Latest News

Sunday, September 28, 2014

Perumpamaan Tentang Orang-orang Upahan di Kebun Anggur



Bacaan Firman Tuhan: Matius 20:1-16
Dalam perumpamaan ini Tuhan Yesus mengisahkan orang-orang upahan yang bekerja lebih awal bersungut-sungut dan merasa tuan pemilik tanah tidak adil. Sebab pekerja yang memulai bekerja pagi-pagi benar, jam 9 pagi, 12 siang, 3 sore dan 5 sore mendapatkan bagian yang sama, yakni 1 Dinar. 


Perumpamaan ini ingin menjelaskan bahwa manusia yang belum memahami kasih kemurahan Tuhan akan sulit menerima ajaran Tuhan Yesus. Sebab kita tidak akan menemukan titik temu antara hal kerajaan sorga dengan keinginan-keinginan manusia yang telah dikuasai oleh dosa. Seperti firman Tuhan Yesus �Tidak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan� (Mat. 6:24). Sebab itu, bagaimana mungkin kita melakukan ajaran Tuhan Yesus jika kita memulai dari keinginan maupun pikiran kita sebagai manusia yang telah dicemari dosa.

Perumpamaan ini menggambarkan kemurahan Tuhan kepada manusia dengan memanggil setiap manusia untuk hidup dalam kerajaanNya. Tuhan mencari setiap jiwa yang bersedia dan selama waktu dan tempat masih ada. Seperti tuan pemilik tanah yang pergi mencari pekerja mulai dari pagi-pagi benar sampai matahari terbenam.


Jika ada pekerja yang menganggap bahwa pemilik tanah tidak adil dalam memberi upah, maka dalam perumpamaan ini telah dijelaskan bahwa upah yang diberikan bagi mereka yang bekerja sepenuhnya adalah kedaulatan pemilik tanah. Pekerja tidak memiliki hak untuk memprotes kemurahan dan kebaikan pemilik tanah, sebab upah 1 dinar adalah kesepakatan kepada pekerja yang bekerja lebih awal tadi telah terpenuhi. Maka sesungguhnya yang terjadi, bukan pemilik tanah yang tidak adil, tetapi pekerja yang lebih awal tadi yang memiliki sifat cemburu dan iri hati atas kebaikan pemilik kebun itu. 

Perumpamaan ini ingin menjelaskan kepada kita bahwa Tuhan tidak pernah berhenti bekerja untuk terus mencari jiwa-jiwa yang mau untuk diselamatkan. Maka kita tidak memiliki hak untuk marah kepada Tuhan jika Ia menerima pertobatan orang berdosa yang telah menyakiti kita selama ini dan menganggap Tuhan tidak adil. 

Kita mengetahui bagaimana penderitaan yang dialami oleh orang-orang Kristen perdana atau Kristen mula-mula. Mereka mendapatkan banyak tantangan dalam mempertahankan iman mereka sampai harus dianiaya dan dibunuh. Jika dibandingkan dengan kita saat ini yang mungkin tidak lagi mengalami penderitaan seberat yang mereka rasakan. Namun dapatkah mereka protes kepada Tuhan dan menganggap Tuhan tidak adil? Mereka mengaku percaya dengan penuh penderitaan, sementara kita percaya kepada Tuhan tidak seberat yang mereka hadapi.

Hidup dalam perintah Tuhan Yesus menuntut spiritualitas yang lebih tinggi. Allah bekerja bukan seperti pikiran manusia, namun kita harus mampu memahami sifat Allah yang mengasihi manusia tanpa perbedaan. Tuhan mengasihi semua manusia ciptaanNya dan menginginkan agar diselamatkan selama matahari belum terbenam.

Friday, September 26, 2014

Yesaya 5:1-7 | Dalam Anugerah Tuhan Menghasilkan Buah Yang Manis



Bacaan Firman Tuhan: Yesaya 5:1-7
Nubuatan yang disampaikan oleh Yesaya ini berbentuk nyanyian yang isinya mengandung kiasan. Menggambarkan kekecewaan Tuhan seperti seorang (�kekasihku� yang kemungkinan adalah teman Yesaya) yang dikatakan mengusahakan kebun anggur di lereng bukit yang subur, dia mencangkul dan membuang semua batu dan menanami dengan pohon anggur pilihan. Namun akhirnya didapati buah dari pokok anggur itu asam. Betapa kecewanya pemilik anggur itu, segala cara yang terbaik untuk harapan buah yang terbaik harus menerima kenyataan menuai buah yang asam.

