Latest News

Wednesday, September 28, 2016

Habakuk 1:1-4,2:1-4 | Sampai Kapan Ku bersedih Tuhan?



Bacaan Firman Tuhan: Habakuk 1: 1-4; 2:1-4
Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: "Penindasan!" tetapi tidak Kautolong?
Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.

Ada dua pertanyaan besar yang muncul dalam kitab Habakuk. Pertanyaan itu menjadikan Tanya jawab antara Habakuk dan Allah. 

Pertama: Habakuk mempertanyakan mengapa Tuhan terdiam ketika di Yehuda terjadi penindasan, kejahatan dan kelaliman. Dimana keadilan Tuhan? Ketika orang fasik mengepung orang benar, mengapa Tuhan tidak menjatuhkan hukuman kepada mereka?
Jawaban Tuhan: Orang Kasdim, bangsa yang garang, menakutkan dan ganas itu akan dibangkitkan oleh Tuhan untuk menghukum Yehuda.

Kedua: Habakuk kembali mempertanyakan keputusan Tuhan yang memakai bangsa yang justru lebih jahat dari orang Yehuda
Jawaban Tuhan: Bagi orang Babel, Tuhan juga memiliki keadilanNya yang pada waktunya mereka juga akan mendapatkan hukuman.

Banyak orang yang bertanya-tanya tentang kejahatan dosa yang begitu besar yang terjadi dalam dunia ini. Ada yang bertanya: �Mengapa Tuhan membiarkan kejahatan itu terjadi?�; �Mengapa Tuhan diam ketika orang benar di tindas oleh orang jahat?�; �Dimanakah Tuhan ketika ada berteriak meminta pertolongan Tuhan?�; ada pula yang bertanya dalam dirinya �Mengapa Tuhan membiarkan penderitaan ini terjadi padaku?� bahkan pemazmur juga bertanya �Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. (Mazmur 22:2).
Apa yang hendak disampaikan dalam kitab Habakuk, bahwa jika kita mempertanyakan tentang keadilan Tuhan, maka jawabnya Tuhan itu adil, Tuhan itu mendengar, Tuhan itu ada, Tuhan itu melihat dan mendengar. Karena pada waktu-Nya orang fasik akan mendapatkan hukuman dan orang benar akan hidup oleh percayanya.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas sesungguhnya tidaklah sulit menjawabnya, hanya kita sulit untuk memahaminya ketika kita memahami bahwa Tuhan berdaulat atas kehidupan ini, sebagaimana Charles R. Swindoll menyatakan bahwa dengan memahami kedaulatan Allah, maka kita dapat dengan mudah mentoleransi berbagai ketidakadilan di dunia ini. Kita bisa mendapatkan penderitaan oleh sebab kejahatan orang lain, tetapi kita juga tidak bisa menyangkal bahwa Tuhan mengizinkan semuanya itu terjadi pada diri kita atau diri orang lain.

Yusuf menerima penderitaan oleh perlakuan saudara-saudaranya, untuk beberapa lama harus hidup sebagai seorang yang tidak mendapatkan hak sebagai anak dari Yakub, demikian juga halnya di Mesir harus menanggung akibat fitnah dari istri potifar. Namun Yusuf memahami semua yang terjadi atas hidupnya dengan iman kepada Tuhan dengan mengatakan: �Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan� (Kejadian 50:20). Demikian juga halnya sebagaimana yang dituliskan oleh Paulus �Bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia�(Roma 8: 28).

Sekalipun itu menyakitkan, tetapi bagi setiap orang yang hidup di dalam iman kepada kuasa kebesaran Tuhan, maka diujungnya kita akan menerima yang terbaik. Dengan sikap percaya kepada Tuhan, maka dibalik duka ada Tuhan yang bekerja untuk mengubah penderitaan menjadi keselamatan. Tuhan tidak berjanji untuk melindungi kita dari kejahatan, tetapi Tuhan menjamin keselamatan setiap orang yang percaya.

Tuhan berkuasa atas kehidupan ini, tetapi Ia tidak memaksa manusia itu untuk melakukan apapun yang difirmankanNya yang menjadi kebaikan bagi manusia, tetapi yang Tuhan perbuat adalah memperlihatkan jalan kehidupan. Maka Tuhan memberikan kebebasan bagi manusia untuk berbuat baik atau jahat, namun yang pasti Tuhan telah memperlihatkan konsekuensi dari setiap pilihan jalan yang kita jalani.

