Latest News

Saturday, July 30, 2016

Ibrani 11: 8-16 | Dasar dan Bukti mencapai yang nyata



Bacaan Firman Tuhan: Ibrani 11: 8-16
�Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah�
Penulis kitab Ibrani khusus di pasal 11 memaparkan dengan rinci mengenai iman. Kata �iman� sudah tidak asing lagi bagi kita, namun terkadang iman dalam pengaplikasiannya bisa dikatakan semu tentang apa dan bagaimana sebenarnya iman itu.

Karena ternyata iman sering terjadi hanya sebatas pengakuan. Di pasal 11:1 dengan tegas dikatakan bahwa iman itu adalah �dasar� segala sesuatu yang kita harapkan dan �bukti�segala sesuatu yang tidak kita lihat. Apakah kita sudah mendasari pemikiran, perkataan, perbuatan dalam hidup kita ini kepada Firman Tuhan? Jika �ya� mengapa masih saja ada orang Kristen yang mendasari pemikirannya atas logikanya sendiri; mengapa masih ada orang yang mendasari perkataan dan perbuatannya atas emosinya. 

Mengapa pula orang yang telah mengimani Yesus Kristus sebagai Tuhan masih �ngotot� meminta pembuktian yang lahiriah atas doanya? Namun di pihak lainnya ada pula ada orang yang tidak memperlihatkan bukti keyakinannya pada Tuhan.

Sebagaimana penulis kitab Ibrani mengungkapkan bagi kita tokoh-tokoh dalam Alkitab yang mendasari kehidupan mereka kepada yang mereka imani dan juga membuktikan bahwa iman itu berbuah dan bekerja walaupun dari mereka menghadapi pergumulan yang berat. Itulah sebabnya dikatakan di ayat 16 �Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka�, walaupun orang yang tidak percaya menertawakan mereka �dimana Tuhanmu?� atau mereka mengatakan �Allahmu sedang tidur� atau bahkan mengatakan �Alahmu sudah mati� namun dalam pergumulan itu mereka tidak berpaling dari dasar kehidupannya yaitu Tuhan, dan Tuhan bangga dan tidak malu melihat iman dari umatnya yang kuat menghadapi kesulitan itu.

Iman itu tidak pasif, tetapi aktif. Iman adalah reaksi kita akan janji Tuhan, kita beriman berarti membiarkan Tuhan bekerja dalam diri kita. Kita mempersilahkan Tuhan menyatakan rencanaNya melalui kehidupan kita. Ketika kita memiliki aksi untuk mengimani Tuhan, maka kita memiliki pertolongan atau bisa dikatakan �jembatan� menghantarkan kita dari kehidupan yang tidak baik kepada kehidupan yang baik, yang walaupun awalnya kelihatannya tidak mungkin, tetapi tiada yang mustahil bagi Tuhan.

Khusus dalam nas ini, kita diarahkan tentang pernyataan janji Tuhan yang sempurna akan iman kita kepada Tuhan sesungguhnya bukanlah di dunia ini. Sebagaimana yang diterangkan mengenai iman Abraham, karena iman ia taat akan panggilan Tuhan pergi ke tempat yang ia tidak tahu, tetapi Abraham berangkat dengan janji Tuhan menjadi bangsa yang besar walaupun dengan penantian yang begitu lama sampai Abraham menua baru Tuhan menganugerahkan anak kepada Abraham.

Bahkan sampai Abraham meninggal ia tidak sampai ke tanah yang dijanjikan Tuhan (ay.13). Apakah Tuhan berbohong kepada Abraham menjadi bangsa yang besar? Sekali-kali tidak! Bahkan hingga saat ini kita menyebutnya sebagai bapa segala orang percaya.

Namun kita diarahkan nas ini untuk lebih jauh memahami kesempurnaan dan puncak tertinggi dari penyataan janji Tuhan atas hidup orang percaya bukanlah di dunia ini. Tetapi kita adalah seperti orang asing dan pendatang di dunia ini. Perjalanan hidup kita di dunia ini adalah seperti pengembara menuju tempat yang dijanjikan Tuhan (bnd. 1 Petrus 2:11). Tetapi kita berjalan menuju tempat Bapa kita, tempat kelahiran, tempat asal kita yaitu rumah Bapa yang di sorga.

Ketika kita menjalani kehidupan ini dengan beriman kepada Tuhan, maka tujuan iman itu bukanlah untuk sesuatu yang binasa tetapi adalah untuk yang kekal. Dimulanya yang kekal itu tidak kelihatan dan yang binasa itu kelihatan, namun pada akhirnya yang mulanya kelihatan akan binasa dan yang kekal itulah yang kelihatan.  

