Latest News

Wednesday, October 29, 2014

Matius 25: 1-13 | Besiaplah Setiap Saat

Bacaan Firman Tuhan: Matius 25: 1-13
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."

Setiap waktu yang telah kita lalui akan semakin mendekatkan kita pada suatu peristiwa besar dalam diri kita yang tidak akan mungkin untuk kembali mengulangnya. Peristiwa besar itu akan tiba tanpa bisa kita pastikan kapan saatnya, namun kita diberi waktu untuk mempersiapkan diri ketika saat itu tiba. Kita tidak tahu kapan kematian itu terjadi pada kita, tetapi kita tahu bahwa kematian itu pasti akan terjadi pada diri kita. Apakah kematian itu menjadi awal dari sukacita yang abadi atau menjadi awal penderitaan yang abadi adalah tergantung bagaimana kesiapan kita menghadapi kematian itu.

Ketika saatNya tiba, yakni kedatangan Yesus kembali. Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita melalui suatu perumpamaan yang menekankan bahwa tidak semua manusia yang telah mengaku percaya dengan begitu saja akan turut serta dalam kerajaan sorga. 

Hal ini dapat digambarkan melalui perumpamaan tentang sepuluh orang gadis yang menanti kedatangan mempelai laki-laki, lima orang gadis yang menanti dikategorikan sebagai orang bodoh karena membawa pelita tetapi tidak membawa persediaan minyak, dan lima gadis bijaksana membawa pelita beserta persediaan minyak. Ketika mempelai laki-laki datang lima orang gadis bodoh tersebut akhirnya tidak turut ambil bagian dalam perjamuan kawin tersebut, sebab mereka tidak siap untuk menanti kedatangan mempelai laki-laki.

Sama halnya dengan ke-sepuluh gadis itu yang tidak mengetahui kapan saatnya mempelai laki-laki datang, maka kedatangan Yesus kembali juga tidak ada yang mengetahui. Namun demikian, perumpamaan ini ingin memperlihatkan sikap penantian seorang yang bodoh dan yang bijaksana. Supaya setiap orang percaya memang benar-benar pada posisi yang siap untuk menanti, kapan pun Yesus datang kita memang sudah benar-benar siap akan kedatangan Tuhan.

Jika dalam perumpamaan ini Tuhan Yesus mengatakan ada gadis yang bodoh dan ada gadis yang bijaksana, ingin menekankan tentang kesungguhan dari orang yang menanti. Para gadis yang bijaksana itu telah mempesiapkan diri dengan matang atas segala kemungkinan yang bisa saja terjadi. Jika pelita menjadi bahagian yang begitu penting untuk penantian mereka, maka pelita itu pastinya harus sudah dipersiapkan untuk dapat tetap menyala. 

Betapa malangnya lima gadis bodoh tersebut, mereka menunggu sampai tertidur tetapi tanpa mempersiapkan pelita yang tetap menyala yang menjadi bagian penantian yang terpenting bagi mereka. Sebelum kedatangan mempelai laki-laki, kelima gadis bodoh itu dengan pelita yang ada padanya nampaknya sudah siap, namun kenyataannya ketika mempelai laki-laki akan segera tiba, pelita itu sama sekali tidak dapat diandalkan untuk menyambut kedatangan mempelai.

Kita sedang menanti kedatangan Kristus, maka bagaimana sikap penantian kita? Sudahkah kita sudah siap menanti kedatangan Tuhan yang tidak dapat kita duga?. Betapa bodohnya orang percaya itu jika menanti tanpa persiapan, yang nampaknya saja kelihatan sedang menanti namun tidak siap ketika harinya tiba. Kita dapat memperlihatkan identitas sebagai orang kristen yang berdoa dan beribadah, namun identitas tidak akan berarti tanpa menjalankan fungsinya, apa artinya pelita tanpa minyak?

Jika kita boleh berandai-andai; seandainya Kristus datang, apakah kita adalah orang yang layak masuk dalam kerajaan sorga? Apakah Tuhan mendapati kita sebagai seorang yang mengaku percaya dengan kata dan perbuatannya? Apakah Tuhan mendapati kita sebagai seorang yang Dia tempah? Apakah kita adalah orang yang di tuntunNya? Yang di bimbingNya?