Dengan kuasaNya Ia bekerja atas kehidupan manusia, Ia tidak berdiam diri hanya melihat dan mendengar. Tetapi Tuhan bekerja dengan RohNya atas kehidupan manusia untuk mencegah kita berbuat kejahatan dan perbuatan dosa, namun tidak semua menerima kuasa Tuhan bekerja atas dirinya. Demikian halnya dengan kita yang menjadi korban kejahatan dan ketidakadilan, Tuhan juga tidak berdiam diri, hanya melihat dan mendengar, tetapi Ia juga ada bersama dengan kita menanggung penderitaan. Apa yang kita rasakan, itupulah yang dirasakan oleh Tuhan, bahkan sebelum kita menderita, Tuhan telah terlebih dahulu menderita untuk kita. 

Apapun yang menjadi pergumulan hidup kita, berharaplah didalam iman, jawaban atas iman bukanlah secepat yang kita inginkan dan bukan pula selama yang kita harapkan. Entah itu nanti, esok atau kapanpun jawaban Tuhan pasti akan menjadi kenyataan. Kita yang hidup dalam iman bukanlah tanpa kepastian, sekalipun kita berkeluh dan berlelah atas pergumulan hidup kita. Sebab Tuhan bekerja mendatangkan dan merekakan yang terbaik bagi hidup orang percaya kepadaNya. 

Tuhan Yesus mengatakan �Datanglah kepadaKu, semua yang letih dan lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu� (Matius 11:28). Sebenarnya semua kita yang hidup di dalam dunia ini adalah sama-sama hidup dalam keletihan, kelesuan dan memiliki beban yang berat. Tetapi yang mau datang kepada Yesus dengan mengimani dan berharap kepadaNya akan mendapatkan pertolongan pada waktunya. 

Sementara anda sedang berharap dan percaya kepada Tuhan, sepertinya tidak ada yang berubah tetapi dibalik semuanya itu Tuhan tidak berdiam diri, namun Tuhan sedang bekerja. Sebagaimana yang Yesus katakan �Bapa-Ku bekerja sampai sekarang� (Yohanes 5:17)
Meninggalkan iman, meninggalkan Allah ataupun berbalik menyerang kejahatan dengan kejahatan tidak akan menyelesaikan masalah. Dunia tidak akan lebih baik, diri anda tidak akan lebih baik jika meninggalkan Tuhan, sebab segala sesuatu yang ada dalam kehidupan ini ada dalam kuasaNya. Nantikanlah Tuhan bekerja, mereka-reka segala sesuatunya menjadi kebaikan bagi kehidupan orang percaya.

Allah ada dalam krisis yang kita alami, Allah tidak membuat penderitaan, tetapi Dia sedang memakainya menjadi kebaikan bagi orang percaya. Dengan percaya kepada Tuhan maka kita akan mengatakan bahwa Tuhan pengendali segala hal yang akan dinyatakan pada waktu-Nya. Jalan-jalanNya lebih tinggi dari jalan kita (Yesaya 55:9) dan keputusanNya tak terselidiki dan jalan-jalanNya tak terselami (Roma 11:33).

Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapatkan kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. (Yesaya 40:31).



Tuesday, September 27, 2016

2 Timotius 1: 1-8 | Beriman yang Murni, Tulus, Ikhlas dan Berkarya



Bacaan Firman Tuhan: 2 Timotius 1: 1-8
Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu. Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.

Dalam nas yang kita pelajari kali ini memperlihatkan pada kita bagaimana dekatnya hubungan Paulus dengan Timotius. Walaupun mereka tidak dari satu keluarga, namun Paulus memanggil Timotius dengan �anakku yang kekasih� (ay.2). Hubungan yang diperlihatkan lebih dari hubungan sedarah, tetapi hubungan antara bapak dan anak di dalam iman. Persaudaraan di dalam iman, itulah yang diperlihatkan. Dalam Filipi 2:20 Paulus menyebut Timotius �sehati sepikir� dengannya.

Paulus mengirim suratnya kepada Timotius untuk memberi semangat, nasihat, pengajaran supaya ia mengembangkan pelayanan dengan baik, sebab Paulus ingin mempersiapkan Timotius sebagai penggantinya dalam memberitakan Injil. Ditengah tantangan yang dihadapi oleh orang Kristen saat itu, Paulus berharap bahwa Timotius dapat melanjutkan pelayanan pekabaran Injil dengan baik. Untuk dapat melakukan tugas berat itu, Paulus mengingatkan bahwa kemampuannya melakukan itu tidak dengan mengandalkan kekuatan dan pikiran, tetapi hanya karena iman. 

