Latest News

Wednesday, August 27, 2014

Yehezkiel 33:7-11; Saling Membangun Dalam Kebenaran Tuhan

Bacaan Firman Tuhan: Yehezkiel 33:7-11; Roma 13: 8-14; Matius 18:15-20
Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup�Ini adalah Firman Tuhan bagi umatNya yang hidup dalam dosa. Tuhan menetapkan Yehezkiel menjadi penjaga umat Israel, yaitu memperingatkan mereka agar berpaling dari dosa untuk menerima keselamatan dari Allah.
Pertobatan menjadi pintu keselamatan bagi umatNya yang masih hidup dalam keberdosaan, karena Tuhan tidak begitu saja melupakan umatNya yang walaupun hati mereka telah berpaling dari Tuhan. Seruan pertobatan tidak lain adalah kasih Allah yang begitu besar kepada umatNya, betapapun besar dosa umatNya namun keselamatan terbuka bagi mereka. Ini menjadi tugas Yehezkiel untuk memastikan bahwa semua umat Israel menerima peringatan ini. Dalam seruan pertobatan kita dapat melihat betapa besar kasih Allah kepada umatNya, supaya umatNya tidak binasa dalam keberdosaanNya.
 
Demikianlah kita juga setiap orang yang telah percaya kepada Kristus, kita menerima kasih Allah yang besar melalui pengorbanNya di kayu salib, telah membuka bagi kita keselamatan Tuhan.
Melalui nas ini kita akan memasuki lebih dalam lagi makna kasih Allah yang dicurahkanNya kepada kita orang-orang percaya, seperti perintah Tuhan Yesus �Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri� (Mat. 22:39). Jika kita telah menerima kasih Tuhan, maka orang lain juga memerlukan kasih Tuhan agar kita sama-sama diselamatkan. Kasih itu tidak egois yang hanya memikirkan keselamatan diri sendiri tetapi keselamatan orang lain.

Tuhan mencurahkan kasihNya yang besar bagi kita supaya kita juga dapat mengasihi sesama kita. Sehingga bagaimana mungkin kita hanya memikirkan keselamatan diri sendiri tanpa perduli keselamatan orang lain. Kasih Allah yang perduli kepada kita orang yang berdosa haruslah kita nyatakan dalam kehidupan kita, supaya kita juga menyatakan kasih kita bagi mereka yang masih hidup dalam dosa yakni bagi mereka yang langkah-langkah kehidupannya masih jauh dari perintah Tuhan.

Tuhan Yesus mengajarkan bagi kita dalam Lukas 17:3 �Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia dan jikalau ia menyesal ampunilah dia�. Ini adalah perintah Tuhan Yesus yang harus kita nyatakan dalam kehidupan kita ketika kita mendapati bahwa ada saudara kita yang hidupnya telah menjauh dari perintah Tuhan.

Sehingga makna kasih jauh lebih dalam lagi yang tidak sekedar mematahkan sikap negatif dan mencurahkan sikap yang positif bagi orang lain, sebab jauh lebih dari itu bahwa Tuhan memakai hidup kita menjadi �penjaga� saudara kita agar tidak menjauh dari perintah Tuhan. Seperti halnya Yehezkiel yang ditugaskan oleh Allah memberitakan keselamatan bagi orang yang berdosa, demikian halnya kepada kita diberi tugas untuk senantiasa menegor saudara kita jika jalan hidupnya telah jauh dari Tuhan. Dalam Galatia 6:1 Paulus menyampaikan:
Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus MEMIMPIN ORANG ITU KE JALAN YANG BENAR dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan�.

Tuhan menuntut kasih kita nyata bagi orang lain. Supaya kita jangan justru senang melihat orang jatuh ke dalam dosa dan merasa diri lebih benar dari orang lain. Namun baiklah kita dapat saling menolong dalam kelemahan saudara-saudara kita. Sehingga kita memiliki tanggungjawab untuk menegur saudara kita yang melakukan dosa, bukan sebaliknya menjadi bahan pembicaraan (gosip) yang tidak membangun kerohanian satu dengan yang lain. Teguran itu adalah karena kasih kita kepada saudara kita bukan sebaliknya dengan sengaja menyampaikan teguran justru adalah karena wajud kebencian dan kemarahan untuk menjatuhkan seseorang.