Tindakan pemilik kebun anggur itu atas kekecewaannya adalah dengan menebang pagar duri kebun, sehingga kebun itu akan diinjak-injak dan ditumbuhi semak-semak. Bahkan kebun itu pun akan dilanda kekeringan, sebab Tuhan perintahkan awan-awan tidak menurunkan hujan diatasnya.

Kasih, kemurahan dan pemeliharaan Tuhan atas hidup umat Israel justru didapati buah yang sangat mengecewakan dan mendukakan hati Tuhan. Bagaimana tidak, jika yang didapati atas umatNya adalah kejahatan, kelaliman, keonaran. Dosa umat Israel ini adalah buah yang asam dan akan mendatangkan hukuman Allah bagi umatNya. Bahkan lebih parah lagi, ketika umatNya sendiri menantang Allah untuk menyatakan hukumanNya �Baiklah Allah lekas-lekas dan cepat-cepat melakukan tindakanNya, supaya kita lihat...� (ay. 18-19). Dapat dilihat bagaimana sikap umat Israel yang sudah sangat keterlaluan yang tidak hanya melakukan dosa dihadapan Allah, namun juga sudah berani menantang Allah untuk secepatnya mendatangkan hukumanNya.

Betapa besar kasih Allah bagi kita, bahkan AnakNya yang tunggal menjadi korban pengampunan dosa, sehingga dengan kasihNya itu kita melihat dan memasuki jalan keselamatan dari Allah (Yoh.3:16). Tuhan memanggil kita orang yang berdosa untuk menerima keselamatanNya, namun adakah kita menghargai dan mensyukuri panggilanNya itu? Sehingga kita telah di angkat menjadi anak-anak Allah sebagai bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus kepunyaan Allah sendiri (1 Ptr. 2:9). Dalam nasehat Paulus di Efesus 4:1 dikatakan �Supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil, berpadanan dengan panggilan itu�.

Jika Tuhan memanggil kita dengan kasihNya yang besar, maka kitapun pasti akan menyatakan kasih dalam hidup kita bukan sebaliknya melakukan perbuatan diluar kasih.
Jika panggilan hidup dari Allah adalah kudus, apakah kita akan menjadikan hidup kita tidak kudus?
Kita mengangkat tangan untuk berdoa, apakah kita akan mengangkat tangan yang sama untuk menindas orang lain?
Apakah lidah yang kita gunakan untuk memuji Tuhan, akan kita pakai juga untuk memfitnah dan berbohong?
Apakah kita mengakui Allah dengan perkataan, namun menyangkalNya dengan perbuatan?

Kita diingatkan kembali untuk merenungkan kasih Allah yang besar yang telah dinyatakan atas hidup kita dengan segala berkat rohani maupun jasmani. Tuhan menciptakan kita dari kebaikanNya dan memberikan kebaikanNya, bahkan disaat kita tidak baik Tuhan hadir dalam hidup kita untuk menyatakan kebaikanNya. Tuhan menyatakan anugerahNya yang terbesar melalui Yesus Kristus agar untuk selamanya kebaikanNya beserta hidup kita. Kasih Allah yang besar telah menjadikan, memberi, memelihara hidup kita dari kebaikanNya dengan harapan bahwa kebaikan Tuhan nyata atas hidup kita.

Dengan apakah kita akan menghargai dan menghormati kasih Allah yang besar atas hidup kita? Apakah justru sebaliknya kita merespon dengan menyalibkan Yesus sekali lagi sengan perilaku hidp kita yang tidak baik? Sehingga orang yang tidak percaya kepada Kristus akan berkata �Seperti itukah Yesus mengajar mereka hidup?�pengasihan Tuhan atas hidup kita adalah agar nama Tuhan dimuliakan atas hidup kita bukan menjadi hinaan bagi nama Tuhan atas hidup kita.