Itulah sebabnya Paulus mengingatkan tentang dirinya, bahwa ia sejak dari kecil telah dibentuk dan di bina di dalam iman yang benar, maka ia pun harus mengembangkan iman yang diterimanya itu. Kekuatannya terletak di dalam imannya, semangat dan kekuatan pelayanan terletak pada imannya. 

Melalui surat Paulus ini, kita mendapatkan pengajaran yang berharga untuk memahami dan mengembangkan iman di dalam kehidupan kita saat ini.

I.                  Pewarisan Iman (ayat 5)
Paulus mengungkapkan kekuatan iman yang memampukannya untuk memberitakan Injil, demikian juga ia mau mewariskan rahasia itu kepada Timotius. Memberitakan Injil hanya mengandalkan iman. Demikianlah Paulus mempersiapkan Timotius sebagai penerusnya, memberitakan kekuatan dan kuasa Tuhan tidak akan meninggalkan setiap orang yang berpegang pada iman.
Demikian halnya juga dengan neneknya Lois dan ibunya Eunike yang membesarkannya dengan iman yang murni. Kesungguhan dari mereka mempersiapkan masa depan Timotius untuk memiliki iman kepada Tuhan.
Ini adalah bentuk pewarisan iman. Kita dapat merenungkannya, bagaimana Paulus, Lois dan Eunike benar-benar mempersiapkan generasi muda, dengan kesugguhan mewariskan iman kepada Timotius.

Demikianlah kesungguhan kita dalam mempersiapkan anak-anak kita/generasi muda. Membesarkan mereka di dalam pertumbuhan iman yang benar dan baik, sehingga mereka tidak hanya mampu untuk bertahan tetapi juga mampu untuk menyerang. Artinya tidak lagi hanya sebatas mereka dapat bertahan dalam berbagai tantangan jaman, tetapi mereka justru mampu untuk menyatakan kebenaran Tuhan dalam kehidupannya, menjadi pemberita Injil melalui sikap dan pengaruh yang positif di sekitarnya.

II.               Iman yang Tulus, Ikhlas dan Murni (ayat 3+5)
Hal inilah yang disyukuri oleh Paulus, ternyata ada kesamaan dirinya dengan Timotius. Jika Paulus mengatakan ia melayani dengan �Hati nurani yang murni� maka Timotius dikatakan memiliki iman yang �tulus ikhlas�. 

Demikian jugalah halnya dengan kita supaya hidup dalam iman yang murni, tulus dan ikhlas. Artinya iman yang hidup dan tumbuh dalam diri kita bukanlah karena orang lain, bukan juga karena keinginan diri sendiri atau juga karena ingin mendapat sesuatu hal yang duniawi. Tetapi kita beriman dan menyaksikan iman di tengah kehidupan ini murni adalah karena kita mengenal Tuhan, kita tahu bahwa kita berasal dari Tuhan dan kita juga dengan tulus dan ikhlas hidup dan berkarya untuk Tuhan.

III.           Mengobarkan Karunia Allah (ayat 6)
Setiap orang yang percaya kepada Kristus Yesus menerima karunia dari Tuhan, yaitu Roh Kudus (bnd. 1 Korintus 12:7). Karunia Roh yang diberikan kepada setiap orang bukan untuk kepentingan diri sendiri, tetapi adalah untuk penyataan kerajaan Allah.

Maka setiap orang percaya terpanggil untuk ikut serta dalam pekerjaan Tuhan, ikut serta dalam penyataan kerajaan Allah di dunia ini.

Maka iman itu tidaklah pasif, tetapi aktif. Iman yang ada dalam diri kita akan bekerja, berbuat sesuai dengan Karunia (charisma) yang diberikan kepada setiap orang. Maka jika kita memiliki iman, maka iman itu bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga berguna bagi orang lain. Apa yang bisa kita perbuat untuk Tuhan dan GerejaNya?