Kita bisa saja bersama beribdah, memuji Tuhan, berdoa dan sama-sama mendengarkan Firman Tuhan, tetapi sudahkan kita siap ketika Tuhan datang? Layaknya sepuluh gadis yang menantikan kedatangan mempelai laki-laki tersebut. Pada akhirnya yang ikut dalam sukacita pesta perkawinan itu adalah gadis bijaksana yang mempersiapkan diri jauh sebelum kedatangan mempelai laki-laki. Menjadi orang kristen yang bijaksana tentunya memiliki pandangan yang jauh ke depan untuk tidak menunda segala persiapan menanti kedatangan Tuhan. Orang yang berpengharapan kepada Tuhan  akan mengarahkan hidupnya dalam pengharapannya, jauh sebelum pengharapan itu terjadi, dia telah mempersiapkan diri untuk mencapai pengharapannya.

�Sesal kemudian tidak berguna� Masa hidup kita saat ini adalah masa persiapan menanti kedatangan Tuhan. Jangan tunda untuk melakukan persiapan. Mazmur 90:12 menuliskan, �Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.� Jika Tuhan masih memberikan nafas kehidupan bagi kita, itu artinya kita masih di beri kesempatan mempersiapkan diri pada hari kedatanganNya. Baiklah kita bijaksana memakai waktu dalam kehidupan ini, sebab kita tidak tahu kapan waktu itu akan berhenti untuk kita jalani di dunia ini.

Wednesday, October 22, 2014

Mazmur 43:1-5 | Bersyukurlah! Tuhan Penolong Kita



Bacaan Firman Tuhan: Mazmur 43: 1-5; 1 Tesalonika 2: 9-13
�Rasanya bodoh jika kita berpikir bahwa kita tidak rentan� � Max Lucado. Suatu kekeliruan besar jika kita katakan bahwa �saya adalah orang yang paling sial, ...bodoh, ...malang, ...menderita, dsb..�. Setiap orang dalam kehidupan ini pastinya akan sama-sama merasakan badai kehidupan. Semisal ada yang mampu bertahan secara fisik, namun �tak kuat menahan beban dengan pikiran. Ada yang mampu bertahan secara ekonomi, namun dalam hubungan keluarga menghadapi pergumulan. Dan demikian juga sebaliknya. Ada berbagai macam bentuk badai kehidupan yang dirasakan setiap orang.

Ketika badai kehidupan itu datang menerpa kita, maka apa yang akan kita lakukan? Mazmur 43 akan memperlihatkan pada kita sikap dari seorang (pemazmur) yang sedang menghadapi badai kehidupan yang sungguh amat berat. Ketika dia sebagai yang benar harus menghadapi tekanan dari musuhnya yang tidak saleh, orang penipu dan curang. Sampai harus mengatakan �Mengapa Engkau membuang aku?�. Dalam pergumulan yang dihadapi pemazmur ini apakah hendak ingin mengatakan bahwa Tuhan tidak memperdulikan hidup orang benar?

Tetapi sebaliknya, kita menemukan bahwa pemazmur ingin menekankan bagi kita, seberat apapun masalah tetaplah hanya Allah satu-satunya penolong atas masalah yang dihadapinya. Hanya bersama Tuhan ada sukacita dan kegembiraan (ay.4), betapapun pergumulan yang besar dihadapinya tidak akan merenggut sukacita dan kegembiraannya. Sebab pemazmur yakin tidak ada yang dapat mengusik sukacitanya sebab Tuhanlah yang akan tampil dalam perkaranya. Maka dengan dengan keyakinan yang teguh pemazmur mampu menyatakan �Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Sepertinya kalimat ini adalah wujud kesedihan, tetapi ini adalah ungkapan keyakinan akan pertolongan Tuhan yang membangkitkan semangat mengadapi kesulitan bersama Tuhan.

Sehingga tidak ada sikap lain yang boleh ditunjukkan selain �Bersyukur�. Mengapa? Sebab seberat apapun masalah yang dihadapi, ternyata masalah itu tidak lebih dari kebesaran Tuhan yang mengatasi kehidupan ini. Firman Tuhan mengatakan �Ucapkanlah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita� (Efesus 5:20). Ucapan syukur kepada Allah telah membuat kita mampu melewati hal-hal yang sukar, yang mengarahkan pandangan kita kepada Allah yang berkuasa dan menjauh dari ketakutan. Dengan bersyukur, kita telah membalikkan keadaan menjadi lebih baik. Kita tidak lagi terbawa derasnya arus kesulitan, namun telah mampu untuk menguasai diri untuk bertahan sebari menanti pertolongan Tuhan.

