Latest News

Monday, August 27, 2018

Ibrani 5: 7-10 Bagaimana Menghadapi Penderitaan?



Bacaan Firman Tuhan: Ibrani 5: 7-10
Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.


Allah yang menyatakan diriNya di dalam Tuhan Yesus Kristus hendak memberikan kepada kita pengajaran dan juga tiruan, agar kita mengetahui bagaimana hidup dari anak-anak Tuhan yang diselamatkan. Dalam nas ini, kita belajar suatu tiruan dari hidup Yesus di dunia; bagaimana menghadapi penderitaan. Kita dapat belajar dari Tuhan Yesus dalam menghadapi penderitaanNya

      1.      Doa
Dalam menghadapi penderitaanNya, Tuhan Yesus berdoa, bahkan ratap tangis (ay. 7). Yesus sendiri berdoa, apalagi kita ini yang sangat lemah tentunya tidak akan dapat lepas dari doa kepada Tuhan.

Ketika kita ada niat untuk berdoa, hal ini menandakan bahwa pergumulan itu pasti dapat kita hadapi. Ketika kita memanjatkan doa kepada Tuhan, maka itu artinya, kita tidak sendiri menghadapi pergumulan itu, tetapi kita bersama dengan Tuhan.

Doa adalah kekuatan dan peneguhan bagi kita, ketika kita memanjatkan doa, maka bukan lagi ketakutan yang menguasai diri kita, tetapi kita akan dikuasai oleh kekuatan dan keyakinan dari Tuhan. Sehingga doa itu tidak hanya sekedar permohonan, namun ketika kita berdoa saat itu juga Tuhan telah memberikan kepada kita kekuatan dan keyakinan untuk dapat menghadapi penderitaan yang kita hadapi.

      2.      Taat dalam penderitaan
Walaupun Tuhan Yesus adalah Anak, namun Dia taat dalam penderitaanNya (ay.8). Sebenarnya Dia adalah Tuhan, apa yang tidak dapat dilakukan dalam penderitaanNya. Namun Dia taat dalam penderitaanNya sampai mati di kayu salib. Hal ini menjadi tiruan yang berharga bagi kita, bagaimana kita dapat meniru ketaatan Tuhan Yesus dalam penderitaanNya. 

Seperti apapun pahitnya derita dan pergumulan yang kita hadapi, tetaplah kita jalani dengan tidak gentar. Jangan pernah lari dari masalah dan jangan tinggalkan iman percayamu kepada Tuhan.

      3.      Menerima dengan iman segala sesuatu
Dalam penderitaanNya, Tuhan Yesus berdoa agar luput dari maut. Namun apa yang terjadi? Tetap Yesus mati dengan hina di kayu salib. Bisa muncul pertanyaan, �apakah tidak ada kuasa dari doa Tuhan Yesus?�

Jika kita melihat dan memahami perbuatan dan kasih Tuhan, bisa saja iman kita goyah bahkan meninggalkan iman kita. Namun kita harus ingat bahwa kita tidak dapat mengukur dan menilai kebesaran perbuatan Tuhan dengan pikiran dan logika kita.

Selama kita mempercayakan hidup kepada Tuhan dan tetap taat, walaupun yang terjadi tidak seperti yang kita harapkan dan pikirkan terjadi dalam hidup kita, namun yang Tuhan lakukan adalah yang terbaik bagi kita.

Apakah doa Tuhan Yesus tidak dikabulkan untuk luput dari maut? Dari logika manusia tentu jawabnya �tidak dikabulkan�, namun dari rencana besar Tuhan apa yang terjadi jauh lebih dari situ, lihatlah apa yang terjadi pada hari ketiga setelah kematianNya, bukan hanya Tuhan yang hidup tetapi juga memberikan kehidupan bagi setiap orang yang percaya. Demikianlah kita memahami walaupun yang terjadi dalam hidup kita tidak seperti yang kita harapkan, namun Tuhan akan berbuat jauh lebih besar, yang terbaik diberikanNya kepada kita.

Kisah Para Rasul 28: 1-10 Paulus di Malta



Bacaan Firman Tuhan: Kisah Para Rasul 28: 1-10
Ketika Paulus memungut seberkas ranting-ranting dan meletakkannya di atas api, keluarlah seekor ular beludak karena panasnya api itu, lalu menggigit tangannya. Ketika orang-orang itu melihat ular itu terpaut pada tangan Paulus, mereka berkata seorang kepada yang lain: "Orang ini sudah pasti seorang pembunuh, sebab, meskipun ia telah luput dari laut, ia tidak dibiarkan hidup oleh Dewi Keadilan." Tetapi Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api, dan ia sama sekali tidak menderita sesuatu. Namun mereka menyangka, bahwa ia akan bengkak atau akan mati rebah seketika itu juga. Tetapi sesudah lama menanti-nanti, mereka melihat, bahwa tidak ada apa-apa yang terjadi padanya, maka sebaliknya mereka berpendapat, bahwa ia seorang dewa


Sebagai seorang tahanan, Paulus dibawa berlayar menuju Roma. Namun ditengah laut angin ribu telah mengombang-ambingkan kapal yang mereka tumpangi selama empat belas hari lamanya. Semua orang yang ada di dalam kapal sudah ketakutan, namun Paulus meneguhkan orang yang ada di dalam kapal dan berkata �tidak seorang pun di antara kamu akan kehilangan sehelai pun dari rambut kepalanya� (27: 34).

