Latest News

Tuesday, October 17, 2017

Menjadi Domba di Antara Serigala

Lama tinggal di Jakarta, sulit rasanya untuk tidak merasa curiga kepada sesama. Kunci mobil dan motor dengan hati-hati tidak dibiarkan menggantung. Dompet sering disentuh karena takut kecopetan. Ketika sedang bertransaksi, kita tidak akan membiarkan pihak lawan pergi sendirian membawa uang kita walaupun dengan alasan akan menukar uang untuk kembalian.

Tapi waktu kami ke Bali, tepatnya ke Pelabuhan Sanur untuk berlayar ke Nusa Penida, kami menyaksikan suatu kejadian yang mengagumkan. Kasir perahu kami tidak mengenal pemandu wisata kami di Nusa Penida yang ternyata tidak mem-booking kursi untuk kami. Tapi dengan senang hati ia membiarkan kami naik perahu hanya dengan berbekal nomor HP yang kami berikan. Bahkan ia menolak uang yang kami serahkan untuk membeli tiket, dengan alasan: �kasihan pemandu wisatanya kalau dia sudah dititipkan uang.� Sekali lagi kami terkaget-kaget karena di Nusa Penida, motor-motor sewaan ditinggalkan di teras rumah dengan kunci masih menggantung di badannya. Pada saat itu saya merasa seperti serigala yang dapat memikirkan berbagai hal untuk menipu para domba ini.

Berapa dari kita yang mau membantu orang yang kesusahan? Tidakkah kita takut orang yang kita bantu di tengah jalan akan berbalik merampok kita? Berapa dari kita yang mau membiarkan tunawisma sakit menginap di kamar kita? Tidakkah kita takut tengah malam ia akan merampok kita dan pergi begitu saja? Bisakah kita seperti Rasul Paulus yang ditinggalkan saat pembelaan dan dijahati oleh Aleksander, namun ia tetap bertahan, tidak mendendam, dan bergantung pada Tuhan (2Tim 4:10-17a).

Demikianlah kita diutus oleh Tuhan Yesus, sebagai domba di antara para serigala. Kita membantu dengan tulus, menjadi sasaran empuk para penipu dan perampok, namun bertahan dalam ketulusan karena iman kepada Tuhan Yesus sambil terus berseru: 'Kerajaan Allah sudah dekat padamu.' (Luk 10:1-9)

No comments:

Post a Comment

Tags