Kita adalah kawan sekerja Allah (2 Kor. 6: 1), bukan dalam arti kesamaan derajat, namun Tuhan menganugerahkan kepada kita kemampuan untuk menyatakan kemuliaanNya dalam kehidupan kita (bnd. 2 Kor. 3:5). Maka apa yang kita lakukan dan perbuat tidak pernah lari dari pekerjaan yang Tuhan kehendaki dan lakukan. Sehingga kedekatan dengan Tuhan tidak pernah terputus. Berada pada hadirat Tuhan yang kudus tidak saja hanya dalam doa, ibadat maupun kidung pujian, tetapi setiap saat kita berada pada kekudusan Allah sebab kita akan selalu berbuat dan bertindak sebagai kawan sekerja Allah. Tuhan Yesus mengatakan �Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu....Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya...ia berbuah banyak...diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa� (Yoh. 15: 4-5). Menghasilkan buah yang manis dan baik dalam hidup kita tidak akan mungkin terjadi tanpa tinggal dalam firman Tuhan setiap saat seperti pohon dan ranting yang �tak terpisahkan.

Dalam hal berbuat dan bertindak kita bukan lagi untuk diri sendiri, namun adalah penyataan karya keselamatan Tuhan. Maka orientasi hidup kita dalam Kristus bukan sedang menyelamatkan hidup kedagingan kita yang akan lenyap ini, namun segala bentuk kehidupan kita adalah penyataan iman kita bahwa kebaikan Tuhan telah dinyatakan dalam hidup kita. Biarlah kehidupan kita menjadi buah yang manis dihadapan Allah.

Tiap Orang Bertanggungjawab Atas Dosanya Sendiri



Bacaan Firman Tuhan: Yehezkiel 18:1-4 + 25-32
Ada sindiran yang berkembang pada masa Yehezkiel ketika itu yang menyatakan �Ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu�. Dengan maksud umat Israel ketika itu ingin berdalih bahwa penghukuman yang akan mereka terima adalah karena dosa orangtua mereka dan juga ketidakadilan Allah. Maka firman Allah dengan tegas mengatakan disini bahwa �Aku menghukum kamu masing-masing menurut tindakannya� (ay. 30). Bahwa Allah berurusan langsung dengan manusia sebagai individu.

Setiap orang bertanggung jawab atas dosa-dosanya sendiri di hadapan Allah dan dosa yang dilakukan seorang ayah tidak berhubungan dengan anaknya. Jika ternyata seorang anak menolak mengikuti perbuatan ayahnya, maka dia akan selamat. Demikian juga halnya jika seorang ayah melakukan yang benar, namun anaknya menolak meniru perbuatan baik ayahnya maka si anak akan dihukum sesuai dengan kesalahannya.

Maka jelaslah disini bahwa seseorang tidak mewarisi dosa kepada keturunannya, keadilan Allah nyata kepada setiap individu dan kasihNya nyata bagi setiap individu yang bertobat dari dosanya. Sehingga dalam hal berbuat dosa kita tidak dapat berdalih mempersalahkan siapapun. Tidak ada yang tersembunyi dihadapan Allah, semua yang kita perbuat harus kita pertanggung jawabkan kepada Tuhan �apa yang ditabur orang, itu juga yang dituainya� (Gal. 6:7).

Tabiat dosa yang telah merasuki kehidupan manusia sudah sejak dari Adam pertama yakni mencoba berdalih untuk membenarkan diri dan melihat kesalahan orang lain. Semakin kita menyangkal kesalahan dan semakin kita hanya melihat kesalahan orang lain, maka keselamatan dari Tuhan akan semakin jauh dari hidup kita. Jika gagal memukul bola golf sampai beberapa kali, jauh lebih baik mengakui kekurangan kita, daripada menyalahkan lapangan maupun stik golf yang kurang baik, karena sikap seperti itu tidak akan membawa kebaikan dalam kemampuan permainan kita.

Dapat dilihat bagaimana penerimaan Yesus terhadap orang yang berdosa, yakni adanya pengakuan dan penyesalan atas dosanya. Bukan seperti imam-imam, tua-tua Yahudi dan ahli taurat yang selalu menganggap diri benar dan kudus sebagaimana mereka sebagai pejabat (Sanhedrin) yang dihormati, dan hanya melihat dosa orang lain.