Thursday, July 28, 2016

Kolose 3: 1-11 | Carilah dan Pikirkanlah perkara yang di atas



Bacaan Firman Tuhan: Kolose 3: 1-11
�Carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi�
Dalam nas ini Paulus memberikan kepada kita pemahaman tentang manusia baru dan manusia lama. Mengenakan manusia baru diterangkan oleh Paulus bahwa eksistensinya sebagai manusia telah ada bersama-sama dengan Kristus, bahwa kita telah mati dan juga bangkit bersama-sama dengan Dia bahkan juga di masa depan akan bersama-sama dengan Kristus (ay. 3-4).

Mengenakan manusia baru bukanlah sebatas status, atau seperti seorang yang mengenakan pakaian baru, namun orang yang memakainya masih terlihat kotor, maka sia-sia pakaian baru jika dalamnya masih kotor. Manusia baru yang telah menerima Kristus juga harus �mematikan�sesuatu yang duniawi (ay. 5) dan �membuang�sikap dan sifat marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor (ay. 6-8). Jika sudah memakai manusia baru maka manusia lama harus ditinggalkan atau dilepas. Jangan kita memakai pakaian doubleyang lama dan yang baru.

Manusia baru itu juga memiliki prinsip hidup yang berbeda dari orang-orang yang belum menerima Kristus. Yaitu memiliki Visi dan Misi sebagai pengikut Kristus. Kita memiliki Visi jauh kedepan yaitu memikirkan perkara yang di atas (ay.2) dan juga memiliki Misi yaitu mencari perkara yang diatas (ay.1)

Memiliki visi yang sama seperti status kita yang hidup bersama dengan Kristus, bahwa hingga pada saatnya tiba kita ada bersama-sama dengan Dia di dalam kekekalanNya. Maka visi itu akan mengarahkan kita untuk dapat menjalankan misi yaitu mencari segala perkara untuk dapat mencapai tujuan hidup untuk bersama dengan Tuhan selamanya.

Maka dapat dikatakan bahwa dunia ini bukanlah tujuan akhir perjalanan kehidupan kita, hanya tubuh kita yang fana inilah yang akan tetap tinggal dalam dunia ini. Kita tidak dapat menghindar dari realita kehidupan di dunia yaitu kematian, apakah ada manusia yang memiliki visi kehidupannya untuk mati? Mungkin saja ada, tetapi kita yang telah menerima Kristus memiliki visi kehidupan bahwa kita hidup adalah untuk memperoleh hidup yang kekal.

Sama seperti yang dituliskan dalam kitab Pengkhotbah adalah kesia-sia seperti menjaring angin segala usaha dan jerih payah manusia di bawah matahari jika kita tidak memiliki visi dan misi hidup yang jelas. 

Maka apakah yang hendak kita cari sebagai misi dalam hidup ini? Dalam nas ini dikatakan perkara yang di atas, maka yang kita cari adalah berkat Tuhan bukan harta yang akan binasa; hikmat dan pengajaran Tuhan, bukan hikmat manusia.

Apa pula yang akan kita pikirkan yang menjadi Visi dalam hidup ini? Dalam nas ini dikatakan perkara yang diatas, maka yang kita pikirkan adalah �Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap di dengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu� (Filipi 4:8). Bahwa orang Kristen walaupun masih hidup dalam dunia tetapi berprilaku dan bertindak sebagai warga kerajaan Allah.  


Thursday, July 21, 2016

Pengkhotbah 1: 12-14+2:18-23 | Usahakan dan Wariskanlah yang Kekal



Bacaan Firman Tuhan: Pengkhotbah 1: 12-14+2:18-23
�Aku membenci segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari, sebab aku harus meninggalkannya kepada orang yang datang sesudah aku.�
�Segala perbuatan yang dilakukan orang adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin� dan selanjutnya Pengkhotbah juga mengatakan �Aku mulai putus asa terhadap segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari�. Apakah pengkhotbah ingin supaya kita pesimis menjalani hidup ini? Apakah akan menjadi sia-sia semua perjuangan kita di dunia ini?

Pengkhotbah mengatakan adalah suatu kemalangan yang besar jika kita dengan jerih payah bahkan kita memperjuangkan hidup dengan kesedihan dan bersusah hati, namun pada akhirnya apa yang kita perjuangkan itu akan kita tinggalkan. Yang menikmati hasil jerih payah kita adalah �orang lain�, artinya kita yang menabur tetapi orang lain yang akan menuai. Syukur jika yang menuai kerja keras kita adalah orang yang berhikmat, namun bagaimana jika orang bodoh, maka sia-sialah kerja keras kita. Tetapi siapapun yang pada akhirnya menuai, tetap apa yang kita peroleh, baik itu harta, jabatan, kuasa, kehormatan pada saatnya akan kita tinggalkan.