Sampai akhirnya mereka selamat dari badai itu dan terdampar di sebuah pulau yang bermana Malta. Penduduk setempat sangat ramah menyamput mereka. Dan ketika Paulus hendak mengumpulkan ranting-ranting untuk menghdupkan api, seekor ular beludak menggigit tangannya. Dan orang yang melihat kejadian itu menghubungkan dengan tahayul yang menganggap bahwa Paulus seorang pembunuh yang harus mati karena kejahatannya, �meskipun ia telah luput dari laut, dia tidak dibiarkan hidup oleh dewi keadilan� (ay. 4). Namun setelah lama mereka menanti akan apa yang akan terjadi dengan Paulus, ternyata tidak ada yang terjadi hingga mereka berubah pikiran dan menganggap bahwa Paulus adalah seorang dewa.

Apa yang dapat kita ambil hikmat dari kisah Paulus ini?

      1.      Tuhan yang menuntun hidup kita
Dengan keteguhan iman, kita yakin dan percaya bahwa apapun yang sedang kita hadapi, Tuhan akan menuntun langkah hidup orang yang beriman. Bisa saja pergumulan datang silih berganti dengan tidak hentinya, namun demikian kita tidak dapat berkata bahwa Tuhan tidak memperlulikan hidup kita. 

Segala sesuatu bisa terjadi, namun segala sesuatu dapat mendatangkan kebaikan pada kita. Seandainya hal seperti yang dialami Paulus itu tidak terjadi, mungkin Injil tidak akan sampai di pulau Malta. Sehingga dapat kita melihat bahwa semuanya yang terjadi itu tidak lepas dari rencana Tuhan yang besar.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh Tuhan untuk menuntun dan menyertai hambaNya, sehingga sebagai orang beriman tidak selayaknya kita gentar dan takut, namun kita belajar dari Paulus dengan keteguhannya menghadapi yang terjadi dalam hidupnya.

      2.      Menjadi berkat
Kemudian kita dapat belajar dari Paulus. Sekalipun dia berada dalam bahaya, namun kehadirannya tetap menjadi penyejuk dan penyembuh bagi orang yang disekitarnya. Hal ini dapat kita saksikan ketika di dalam kapal Paulus meneguhkan hati orang yang takut, dan di pulau Malta Paulus menjadi penyembuh melalui doanya bagi orang-orang yang sakit yang datang padanya.

Firman Tuhan hendak mengatakan kepada kita, bahwa apapun yang sedang kita hadapi, kemana pun kita pergi, dimanapun kita tinggal dan dimanapun tempat kita bekerja, supaya kita tetap menjadi anak-anak Tuhan yang membawa berkat Tuhan.

Wednesday, August 15, 2018

Kejadian 17: 15-27 | Semakin memahami rencana Tuhan



Bacaan Firman Tuhan: Kejadian 17: 15-27
Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya: "Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?" Dan Abraham berkata kepada Allah: "Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!" Tetapi Allah berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya. Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar. Tetapi perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga." Setelah selesai berfirman kepada Abraham, naiklah Allah meninggalkan Abraham.

Menjadikan suatu umat yang kudus dan taat kepada Tuhan bukanlah pekerjaan manusia. Tetapi Tuhan yang berkarya dengan kuasa ilahinya. Sebagaimana Kristus datang ke dunia memanggil setiap orang untuk masuk dalam kerajaan Allah menjadi. 

Demikian juga dalam nas kita ini, bahwa pembentukan umat Allah melalui panggilan Abraham ini melatih diri kita untuk sepenuhnya percaya bahwa Tuhan bekerja dan berkarya dalam hidup ini, yang walaupun dari logika dan pikiran kita sulit untuk memahaminya. Terkadang muncul dalam pikiran kita tentang yang terbaik bagi kita, namun belum tentu itu baik bagi kita sesuai dengan maksud dan rencana Tuhan.

Tuhan setia kepada janjiNya dan pasti akan digenapiNya walaupun dalam pertimbangan pikiran manusia muncul kemustahilan. Inilah yang dapat kita lihat dari pertemuan singkat Tuhan dengan Abraham. Setelah beberapa kali Tuhan menyatakan janjiNya, maka akhirnya Tuhan kembali menyatakan kepastian akan janjiNya.

Namun tanggapan Abraham adalah �tertawa�dalam hatinya, mungkinkah pasangan yang telah berumur senja mendapatkan anak? Abraham mencoba memberikan �solusi� kepada Tuhan melalui Ismael. Hanya tinggal memberkati Ismael, maka janji Tuhan tentang Abraham akan terjadi.