Dalam kehidupan ini, ada banyak orang yang berani mempertaruhkan keselamatan jiwanya demi mempertahankan eksistensinya secara kedagingan. Mengandalkan kekuatan pikiran dan perasaannya daripada mengandalkan kuasa Tuhan bekerja dalam dirinya. Sudah tahu bahwa dia memiliki kekurangan, namun untuk mempertahankan kekuatan pikiran, perasaan dan kepentingan kemanusiaannya dia lebih senang untuk memperhatikan dan memperlihatkan kesalahan dan kelemahan orang lain. 

Untuk mempertahankan ego seseorang sanggup untuk tidak melihat kekurangannya untuk berbantah atas kekurangan orang lain. Maka seseorang yang memiliki sifat seperti ini akan selalu menganggap salah perbuatan saudaranya tanpa mempercakapkan pendapatnya, padahal Firman Tuhan justru mengajar kita �Terimalah orang yang lemah imannya, tanpa mempercakapkan pendapatnya�(Roma 14:1).

Seruan pertobatan Tuhan adalah untuk melihat dan merubah kesalahan dalam diri kita bukan untuk melihat kelemahan dan dosa orang lain. Karena pada akhirnya Tuhan mempertanyakan perbuatan kita bukan mempertanyakan perbuatan orang lain.
Kita bisa saja marah atas dosa orang lain, namun yang Tuhan perintahkan bukan menghakimi tetapi menasehati.
Kita bisa saja marah atas dosa kita, namun yang Tuhan perintahkan bukan untuk membenci diri tetapi membenci dosa dengan pertobatan.

Monday, September 22, 2014

Matius 21: 23-32 | Mengakui Kuasa Allah Dengan Berbuahkan Ketaatan

 Bacaan Firman Tuhan: Matius 21: 23-32
Awalnya para imam-imam, tua-tua Yahudi dan ahli-ahli taurat (pejabat Sanhedrin) meminta jawab Yesus (�dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu?�), namun pada akhirnya justru mereka yang mendapatkan kecaman dari Tuhan Yesus �Meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal�.

Terlepas dari sikap mereka mau menjebak Tuhan Yesus atau sekedar ingin mendengar jawaban langsung dariNya yang mempertanyakan kuasa yang dipakai Yesus, namun mereka selaku pejabat Sanhedrin yang sangat menguasai masalah keagamaan pastinya mereka sudah dapat mengetahui kuasa Yesus dari apa yang telah diperbuatNya. Sehingga ketika Yesus bertanya kembali tentang asal baptisan Yohanes sebenarnya sudah menjawab secara tersirat atas pertanyaan mereka, karena Yohanes juga secara umum telah dianggap melakukan tugas kenabian dan bahkan Yohanes pun telah menyatakan di depan umum bahwa Yesus adalah Mesias (Yoh. 5:33, 3:26-30, 1:29-37).

Pertanyaan Yesus tentang baptisan Yohanes telah memperlihatkan bagaimana sikap mereka yang kelihatannya taat dan dekat kepada Tuhan, namun hatinya jauh dari sikap ketaatan untuk melakukan. Hal ini semakin diperjelas Yesus melalui perumpamaan tentang dua orang anak, yang mana mereka sebagai pejabat Sanhedrin telah diposisikan sebagai anak yang kelihatannya taat, namun tidak berbuat dalam ketaatannya, merasa diri benar dan tidak memerlukan pertobatan. Sementara pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal merasa membutuhkan pertobatan setelah mendengar seruan yang disampaikan oleh Yohanes pembaptis.

Dalam perumpamaan itu seharusnya anak yang dapat dianggap layak melakukan perintah bapanya adalah �yang taat dan melakukan perintah bapanya�. Namun, jika melihat perumpamaan Tuhan Yesus ini, kedua anak tersebut sebenarnya tidak ada yang dianggap layak dihadapan bapanya:
- Anak pertama: Jawaban yang kelihatan taat tetapi tidak melakukan
- Anak kedua: Jawaban yang membantah perintah bapanya
namun akhirnya terlihat juga siapa yang dianggap layak dihadapan bapanya, yakni anak kedua yang semula membantah namun timbul penyesalan dan pergi melakukan perintah bapanya. Perilaku kedua anak tersebut tidak dapat dibenarkan sebagai seorang anak yang semestinya turut perintah bapanya. Tetapi dapat dilihat bahwa ternyata anak yang kedua dilayakkan hanya karena penyesalan atas sikapnya yang salah kepada bapanya.