Ada beberapa kendala yang mungkin akan kita hadapi ketika memberikan teguran kepada saudara kita yang melakukan dosa:
  1. Takut menegur karena dapat menyebabkan kesalahpahaman yang membuat hubungan kita tidak baik dengannya.
  2. Perbuatan dosa yang dilakukannya adalah tanggungjawabnya sendiri dan bukan tanggungjawab kita
  3. Kita tidak tahu bagaimana caranya untuk menegur dengan baik
  4. Kita merasa percuma memberikan teguran, karena tetap saja tidak akan ada pengaruhnya
  5. Ada status dalam sosial maupun adat yang mungkin membuat kita sulit memberikan teguran
Untuk menyampaikan teguran maupun peringatan memang memiliki seni tersendiri, bagaimana kita dapat memasuki kehidupan seseorang dengan tata krama yang sopan dan santun yang dilandasi oleh kasih. Yang pasti bahwa kita mesti memiliki keperdulian terhadap sesama, ada motivasi dalam diri ingin menyatakan kasih kepada sesama kita. Sehingga kita membangun persekutuan yang saling menopang dan membangun di dalam kebenaran Tuhan. Dengan demikian Tuhan perintahkan kita bukan untuk saling menghakimi, justru sebaliknya untuk saling menolong dan mendoakan untuk hidup bersama di dalam kebenaran dan kasih Tuhan.

Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik

Ibrani 10:24


Wednesday, August 20, 2014

Markus 8:31-38 | Menyangkal Diri, Memikul Salib dan Mengikut Yesus

Bacaan Firman Tuhan: Markus 8: 31-38; Matius 16: 21-28
Mesias Anak Allah harus menderita dan dibunuh?. Mungkin ini adalah reaksi dari Petrus menanggapi pernyataan Tuhan Yesus bahwa Dia akan menderita dan akan dibunuh oleh imam-imam kepala, tua-tua dan ahli-ahli taurat. Langsung Petrus menegor Yesus: �Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali tidak akan menimpa Engkau�. Sebab sebelumnya Petrus menyatakan pengakuannya bahwa Yesus adalah Mesias Anak Allah yang hidup (Mat. 16:16,20).

Tuhan Yesus yang keras menanggapi reaksi dari Petrus (�Enyahlah iblis...�), memperlihatkan keseriusanNya untuk memberikan pemahaman yang jelas kepada Petrus dan kepada murid-murid yang lainnya bahwa keinginannya itu adalah kehendak dari iblis, sikap yang diperlihatkan Petrus itu justru adalah suatu penolakan akan penyelamatan Allah. Murid-murid Yesus masih memahami Yesus sebagai Mesias secara manusiawi yang akan melakukan penyelamatan secara politis dengan penuh kuasa belum memahami Yesus dalam konteks kehendak Allah.

Jika Yesus tadi telah menyatakan identitasNya yang sesungguhnya, maka tiba saatnya untuk menjelaskan identitas seseorang yang akan menjadi murid Tuhan Yesus. Syarat untuk mengikutiNya, adalah: Menyangkal diri, Memikul salib dan Mengikut Yesus. Syarat ini bukanlah paksaan, mau ikut atau tidak terserah kepada kita (�Setiap orang yang mau mengikut Aku...�), sehingga mengikut Yesus harus ada keiklasan yang penuh.
  1. Menyangkal diri (Penyerahan diri)
    Menjadi murid berarti mau untuk mempertaruhkan seluruh dirinya, maka harus bersedia untuk menanggalkan haknya untuk mengorbankan diri dan mempersembahkan hidup hanya untuk Yesus. Menyangkal diri adalah pengendalian diri, mau jujur menilai diri sebagai respon iman kepada Tuhan, bahwa kita dipanggil bukan untuk keinginan duniawi tetapi untuk keinginan Tuhan.
  2. Memikul salib (Setia)
    Siap menerima konsekuensi untuk kehilangan nyawa untuk mengikut Yesus. Ketika salib itu diletakkan dibahu kita untuk dipikul, apakah kita akan tetap setia menjadi murid Yesus? Seorang teolog Kristen Kosuke Koyama mengatakan �No Handle on the Cross� bahwa �Tidak ada Gagang pada Salib�, yang mau menegaskan bahwa salib harus dipikul dan tidak ada gagang pada salib untuk memudahkan. Salib adalah penderitaan yang harus ditanggung sebagaimana Kristus juga telah mengalamiNya.
    Kelihatannya memikul salib adalah beban yang begitu berat, namun sadarilah dengan memikul salib akan memampukan kita menyangkal diri dan mengikut Yesus. Dengan salib yang kita pikul, maka kita akan tetap fokus pada tujuan hidup kita.
  3. Mengikut Yesus (Taat)
    Mengikut yang dimaksud adalah tetap secara terus-menerus. Yang hidup dalam diri seorang murid hanyalah perintah Tuhan Yesus. Mau ikut Yesus berarti taat mengukuti dan melakukan perintah Tuhan Yesus.