Pemahaman yang salah tentang janji Tuhan bagi Abraham sangat jelas terlihat, yang mencoba dengan melakukan cara sendiri untuk mewujudkan rencana Tuhan dengan berusaha memperoleh anak melalui Hagar hambanya, yaitu Ismael. Namun Tuhan bukanlah sekecil pikiran manusia, apa yang telah dirancangkan oleh Tuhan pasti akan digenapi walaupun sangat mustahil bagi manusia. Maka Tuhan berkata kepada Abraham �yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga�(ay. 21).

Ketika kita menghadapi jalan buntu, terlintas dipikiran untuk mencari jalan pintas. Apakah itu karena ketidaksabaran, ketidaksiapan kita menghadapi sulitnya persoalan. Namun firman Tuhan ingin mengingatkan kita bahwa rancangan Tuhan bukanlah sekecil pikiran kita. Ketidaksiapan kita menghadapi kenyataan terjadi karena kekeliruan kita memahami maksud Tuhan dalam hidup kita.

Disini kita belajar, bahwa kita tidak dapat menyalkan begitu saja iman Abraham, tetapi itulah perjalanan iman yang mengalami proses pembentukan untuk semakin kuat dan semakin mengenal Tuhan dalam hidup kita. Kita juga dapat seperti Abraham yang akan menghadapi liku-liku kehidupan, terkadang kita tergoda untuk mencari jalan pintas menurut pertimbangan pikiran kita. Namun Allah dengan kasih setiaNya akan senantiasa membimbing kita untuk semakin memahami maksud dan rencanaNya dalam hidup kita.

Tuesday, August 14, 2018

Galatia 4: 22-28 | Anak-anak Perjanjian



Bacaan firman Tuhan: Galatia 4: 22-28
Sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan, itulah Hagar -- Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab -- dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya. Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita.

Kita mungkin sudah mengetahui kisah Abraham, yang mana Tuhan menjadikan Abraham bangsa yang besar. Namun Abraham dan istrinya Sara sampai umur mereka sudah tua tidak kunjung dikaruniakan anak. Agar mereka mendapatkan anak, maka Sara melakukan cara dengan agar Abraham mendekati Hagar yang adalah hambanya untuk mendapatkan anak.

Dari hagar lahirlah anak Abraham yang bernama Ismael. Namun kurang lebih 14 tahun kemudian lahirlah anak Abraham dari Sara dan dinamakan Ishak. Walaupun keduanya adalah sama-sama anak Abraham, namun kedua anak ini tidak memiliki status yang sama.
Ismael lahir adalah karena rencana manusia, namun
Ishak lahir adalah dari janji dan rencana Tuhan

Sebagaimana firman Tuhan yang mengatakan �Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya� (Amsal 16:9).

Hal ini menjadi suatu gambaran yang dibuat oleh Paulus untuk menjelaskan bagaimana dan siapa orang Kristen yang telah percaya kepada Tuhan Yesus itu diantara orang Yahudi dan juga orang yang tidak percaya kepada Kristus.

Bahwa setiap orang yang telah percaya kepada Yesus Kristus, maka dalam dirinya tidak ada darah hamba (budak) yang lahir oleh karena rencana manusia, seperti Ismael. Tetapi melalui pencurahan darah Kristus, kita menerima darah ke-anak-an seperti Ishak yang lahir oleh karena janji dan anugerah Tuhan.

Ketaatan dan status seorang hamba dan anak tentu akan berbeda, seorang hamba (budak) akan melakukan pekerjaannya karena formalitas sehari-hari, dipaksa dan disuruh namun tidaklah demikian seorang anak, yang melakukan perintah bapanya karena kasihnya.

Demikian halnya kita sebagai anak-anak Allah, melakukan firman Tuhan bukanlah karena ada aturan atau karena dipaksa bahkan melakukan firman Tuhan sekedar formalitas. Contoh sederhana dalam keseharian kita; ada atau tidaknya larangan membuang sampah sembarangan, namun sebagai warga yang perduli akan kebersihan, tentu kita tidak akan membuang sampah di sembarang tempat.

Demikian halnya melakukan firman Tuhan, cara kita dalam menghidupi firman Tuhan bukanlah seperti orang Yahudi yang melakukan firman Tuhan yang kaku pada aturan tertulis. Namun kita melakukan firman Tuhan bukan karena sudah diaturkan, bukan karena dinasehati, bukan karena diingatkan ataupun disuruh, namun melalui darah Kristus yang tercurah, hokum Tuhan yang berguna bagi hidup kita bukan lagi ada diluar diri kita, tetapi telah ditanamkan oleh Tuhan didalam diri kita, bahwa Tuhan ada didalam diri kita, sehingga kita tahu mana yang patut kita lakukan, perbuat dan kita melakukannya dengan sukacita.

Tags