Yang selalu berpengharapan pada Tuhan akan selalu menerima kuasa Allah yang luar biasa. Tuhan yang mengendalikan segala sesuatu pasti akan mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang mengasihi Allah (Roma 8: 28). Tuhan tidak merancangkan kecelakaan maupun penderitaan dalam hidup kita, namun Tuhan dengan kuasaNya yang besar akan sanggup membalikkan keadaan justu menjadi kebaikan bagi kita. Dalam setiap krisis dan masalah yang terjadi Tuhan ada dan bahkan sedang bekerja mendatangkan kebaikan yang justru lebih jauh dari yang kita harapkan dan pikirkan.

Tuhan tidak diam, Tuhan tidak tidur ketika kita menghadapi pergumulan. Dia berkuasa menguatkan dan menyelamatkan hidup kita. Tuhan sedang menantikan seruan kita memohon kuasaNya, maka Tuhan akan menguatkan dan menuntun kita kejalan kebaikan yang dirancangkanNya. 


Ketika menghadapi badai kehidupan biarlah Firman Tuhan Yesus selalu mengingatkan kita untuk tetap menyerahkan hidup hanya pada Tuhan �Dimanakah kepercayaanmu?� Sehingga kita tidak biarkan bisikan iblis menguasai hati dan pikiran kita untuk menjauh dari kuasa Tuhan.

Monday, October 20, 2014

Bagi Tuhan Tidak Ada Yang Mustahil



Bacaan Firman Tuhan: Yesaya 45:1-7
Kesetiaan dan kuasa Tuhan yang besar diperlihatkan kepada umat Israel dengan memakai raja Koresh untuk menyelamatkan mereka keluar dari Babel. Raja Koresh bukanlah orang yang mengenal Allah (ay.4), namun Allah mengurapi, mempersenjatai dan memberikan kemenangan untuk menaklukkan Babel sehingga umat Israel dapat pulang ke tanah Israel, bahkan membangun kembali Bait Suci (psl. 44:28) sesuai dengan rencana Allah terhadap umatNya.

Kita dapat melihat bahwa Allah berkuasa penuh atas sejarah kehidupan manusia, bahkan orang yang tidak mengenal Tuhan sekalipun akan dipakaiNya untuk menyatakan keselamatanNya kepada umatNya. Bahwa dari terbitnya matahari sampai terbenamnya tidak ada yang berkuasa penuh atas kehidupan ini selain dari Tuhan yang menjadikannya.
Maka umat Tuhan ketika dalam kesulitan jangan pernah mengatakan tidak mungkin atau mustahil. Nantikan pertolongan Tuhan, dan biarkan Allah menyelesaikan pekerjaanNya. 

Supaya kita jangan terbawa emosi yang menggebu-gebu sehingga ketika Allah sedang bekerja kita sudah duluan lari meninggalkan iman kepada Allah. Menanti pertolongan Tuhan bukanlah sikap yang pasrah dalam ketakutan dan kekawatiran, tetapi menghadapi kesulitan dengan hidup dalam keyakinan dan doa bahwa Tuhan sedang bekerja. Pemazmur mengatakan kepada kita �Berdiam dirilah di hadapan Tuhan dan nantikanlah Dia� (Mzm. 37:7). Kita perhatikan kata �di hadapan Tuhan� yang digaris bawahi tersebut.

Manusia tidak akan dapat mengukur dan membatasi kuasa Allah, maka manusia pun tidak akan dapat. Sehingga kita tidak dapat paksa dan atur Tuhan untuk berbuat seperti yang kita inginkan, biarkan Allah bekerja membuat yang terbaik dalam kehidupan kita. Tuhan hanya inginkan iman dan pengharapan kita hanya tertuju kepada Dia saja. Ketika kita merasa tidak memiliki jalan keluar atas setiap permasalahan, Tuhan memiliki cara yang �tak terbatas untuk mengatasinya.