Pengkhotbah disini mengemukakan tentang kesia-siaan dengan suatu bentuk pewarisan. Anak akan mewarisi apa yang diusahakan oleh orangtuanya. Apakah si anak berhikmat atau bodoh menggunakan apa yang diwariskan oleh orangtuanya. Tetapi sekali lagi, penekanan pengkhotbah dalam nas ini apapun yang kita miliki selama kita hidup pada saatnya akan kita tinggalkan. Tiada yang kekal untuk kita miliki.

Apakah pengkhotbah ingin menggiring kita pada sikap yang pesimis? Sekali-kali tidak! Tetapi pengkhotbah ingin menggiring kita memahami dan menyadari realita kehidupan yang tidak akan mungkin terelakkan, yaitu kematian. Sebanyak apapun harta yang kita miliki, sekuat dan sepintar apapun kita dalam berusaha, setinggi apapun jabatan yang kita miliki, tetap pada akhirnya kita kembali menjadi tanah.

Dalam Kitab Kolose 3: 2 dikatakan �Pikirkanlah perkara yang diatas, bukan yang di bumi�. Supaya kita mengenakan manusia yang baru, yaitu manusia yang tidak mengandalkan hal-hal duniawi sebagai penopang dan tujuan hidup. Tetapi kita hidup oleh Kristus, untuk Kristus dan supaya kita bersama Kristus selamanya.

Maka dalam menjalani hidup kita memiliki prinsip hidup, bahwa selama kita hidup kita akan berbuat dan bekerja sebaik-baiknya tetapi bukan untuk hidup daging yang akan lenyap ini, tetapi adalah untuk kehidupan yang kekal bersama Tuhan. Kehidupanku dari Tuhan, maka aku hidup karena Tuhan, bagi Tuhan dan selamanya akan bersama dengan Tuhan.

Selaku orangtua, apa yang akan kita wariskan kepada anak-anak kita? Apakah harta, kehormatan, jabatan? Wariskanlah yang terbaik yang tidak akan mungkin diberikan oleh dunia ini yaitu hikmat dan pengertian tentang Firman Tuhan, sebab hanya itu warisan yang kekal dan yang memberikan kehidupan bagi anak-anak kita. 

Jika kita memberikan harta ataupun hikmat duniawi, maka sebagaimana yang dikatakan oleh Pengkhotbah adalah suatu kesia-siaan belaka. Sia-sialah kita bekerja, berusaha dan berlelah jika ternyata hanya hasil jerih payah itu yang pada akhirnya yang didapatkan oleh anak-anak kita. Sia-sia kita berjerih payah dan sia-sia pulalah dia yang menerima, sebab yang diberi dan yang diterima adalah sesuatu yang fana.
  


Wednesday, July 20, 2016

Kejadian 18: 20-32 | Tuhan Adil dan Perduli



Bacaan Firman Tuhan: Kejadian 18: 20-32
"Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya�.

Tidak jarang manusia itu mempertanyakan keputusan Tuhan dengan mengatakn �Mengapa?�. Ada yang merasa mengapa Tuhan itu tidak adil dalam tindakan dan keputusanNya. Ada lagi pandangan yang mengatakan mengapa orang baik itu hidupnya sengsara, sementara orang yang melakukan kejahatan kelihatannya hidupnya penuh dengan kesenagan. Namun jika kita tidak bijak dalam memahami hal seperti ini, bisa jadi kita akan sesat. Padahal manusia itu yang tidak mengerti dan memahami tentang keadilan dan keputusan Tuhan. Sebab tolak ukur keadilan dan berkat Tuhan bukanlah terletak pada kenikmatan dunia.

Itulah sebabnya muncul pernyataan dan pertanyaan dari Abraham kepada Tuhan yang mengatakan �Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik?� (23). Jika kita memahami pertanyaan Abraham ini lebih mendalam, mungkin kita juga akan mengatakan �itu benar, sebab tidak mungkin orang benar itu sama-sama dihukum dengan orang fasik�

Namun jika telusuri lebih mendalam lagi tentang keadilan dan kasih Tuhan, mengapa pula Yesus yang tidak didapati salahnya disalibkan bersama-sama dengan pelaku kejahatan. Apakah itu adil? Tentu kita mengatakan �tidak!, manusia yang berdosa, tetapi mengapa Tuhan Yesus yang harus disalibkan dan mendapatkan ganjaran atas dosa manusia�
Abraham mencoba meminta kepada Tuhan agar mempertimbangkan keputusanNya untuk melenyapkan Sodom karena dia merasa kasihan jika mungkin ada orang benar do Sodom. Maka terjadilah �tawar menawar� mulai dari 50, 45,40, 30, 10 orang benar. Namun sampai jumlah terkecil yakni 10 orang pun tidak didapati orang benar.