Apakah syarat tersebut terlalu berat? Keputusan ada pada kita, mau ikut Yesus atau tidak. Namun yang pasti bahwa kita sedang diperhadapkan pada pilihan antara kehidupan dan kehilangan hidup.
Sudah menjadi hukum alam untuk "menyelamatkan nyawa", setiap orang, bahkan hewan juga memiliki cara tersendiri untuk bertahan hidup. Contoh kecil: seorang yang sedang dikejar oleh anjing, maka dalam situasi yang sulit itu, dia akan berusaha untuk menyelamatkan dirinya, bahkan mungkin dalam situasi normal, mungkin kita tidak mampu memanjat pohon atau tembok, namun dalam situasi sulit tersebut, hal itu mungkin saja akan terjadi. Banyak cara dilakukan manusia untuk menyelamatkan nyawanya, bahkan ketika kita sakit, maka berapapun biaya akan kita keluarkan untuk dapat sembuh. Sebagai manusia yang normal kita akan berusaha untuk bertahan hidup, tetapi Tuhan Yesus mengatakan:
"Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya".

Hidup yang diberikan Tuhan adalah sesuatu yang berharga untuk kita hargai dan syukuri. Namun bagaimanapun juga hidup di dunia ada batasnya, sehingga dalam ucapan Yesus selanjutnya ditegaskan: "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya". Maka esensi kehidupan tidak hanya untuk bertahan hidup, tetapi jauh lebih dari itu adalah bertahan untuk tetap hidup bersama Dia yang memberi kehidupan. Jika hanya sekedar menyelamatkan nyawa, maka kita sedang mengejar hidup yang akan segera binasa, kita sedang mencari dan menikmati kebahagiaan yang palsu yang dengan sekejap akan lenyap.

Apakah kita bisa menyelamatkan nyawa? Karena itulah Yesus datang membawa keselamatan bagi manusia agar memperoleh kehidupan. Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan nyawa kita selain dari mengikut Yesus. Itulah sebabnya Tuhan Yesus melanjutkan ucapanNya �Apa yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?�Apapun yang boleh kita peroleh dalam dunia ini tidak akan dapat mengganti nyawa kita. Nyawa yang dimaksud Tuhan Yesus disini jauh lebih tinggi yakni sesuatu yang kekal, sehingga tidak terbatas kepada kematian saja. Maka tidak ada yang dapat menukar keselamatan hidup dengan apapun yang dapat diperoleh dari dunia ini.

Mengikut Yesus adalah anugerah Allah yang terbesar bagi manusia untuk meninggalkan kehidupan lama yang mengikat manusia mencintai hidup yang dikuasai oleh dosa dan memasuki kehidupan yang baru bersama Yesus untuk menuju pada kehidupan yang kekal. Sebab akan tiba saatnya Anak Manusia diiringi malaikat-malaikatNya untuk menjadi hakim dan membalas setiap orang menurut perbuatannya.

