus memperlihatkan bagaimana Allah itu menyatakan diriNya dalam rupa manusia. Supaya melalui Yesus manusia dapat melihat bagaimana kuasa atas kehidupan ini ada dalam Yesus Kristus Tuhan kita, bahwa seluruh kepenuhan Allah ada di dalam Dia. Melalui Yesus Kristus kita dapat melihat dan mengimani kuasa atas kehidupan ada padaNya, bahwa Dia adalah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati.

Maka disini Paulus mendefenisikan hubungan kita dengan Allah adalah hubungan yang organik, yaitu Kristus adalah kepala dan kita tubuhNya. Menandakan hubungan yang begitu erat yang �tak terpisahkan. Sebagaimana Paulus menuliskannya di Roma 8: 35 �Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita�. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari Tuhan, sekalipun itu maut sebab dengan kesatuan kita dengan Kristus, sebagaimana Kristus bangkit dari antara orang mati demikian juga kita akan dibangkitkanNya dari kematian.

Sehingga nas ini mengarahkan kita bahwa selama kita masih hidup dalam dunia ini, tetaplah untuk: 
�Tekun� di atas dasar iman yang telah terbangun dalam diri kita, walau apapun yang akan terjadi �tak akan memisahkan kita dari Tuhan. �Maka demi nyawamu, bertekunlah mengasihi Tuhan Allahmu� (Yosua 23:11).
�Sabar�menahan diri tidak gegabah, tetap menguasai diri dalam terang Firman Tuhan, sebab akan tiba waktunya kita menerima buah dari kesabaran kita. �Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota� (Amsal 16: 32)
�Bersyukur� atas apapun yang ada dalam hidup kita, sebab bersyukur akan membuat kita mampu melewati hal yang sukar, bersyukur akan membuat kita senantiasa memandang Allah dan menjauh dari ketakutan, sebagaimana Paulus mengatakan: �Mengucap syukurlah dalam segala hal� ( 1 Tes. 5: 18).
�Bersukacita� adalah sikap kita merespon atas apapun yang terjadi, sebab sukacita tidak datang dari perasaan atau pikiran kita tetapi sukacita adalah sinar dari iman yang menyinari hidup kita. �Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan, sekali lagi kukatakan: bersukacitalah� (Filipi 4:4)

 Demikianlah kita mempertahankan dan menjaga pemberiaan Allah yang berharga yaitu keselamatan dari kuasa dosa, sehingga pada saatnya kita dilayakkan dalam kerajaanNya.

Tuesday, November 15, 2016

2 Samuel 22: 21-31 | Konsekuensi Setiap Perbuatan

Bacaan Firman Tuhan: 2 Samuel 22: 21-31; Mazmur 18: 21-31
Karena Engkaulah pelitaku, ya TUHAN, dan TUHAN menyinari kegelapanku. Karena dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan, dengan Allahku aku berani melompati tembok. Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; sabda TUHAN itu murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya.

Dalam perjalanan kehidupan Daud, banyak hal yang telah terjadi dan yang di laluinya, ada suka dan duka. Daud menuangkannya dalam sebuah syair lagu dan nas firman Tuhan buat kita saat ini adalah bahagian dari nyanyiannya itu. Kita bisa belajar dari pengalaman kehidupan Daud tentang bagaimana dia menjalani kehidupannya bersama kuasa Tuhan.

Aturan dan janji Tuhan adalah ibarat dua sisi uang koin yang tak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Itulah yang hendak di sampaikan pada kita saat ini. Sehingga Daud tidaklah hendak memperlihatkan ataupun ingin meninggikan kesalehannya seperti orang Farisi (tetap mengikuti jalan Tuhan; segala hukum-Nya aku perhatikan; aku berlaku tidak bercela; menjaga diri dari kesalahan), tetapi maksud dari Daud adalah segala perbuatannya yang mengikuti aturan Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Sebagaimana dikatakan di ayat 25 �Karena itu Tuhan membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucianku di depan mata-Nya�.

Setiap perbuatan akan mendapatkan konsikuensi, akan selalu ada buah dari setiap perbuatan (ayat 25-28), tergantung yang diperbuatnya itu benar atau salah. Ada hukuman dan ada pula janji berkat Tuhan, hal ini tidak akan pernah berlalu dari kehidupan manusia.

Namun jika kita melihat dan mendalami bagaimana perjalanan kehidupan Daud, kita akan menemukan bahwa apa yang menjadi janji berkat Tuhan itu tidaklah dengan begitu saja tersaji di hadapan Daud. Dia harus menempuh jalan yang sulit penuh dengan penderitaan dan pergumulan, namun Daud diakhirnya dapat menyadari bagaimana peran serta Tuhan yang begitu besar atas hidupnya.

Dikatakan di ayat 29-30 �Karena Engkaulah pelitaku, ya TUHAN, dan TUHAN menyinari kegelapanku. Karena dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan, dengan Allahku aku berani melompati tembok�. Jelas terlihat disini bahwa Daud harus menghadapi berbagai tekanan hidup dan berusaha keluar dari penderitaannya. Namun hal yang menarik dari kesaksiannya itu dikatakan �Engkaulah pelitaku�.dengan Allahku aku berani.� Hidup di dalam aturan Tuhan bukan artinya kita terlepas dari berbagai pergumulan hidup, tetapi karena kita menjalaninya bersama Tuhan semua pergumulan itu dapat kita lalui.

Daud memberikan kesaksian pada kita tentang karakter Tuhan dengan teguh memegang janji-Nya. Apa yang menjadi janji-Nya pasti akan terpenuhi. Dalam ayat 31 di tekankan bahwa �sabda Tuhan itu murni�. Apa yang Dia katakan pasti akan digenapi-Nya. Ibarat emas yang murni ataupun anggur yang murni, tanpa ada setetes pun kotoran atau campuran lainnya masuk. Apa yang menjadi hak seorang yang hidup dalam aturan Tuhan pasti akan diberikan oleh Tuhan tanpa ada sedikit pun yang kurang.

Itulah sebabnya dikatakan bahwa jalan-Nya sempurna. Tuhan bukan memberikan kepada kita janji-janji yang kosong maupun memberi �sedikit� dari janji-Nya. Tetapi apa yang patut di terima seorang yang hidup dari percaya kepada Tuhan pasti akan diterimanya dengan sempurna. Bahkan di dalam Efesus 3: 20 di katakan disitu �Dia dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan�. Maka setiap apapun sikap dan tindakan yang akan kita lakukan dalam kehidupan ini akan menuai buahnya masing-masing, apakah buah itu busuk atau manis tergantung pilihan kita.

  

Tags