Wednesday, September 21, 2016

1 Timotius 6: 6-19 | Mengumpulkan Harta Yang Benar



Bacaan Firman Tuhan: 1 Timotius 6: 6-19
�Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi�

Dalam nas ini, kita mendapat beberapa pengajaran yang mengarahkan kita utuk dapat memahami tentang penyesatan yang membuat manusia itu jauh dari kehidupan yang sebenarnya. Apakah kita sedang berjalan dalam kebenaran atau kita sedang menjalani kehidupan yang semu. Beberapa hal yang menjadi penekanan dalam nas ini antara lain:

Ibadah yang benar
Timotius perlu untuk memberikan pengajaran dan nasehat tentang kebenaran mengenai ibadah dan harta, supaya jemaat tidak disesatkan oleh ajaran yang tidak benar. Sebagaimana yang dikatakan dalam ayat 5  supaya yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan. Hidup beriman bukan supaya kita mendapatkan imbalan, justru sebaliknya kita beriman sebab Allah sudah terlebih dahulu menyatakan kasihNya bagi kita. Maka adalah kesesatan jika kita diperhadapkan akan pengajaran bahwa dengan memberi ini dan itu atau berbuat begini dan begitu maka Tuhan akan melipatgandakan seratus kali lipat dari yang kita beri atau perbuat.

Maka kebenaran yang diajarkan pada kita bahwa ibadah akan membawa kita untuk melihat apa yang diperbuat oleh Tuhan bukan apa yang kita perbuat. Ibadah akan membawa kita melihat kebesaran kuasa Tuhan tentang kehidupan yaitu �rasa cukup�(ay. 6) yang tidak lain adalah �bersyukur�.

Rasa syukur akan membawa kita pada kekayaan Tuhan yang besar, yang dapat melihat tanpa selubung apa yang ada pada Tuhan dalam diri kita. Bukan artinya kita hendak mengatakan bahwa kita tidak kurang suatu apapun, tetapi kita mau mengatakan bahwa segala sesuatunya yang menjadi kebutuhan hidup kita pasti Tuhan cukupkan. Maka beribadahlah dan berimanlah secara murni dan benar bahwa Tuhan sudah terlebih dahulu berbuat yang terbaik bagi kehidupan kita.

Cinta Uang
Dikatakan pada ayat 10 �akar segala kejahatan adalah cinta uang�. Cinta uang akan membawa orang menuju nafsu yang mencelakakan. Kita dinasehatkan untuk berhati-hati untuk berhubungan dengan uang, sebab daya tariknya yang sangat memikat dapat membawa kita pada kebinasaan. Sebab uang sangat berhubungan langsung dengan keseharian hidup kita. Uang merupakan sebagai representasi kebutuhan hidup, perlu makanan dan minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan, sekolah dan sebagainya. Maka dari itu kita sekolah, bekerja dan berusaha untuk mendapatkan kebutuhan selama kita kita hidup. 

Namun kita akan tersesat menuju kebinasaan ketika kita melupakan Tuhan sebagai pemilik dan pencipta segala sesuatunya. Ketika kita berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan berharap bahwa uang akan dapat menyelesaikan masalah, ketika kita berharap bahwa uang dapat membuat kita senang, ketika kita berharap bahwa uang dapat menyelamatkan kita, maka kita sudah melupakan Tuhan sebagai sumber segala sesuatu (ay. 17). Kita sedang menuju kebinasaan ketika kita beranggapan bahwa tanpa Tuhan kita dapat selamat dan senang. Sungguh celaka ketika kita merasa aman dan tentram akan harta duniawi.

Uang ataupun harta duniawi tidak lebih dari pemenuhan kebutuhan hidup dan bukan menjadi tujuan hidup. Uang harus dipahami sebagai berkat yang bersumber dari Tuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup bukan menjadi tujuan hidup manusia.

Harta duniawi hanya akan kita pakai dalam jangka waktu tertentu, apakah nanti atau esok kita tidak tahu apakah uang itu ada bersama dengan kita, sebab kita datang ke dunia ini pun tidak membawa sesuatu apapun, demikian juga ketika kita saatnya kita mati (ayat 7). Itulah sebabnya Yesus mengatakan �Walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya� (Lukas 12: 15). Maka sumber kehidupan dan sukacita kita dalam hidup ini adalah Tuhan, tiada yang lebih berharga dari iman kepada Tuhan pencipta segala sesuatu.

Harta yang sejati
Ketika manusia itu telah cinta akan uang, maka dirinya akan terjerat oleh berbagai nafsu duniawi, tinggi hati dan merasa aman dan tentram atas hartanya, sehingga ia melupakan harta yang sesungguhnya, harta yang nyata dan kekal untuk mencapai hidup yang sebenarnya. Harta yang tidak dapat dirusakkan oleh ngengat dan karat, harta yang tidak dapat dicuri darinya yaitu Kerajaan Allah dan kebenarannya. Itulah sebabnya dikatakan dalam ayat 18 jika ingin kaya, maka kayalah dalam kebajikan, suka memberi dan membagi. Disitulah terdapat harta yang sejati, harta yang akan menjadi bagian kita selamanya.

