Latest News

Thursday, March 9, 2017

Ampunilah Perbedaan

Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.
Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya.
Bagaimana Anda merespon sesuatu atau seseorang yang berbeda dengan Anda? Kesal? Marah? Biasa saja? Ngambek?


Dari kecil kita sudah melihat semua orang berbeda, baik dari pemikiran, sikap, keinginan, bahkan kepercayaan. Kita pengen pizza, adik kita pengen kue. Kita mau main, guru menyuruh belajar. Kita suka sama si A, oraangtua lebih menyukai si B. Perbedaan-perbedaan itu menyulitkan. Kita harus terus berkompromi, merendahkan hati, mengalah, mendesak, mengorbankan sesuatu. Perbedaan antar manusia adalah sumber dari segala konflik di dunia ini.

Memahami bahwa perbedaan adalah sumber konflik, ketidakbahagiaan dan pada akhirnya berujung pada kebinasaan, maka Allah membuka seluas-luasnya pintu pengampunan. Di dalam bacaan pertama Allah menegur mereka yang menginginkan orang fasik binasa. Di dalam Injil, Yesus menegur mereka yang sering mengata-ngatai: Kafir! Jahil! Pada sesamanya. Semangat dari Bapa dan Putra ini adalah sama: Terimalah perbedaan, mohonlah pengampunan, perolehlah kedamaian.

Dengan semangat yang sama, Bapa Suci Paus Fransiskus I berpesan:

Tidak ada keluarga yang sempurna.
  Kita tidak punya orang tua yang sempurna,
  kita tidak sempurna,
  tidak menikah dgn orang yg sempurna,
  kita juga tidak memiliki anak yang sempurna.

Kita memiliki keluhan tentang satu sama lain.
  Kita kecewa dengan satu sama lain.
  Oleh karena itu,
  tidak ada pernikahan yang sehat
  atau keluarga yang sehat tanpa olah pengampunan.

Pengampunan adalah
  penting untuk kesehatan emosional kita
  dan kelangsungan hidup spiritual.

Tanpa pengampunan
  keluarga menjadi
  sebuah teater konflik &
  benteng keluhan.

Tanpa pengampunan
  keluarga menjadi sakit.

Pengampunan adalah
  sterilisasi jiwa,
  penjernihan pikiran &
  pembebasan hati.

Siapa pun
  yang tidak memaafkan
  tidak memiliki ketenangan jiwa & persekutuan dengan Allah.

Rasa sakit adalah
  racun yg meracuni &  membunuh.

Mempertahankan luka hati adalah
  tindakan merusak diri sendiri.
Ini adalah Autofagi.

Dia yang tidak memaafkan
  memuakkan fisik, emosional dan spiritual.

Itulah sebabnya
  keluarga harus menjadi
  tempat kehidupan &
  bukan tempat kematian;
  sebuah tempat penyembuhan
  bukan tempat penuh dgn penyakit;
  sebuah panggung pengampunan dan
  bukan panggung rasa bersalah.

Pengampunan
  membawa sukacita
sedangkan kesedihan
  membuat hati luka.

Dan pengampunan
  membawa penyembuhan,
sedangkan rasa sakit
  menyebabkan penyakit.



---------------------------
Jumat 10 Maret 2017
Bacaan 1: Yeh 18:21-28
MT: Mzm 130: 1-4, 6-8
Injil: Mat 5:20-26

No comments:

Post a Comment

Tags