Pengakuan iman harus disertai pembaharuan hidup. Kita dapat belajar dari Petrus bahwa pengakuan iman saja jelas tidak cukup, sebab pengakuan itu sendiri harus berdampak kepada sikap, tindakan dan pandangan hidup, sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Tuhan Yesus: Menyangkal diri, Memikul salib dan Mengikut Yesus.

Dalam menjalani kehidupan ini kita sedang berjalan mengikut Yesus untuk mau menyerahkan hidup kepada Tuhan bukan lagi kepada keinginan duniawi, tetap setia mengikut Yesus walaupun menghadapi berbagai pergumulan dan penderitaan, tetap taat mengikuti perintah Tuhan disepanjang hidup. Maka kita sampai kepada ungkapan yang mengatakan �No Crown withuot Cross, No Gain without Pain� tidak adak ada mahkota tanpa salib dan tidak ada keberhasilan tanpa pengorbanan.

Setiap orang memiliki �salib� masing-masing untuk dipikul. Dalam kehidupan kita ada banyak tantangan yang harus kita hadapi, �Apakah kita menghadapinya sesuai dengan pengakuan iman bahwa Yesus Tuhan dan Juruselamat?� Dalam tekanan, pergumulan, dalam suka maupun duka dalam menjalani kehidupan ini, apakah kita mau menyerahkan diri, setia dan taat kepada penggembalaan Kristus seumur hidup sampai kita diam di rumah Tuhan sepanjang masa?

Monday, August 18, 2014

Roma 12:1-8; Ibadah Yang Sejati

Bacaan Firman Tuhan: Roma 12:1-8
Pada pasal-pasal sebelumnya Paulus menjelaskan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah, manusia diselamatkan karena iman dan bukan karena perbuatan baik. Tidak ada seorangpun yang akan selamat dari kutuk dosa, sebab manusia hanya dapat selamat karena dibenarkan oleh Allah melalui penebusan di dalam Kristus Yesus.

Lebih lanjut Paulus menyatakan dalam nas khotbah kita kali ini bahwa orang-orang yang diselamatkan itu memiliki kehidupan yang benar-benar berbeda yakni adanya penguasaan diri dengan tidak serupa dengan dunia ini, sebab harus mempersembahkan tubuh menjadi persembahan yang hidup, kudus yang berkenan kepada Allah.

Hidup orang yang telah diselamatkan itu adalah mengenakan hidup yang baru, yakni mengenakan Kristus dalam hidup kita dan menanggalkan hidup lama beserta kebiasaan-kebiasaannya (Rm. 13:12-14; Gal. 3:27), dengan demikian kita mempersembahkan hidup untuk rencana Allah yang besar untuk keselamatan manusia dan bukan lagi mengikuti keinginan daging.

Sehingga iman bukan hanya sekedar penerimaan anugerah Allah saja, namun iman itu akan membawa pembaharuan akal budi, yakni mempersembahkan hidup bagi Tuhan. Dengan demikian akan memancarkan hidup yang tidak serupa dengan dunia ini, yakni dunia yang dikuasai oleh kejahatan (Kis. 2:40; Gal. 1:4) dan sarat dengan kuasa iblis (Yoh. 12:31; 1 Yoh. 5:19). Maka nasehat Paulus dalam 2 Kor. 13:5 patut untuk kita renungkan: �Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman�, sebab iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati (Yak.2:17).

Dengan mempersembahkan tubuh � seluruh kehidupan kita kepada Allah, kita akan memasuki yang namanya Ibadah yang sejati, yakni ibadah yang tidak terbatas gerak dan ruang. Apapun yang kita perbuat dan lakukan dalam kehidupan kita adalah dalam rangka � bekerja untuk Tuhan. Maka ibadah yang sejati itu tidak hanya sampai pada kebaktian minggu, maupun kebaktian dalam persekutuan yang lain lagi, namun kebaktian dalam persekutuan itu sendiri akan meluas berdampak bagi kehidupan kita dengan memperlihatkan kehidupan yang bersekutu dengan Allah, itulah ibadah yang sejati.