Jika kita mengikuti kisah bagaimana raja Koresh dipakai Tuhan menjadi alatNya untuk menyelamatkan Israel (pasal 44-47), sesungguhnya mengingatkan dan memperlihatkan kesetiaan Tuhan atas hidup umat kepunyaanNya dan juga kuasa perkataan Tuhan yang �tak terbantahkan oleh manusia. Sebagaimana Tuhan telah menubuatkan kejatuhan Yerusalem akibat dari dosa umatNya dan juga janji Tuhan memulangkan mereka kembali ke Yerusalem sungguh benar-benar terjadi. Walapun bangsa-bangsa lain dikatakan kuat, namun mereka semua tetap berada di bawah kendali Tuhan dan katanya memiliki dewa-dewa hebat, namun tetap tidak dapat berbuat apa-apa terhadap rencana Tuhan.

Dijamu Dalam Kerajaan Allah



Bacaan Firman Tuhan: Yesaya 25: 1-9; Matius 22:1-14
Nubuatan yang disampaikan oleh Yesaya ini memperlihatkan bagaimana Allah akan tampil menjadi Hakim yang adil atas seluruh kehidupan ini dan akan mengadakan suatu perjamuan besar bagi umat Allah yang layak masuk dalam perjamuan itu yang mana seluruh bangsa mendapatkan hak yang sama bagi yang layak masuk dalam perjamuan itu (ay.6).

Tuhan memiliki rancanganNya yang ajaib yang telah ada sejak lama yakni kerajaan Allah yang kekal. Segala kemegahan dan kemasyuran kota-kota yang diperbuat manusia pada akhirnya akan lenyap da semua bangsa akan melihat kemuliaan Tuhan. 

Dalam nubuat ini digambarkan bagaimana Allah telah menyediakan tempat bagi orang-orang yang diselamatkan. Yakni �Gunung Sion� yakni tempat Allah yang kudus. Disitu akan diadakan perjamuan besar (masakan yang begemuk dan bersumsum, anggur tua yang disaring endapannya), bahwa ada sukacita yang begitu besar, karena air mata dan maut akan ditiadakan untuk selamanya. Dan yang terbesar dari segalanya kita akan melihat kemuliaan Allah, ketika Allah membuka tudung kemuliaanNya, sehingga orang yang ada dalam perjamuan itu akan berkata �Sesungguhnya inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan..�.

Dalam pengajaran Tuhan Yesus hampir sebahagian besar menyampaikan tentang hal kerajaan sorga beserta dengan perumpamaan-perumpamaan. Tuhan Yesus telah menyatakan berita keselamatan itu kepada dunia, supaya setiap orang yang percaya dan melakukan ajaranNya akan memperoleh keselamatan dari Tuhan. Dari semua pengajaran Tuhan Yesus tentang kerajaan sorga, dapat kita temukan syarat yang terutama adalah bagaimana setiap orang bisa lepas dari ikatan kuasa duniawi.

Selama manusia itu masih terikat oleh kuasa keinginan duniawi, yang walaupun seseorang itu memanggil nama Tuhan tidak akan layak masuk dalam kerajaan sorga (Mat. 7:21). Ada yang lebih mencintai harta, pekerjaan dan lebih mencintai ego-nya daripada melakukan perintah Tuhan. 

Kita dapat membaca kisah tokoh-tokoh dalam Alkitab, seperti Abraham, Musa, Yusuf dan yang lainnya, mereka juga memiliki banyak harta sebagai berkat dari Tuhan, tetapi mereka tidak terikat sama sekali dengan harta yang mereka miliki, tetapi firman Tuhan adalah yang utama yang mereka lakukan dalam hidupnya. Kita juga dapat belajar dari Yusuf, Daud, Ayub bagaimana mereka mendapatkan pergumulan yang berat dalam hal hubungan dengan sesamanya, secara duniawi sudah selayaknya mereka melakukan pembalasan, namun mereka lebih mengutamakan firman Tuhan untuk mengasihi daripada mempertahankan ego-nya. Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita dalam Markus 10:39 Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya�. Dalam nas yang lain juga Tuhan Yesus mengatakan�Tidak ada seorangpun yang dapat mengabdi kepada dua tuan� (Mat. 6:24).


  

Tags