Jika diperbandingkan dengan tata laksana peradilan di negeri kita ada yang namanya �PK� atau Peninjauan Kembali kasus perkara. Namun apa yang divonis, ditetapkan dan diputuskan oleh Tuhan tidak akan munkin ada kesalahan ataupun kesilapan bahwa �Tuhan adalah adil�.
Walaupun Abraham mengetahui bahwa Tuhan itu adil, tetapi dia tidak memahami betul bagaimana Tuhan melaksanakan keadilanNya. Sebab tanpa pertimbangan ataupun diluar sepengetahuan Abraham Tuhan telah mengutus malaikatNya untuk menyelamatkan Lot beserta keluarganya.

Berbicara tentang Sodom dan Gumora, maka dengan mudah kita dapat memahami bahwa itu adalah tentang dosa orang-orang yang sudah begitu berat. Jika kita melihat kondisi kehidupan kita saat ini begitu banyaknya kejahatan manusia yang membuat penderitaan kepada sesamanya manusia bahkan kejahatan yang sampai merusak alam ciptaan Tuhan, kita mungkin akan bertanya �mungkinkah Tuhan akan membuat hukuman seperti kepada Sodom dan Gumora?� maka sekali lagi kita perlu menyadari bahwa keputusan dan keadilan Tuhan tidak dapat kita selami. Namun yang pasti Firman Tuhan bagi kita saat ini ingin menegaskan �Hukuman Tuhan adalah kepastian�. Manusia pasti akan mendpatkan ganjaran sesuai dengan yang diperbuatnya.

Tetapi ada dua hal yang paling penting yang mendasari nas ini untuk kita renungkan bersama.
1.      Keluh Kesah orang-orang korban kejahatan Sodom dan Gumora sampai kepada Tuhan
Yang mau ditegaskan bahwa �Tuhan mendengar�. Maka kita dapat memahami bahwa tidak ada doa dan permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak didengar atau tidak diketahui oleh Tuhan. Tuhan maha tahu, dan Tuhan memiliki cara tersendiri atas setiap permohonan kepada Tuhan. Sebab doa adalah kekuatan dan jalan untuk kita memohon kepada Tuhan.

Maka tidak ada orang Kristen yang tidak tahu berdoa, untuk mendoakan dirinya, anaknya, keluarganya, gerejanya dan juga orang lain, yang ada hanyalah orang yang tidak membiasakan dirinya berdoa. Tidak ada doa yang sia-sia atau kita menganggap seakan-akan tidak ada guna dari doa kita. Kita diingatkan bahwa Tuhan itu mendengar dan Tuhan itu bertindak sesuai dengan maksud, pertimbangan dan rencanaNya

2.     Mengapa Tuhan memberitahukan rencanaNya tentang Sodom dan Gumora kepada Abraham?
Jika kita membaca ayat 19 disitu dikatakan �Supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan, dengan melakukan kebenaran dan keadilan..�
Sebab Tuhan telah memilih Abraham menjadi bangsa yang besar, maka umat Tuhan harus mengetahui hokum dan kebenaran Tuhan. Itulah sebabnya mengapa Tuhan harus memperlihatkan dan memberitahukan rencana Tuhan atas Sodom dan Gumora kepada Abraham. Maka Abraham dapat melihat dan menyaksikan bagaimana Tuhan kuasa keadilan Tuhan atas umat manusia. 

Tuhan memberikan tanggungjawab kepada Abraham supaya ia dapat memberikan pengajaran kepada keturunannya tentang hukum dan kebenaran Tuhan.
Maka dari sini kita dapat merenungkan bagaimana kita sebagai orangtua memiliki tanggungjawab untuk memberikan pengajaran kepada anak-anak kita tentang hukum, kebenaran dan kasih Tuhan atas kehidupan ini. Supaya nantinya kita sebagai orangtua tidak menyesal ketika kita mendapati anak-anak kita tersesat masuk dalam kehidupan yang kelam. Terjerumus dalam ruang lingkup narkoba, pergaulan bebas bahkan mungkin saja sampai menjadi pelaku-pelaku kejahatan di masyarakat.

TUHAN itu adil dalam segala jalanNya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatanNya.� (Mazmur 145:17).


Tags