Lebih lanjut nasehat Paulus untuk mempersembahkan tubuh sebagai implikasi dari iman yang adalah esensi dari ibadah yang sejati harus terlebih dahulu terlihat dari kehidupan sesama mereka yang percaya kepada Kristus (ay.3). Implikasi iman kepada Kristus akan nyata terlihat dalam kehidupan jemaat dengan adanya satu tujuan hidup yang jelas, yakni walaupun memiliki karunia yang berbeda-beda dari Allah, kita sedang berbuat dalam satu tubuh di dalam Kristus.
Ada 3 prinsip yang harus dijalankan dalam kehidupan jemaat:
  1. Kita adalah anggota seorang terhadap yang lain
    Setiap jemaat memiliki karunia yang berbeda-beda, semuanya memiliki keunikan dan peran tersendiri dalam tubuh Kristus. Sehingga setiap anggota adalah sama di hadapan Tuhan. Maka tidak ada alasan untuk memegahkan diri ataupun menyombongkannya menganggap diri lebih dari yang lain.
  2. Karunia itu adalah untuk dilakukan sesuai dengan iman
    Tuhan karuniakan berbagai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda dalam jemaat, dan karunia itu diberikan bukan untuk disimpan ataupun dinikmati sendiri, namun Tuhan memberikannya supaya dapat dipergunakan untuk saling menolong dan membantu. Maka kita mempersembahkan hidup kita menjadi persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada Tuhan. Kita melakukan yang terbaik kepada Tuhan sesuai dengan karunia yang diberikan bagi kita.
  3. Melakukan karunia itu dengan hati yang iklas, rajin dan penuh sukacita
    Apapun karunia yang kita miliki lakukanlah dengan iklas, rajin dan penuh sukacita. Jangan lakukan dengan terpaksa ataupun karena alasan-alasan tertentu kita melakukan sesuatu.

Apapun yang kita lakukan dalam kehidupan kita adalah bekerja dan berbuat untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23). Dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan selalu ada saja yang namanya hambatan dan tantangan, disinilah kita juga akan dikuatkan untuk mampu menghadapi semuanya sebab kita berbuat adalah untuk Tuhan. Jika kita bekerja dan berbuat apapun itu, jika kita melakukannya untuk manusia kita pasti akan putus asa dan mundur ketika ada halangan dan tantangan, namun karena kita melakukan segala sesuatu adalah untuk Tuhan, itulah ibadah yang sejati, semuanya adalah untuk kemuliaan Tuhan.

Friday, August 15, 2014

Keselamatan Bagi Semua Bangsa

Bacaan Firma Tuhan: Roma 11: 1-2a + 29-32; Mazmur 67
"Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasehatNya?" Tidak terselami rencana-rencana Tuhan atas kehidupan manusia, sehingga berita keselamatan Tuhan tersebar ke seluruh bangsa-bangsa. Banyak suku-suku bangsa yang pada akhirnya menerima kasih keselamatan Allah melalui penderitaan dan kematian Yesus Kristus di kayu salib. Allah merelakan diriNya untuk mendapatkan hinaan dan siksaan supaya kasihNya nyata kepada semua bangsa.

Inilah yang dinyatakan oleh Rasul Paulus "Kamu dahulu tidak taat kepada Allah, tetapi sekarang beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan mereka". Umat Israel yang dari dahulu kala telah diberitakan dan dijanjikan kepada nenek moyangnya akan keselamatan dari Allah tidak dapat menerima kebenaran Allah (Rm. 10:3) yang telah dinyatakan melalui Tuhan Yesus Kristus. Namun demikian keselamatan tetap terbuka bagi umat Israel melalui kemurahan yang telah diperoleh orang-orang yang bukan Yahudi.

Hendak di tegaskan kepada kita bahwa keselamatan dari Tuhan hanya dapat diperoleh melalui iman bukan karena perbuatan seperti yang dilakukan oleh umat Israel yang berusaha mengenal kebenaran Tuhan mengandalkan pikiran mereka sendiri. Keselamatan dari Allah terbuka bagi semua orang yang menerima dengan iman.