Demikian halnya kita dihadapan Allah, sesungguhnya seorangpun kita tidak ada yang benar dihadapan Allah. Hanya karena kasihNya yang menyerukan pertobatan kita dilayakkan menjadi anak-anak Allah yang setia dan taat. Sehingga jika diperhadapkan dengan sikap para pejabat Sanhedrin tadi pantaslah jika Yesus mengatakan kepada mereka �Meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal�. Yang menganggap diri mereka orang benar tanpa perlu pertobatan dan mereka nyaman atas praktek-praktek keagamaan yang telah mereka jalani selama ini.

Nas ini mengingatkan kita kembali pada ayat-ayat sebelumnya ketika Yesus mengutuk pohon ara, ternyata Tuhan Yesus tidak menemukan buah pohon ara diantara daun-daun pohon tersebut. Demikian halnya dengan perumpamaan Yesus tentang dua orang anak ini, bagaimana indahnya ucapan anak yang pertama tadi yang sepertinya penuh ketaatan, namun tidak dilakukan. Jika melihat dari luar, pohon yang besar dengan daun yang lebat maka ada harapan bahwa pohon tersebut akan memberikan buah yang baik untuk dinikmati, namun ternyata tidak ada buah yang bisa diharapkan. Ternyata pohon tersebut hanya berdaun lebat tetapi tidak berbuah. Coba kita lihat diri kita apakah hanya tumbuh dengan daun yang lebat saja, namun Tuhan Yesus tidak dapat menemukan buah dari hidup kita. Layaknya seperti para pejabat Sanhedrin tadi yang dari luar kelihatannya penuh dengan kekudusan dan memahami segala hukum Tuhan, namun ternyata tidak didapati buah hidup mereka yang dekat dan memahami hukum Tuhan dengan tidak menerima suara pertobatan.

Ketika orang melihat kita yang begitu rajin beribadah, berdoa, menyanyikan kidung pujian, maka orang lain akan memuji kita layaknya sebuah pohon yang dipuji karena pertumbuhannya yang begitu baik kelihatan. Tetapi yang Allah cari dari kita adalah buah ketaatan kita kepadaNya. Tuhan menyatakan keselamatanNya bagi kita manusia bukan supaya kita mendapatkan pujian, tetapi supaya nama Tuhan dimuliakan melalui kehidupa kita.

Penerimaan suara pertobatan dari Tuhan tidak lain adalah ketaatan dalam pertobatan itu sendiri. Kita mulai memasuki jalan keselamatan dari Tuhan ketika buah-buah ketaatan itu muncul dari hidup kita. Tuhan Yesus mengatakan: "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa yang tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak...." (Yoh. 15:5). Untuk dapat berbuah, maka kita harus tinggal bersama Allah, seperti pokok dan ranting yang tidak terpisahkan. Hidup kita hanya akan berbuah jika kita tetap dengan Allah, sebab mustahil kita berbuah jika menghadapi dan menjalani kehidupan ini kita hanya mengandalkan perasaan, pikiran dan keinginan kita.

Disinilah kita diingatkan dan disadarkan, apakah kita mau mengakui dan menghargai kuasa Allah dalam diri kita. Maukah kita agar kuasa Allah bekerja, sehingga menghasilkan buah yang baik dalam hidup kita? Hidup dalam pertobatan adalah selalu merendahkan diri dengan tidak bertindak melalui keinginan perasaan dan pikiran kita, tetapi akan bertindak dan berbuat sesuai dengan kuasa Firman Allah yang menyelamatkan. Masakan kita sudah mendengar dan tahu perintah Tuhan tetapi kita tidak taat untuk melakukannya? Bukankah itu bagian dari sikap penolakan suara pertobatan dari Tuhan?

"Jikalau kamu tahu, bahwa Ia adalah benar, 
kamu harus tahu juga, bahwa setiap orang, yang berbuat kebenaran, lahir dari padaNya" 
1 Yohanes 2: 28





Tags