Monday, September 19, 2016

Amos 6: 1a+4-7 | Merasa Aman dan Tentram di atas dosa dan harta duniawi



Bacaan Firman Tuhan: Amos 6: 1a + 4-7
�Celaka atas orang-orang yang merasa aman di Sion, atas orang-orang yang merasa tentram di gunung Samaria�
Israel yang sedang mengalami kemajuan baik di dalam wilayah kekuasaan, ekonomi yang baik dan juga stabilitas politik aman memperlihatkan pada kita dalam nas ini bagaimana perilaku sebahagiaan orang kaya yang menikmati kekayaannya. Dikatakan:

-          Tempat tidur dari gading
-          Duduk berjuntai di ranjang
-          Makanannya anak-anak domba dan lembu
-          Berpesta dengan nyanyian dan anggur
-          Memakai parfum dari minyak yang paling baik

Namun dalam kemeriahan pesta pora yang mereka pertunjukkan terdapat dosa yang begitu besar. Sindiran yang begitu keras ditujukan pada mereka:
-          Selayaknya mereka bernyanyi sebagaimana Daud bernyanyi untuk memuliakan Allah, tetapi mereka bernyanyi atas kesombongan harta mereka
-          Meminum anggur dari bokor (yang menurut Keluaran 27: 3 dan 38: 3 �bokor� adalah bahagian dari perkakas dalam ibadah)
-          Mereka berurap minyak yang paling baik, sementara minyak yang paling baik diperuntukkan untuk mengurapi manusia maupun benda-benda untuk dikuduskan (Keluaran 30:25-30).

Murka Tuhan atas dosa mereka bukan karena mereka kaya, tetapi karena harta dan pesta pora mereka adalah dari jalan yang tidak benar, yaitu dari hasil ketidakjujuran dan kecurangan dengan mencekik orang lemah dan miskin.

Mereka telah menempuh jalan yang membawa diri mereka pada celaka yaitu murka Tuhan. Perbuatan mereka yang membawa mereka pada celaka adalah sikap mereka yang telah merasa aman dan tentram sebagaimana dikatakan dalam ayat 1.

1.      Merasa aman dan tentram atas kekayaan
Sikap yang diperlihatkan dengan pesta poranya seakan tiada yang kurang suatu apapun, seakan kekayaannya dapat membuatnya bahagia, bahwa hartanya dapat menyelamatkannya. Merasa tidak perlu lagi Tuhan, sebab kekayaannya sudah cukup membuatnya senang dan bahagia, maka jika pun mereka mengikuti ibadah semuanya hanyalah formalitas belaka.

Sikap seperti inilah yang harus kita waspadai dan hindari ketika berhadapan dengan harta kekayaan, merasa aman dan tentram atas harta duniawi. Supaya jangan kita memiliki sikap ketidak pada masa kesusahan kita ingat Tuhan, namun ketika kita telah memiliki harta kita melupakan Tuhan bahkan waktu untuk ibadah pun sudah tidak lagi ada.

Kita harus menyadari bahwa sebanyak apapun harta duniawi yang ada pada kita, dengan sekejap dapat saja lenyap. Kita juga harus mengingat bahwa pada akhirnya semua yang ada di dunia ini akan kita tinggalkan ketika kita sudah mati.

Maka apapun yang ada pada kita, bukan itu sumber kebahagiaan dan keselamatan kita, sebab tidak ada yang lebih berharga selain iman kita kepada Tuhan yang menjadi sumber sukacita dan kehidupan.

2.     Merasa aman dan tentram atas dosa
Ketika kita membiarkan diri dikuasai perbuatan dosa maka jika pembiaran itu terus berlanjut, maka yang terjadi adalah kebiasaan. Dosa menjadi kebiasaan yang menjadi bahagiaan kehidupan kita. Maka akhirnya suara hati yang berguna untuk menekan kita untuk tidak berbuat dosa akan mati, semuanya akan kelihat sama. Tidak lagi �jantungan�untuk berbuat dosa, tidak lagi ragu dan takut berbuat dosa, kalaupun takut bukan karena takut kepada Tuhan, tetapi takut karena di dapati oleh polisi.

Maka kita juga harus mengingat bahwa perbuatan dosa tidak akan pernah membawa kita pada kesenangan. Kalaupun kita mau mencari harta kekayaan, carilah dari berkat Tuhan yang melimpah bukan dari perbuatan dosa.

Tags