Berkat keselamatan, penyertaan dan pertolongan Tuhan sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah kepada Abraham telah terbuka bagi seluruh bangsa melalui Yesus Kristus (Gal. 3:14). Dengan demikian Yesus menjadi satu-satunya jalan keselamatan dan hidup bagi dunia (Yoh. 3:16) siapa yang percaya akan diselamatkan, dan siapa yang tidak percaya akan dihukum (Mrk. 16:16).

Nas ini mengingatkan kita, bahwa keselamatan yang kita peroleh melalui iman kepada Yesus Kristus bukanlah sesuatu yang harus kita sombongkan dan menganggap bahwa orang-orang yang tidak percaya kepada Kristus adalah orang-orang yang lebih rendah dari kita. Namun sebaliknya bahwa harus memiliki konsep berpikir bahwa mereka juga harus melihat dan ikut serta dalam keselamatan dari Kristus. Inilah tanggungjawab iman kita yaitu untuk memberitakan Injil Kristus. Itulah sebabnya Paulus menegaskan: "Supaya oleh kemurahan yang telah kamu peroleh, mereka juga akan beroleh kemurahan".

Ada banyak ladang penginjilan dalam kehidupan kita, di dalam lingkungan keluarga, masyarakat, tempat pekerjaan kita sehari-hari adalah tempat yang akan kita gunakan untuk memperlihatkan bahwa kita adalah orang-orang yang telah diselamatkan oleh Tuhan Yesus. Bagaimana orang lain dapat melihat kasih, kebaikan dan kemurahan Kristus ada dalam perilaku kehidupan kita. 

Sehingga orang yang hidup dalam kemurahan Allah bukan lagi dosa yang dirancang-rancang dalam kehidupannya, namun segala sesuatu yang boleh kita perbuat semuanya menjadi kemuliaan bagi nama Tuhan kita Yesus Kristus (ay. 36). Jika orang yang belum mengenal Kristus hanya dapat mencaci dengan perkataan maupun dengan sikap kebencian maka kita akan perlihatkan kasih da kebaikan Allah kepada mereka.

Sehingga keselamatan yang rancangkan oleh Allah bukanlah hanya kepada sekelompok orang atau hanya kepada satu bangsa saja, namun kepada seluruh bangsa akan mendapatkan keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. 

Kita sebagai orang Indonesia yang telah percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat tidak lepas dari rencana Allah keselamatan Allah. Terlebih dalam memperingati HUT RI ke-69 kita tidak lupa untuk mengsyukuri kemerdekaan yang boleh di raih bangsa Indonesia tidak terlepas dari kemurahan Allah. Bagaimana kita sebagai orang Kristen mengsyukuri dan mengisi kemerdekaan Indonesia? Kita memiliki tugas ilahi yaitu menjadi warga negara yang telah diselamatkan. Kita berbakti kepada bangsa dan negara adalah karena Allah mengasihi Indonesia.


Wednesday, August 13, 2014

Mazmur 67; Diberkati Untuk Menjadi Berkat

 Bacaan Firman Tuhan: Mazmur 67: Roma 11:1-2a+29-32
Mazmur ini mengingatkan umat Israel akan pemanggilan Abraham (Kej. 12:1-3) "Aku akan memberkati engkau..dan engkau akan menjadi berkat". Demikian halnya dengan umat Israel dalam Mazmur ini mengingatkan mereka bahwa hasil tanah yang boleh mereka terima patut untuk disyukuri sebagai berkat Tuhan yang tidak hanya saja memenuhi kebutuhan fisik mereka, namun lebih dari itu bahwa berkat tersebut adalah menjadi panggilan hidup umat Allah agar menjadi kesaksian bagi bangsa-bangsa yang lain akan kehidiran dan kebaikan Allah.

Sehingga pemazmur mengingatkan bahwa hasil tanah (panen) (ay.7-8) yang boleh mereka terima sebagai berkat Tuhan harus menjadi kesaksian bagi bangsa-bangsa lain, bagaimana kebaikan dan kuasa Allah nyata dalam hidup mereka. Demikian jugalah bangsa-bangsa lain akan turut serta bersukacita dan bersorak-sorai atas kasih dan kebaikan Tuhan. Sehingga Mazmur 67 ini tidak terlepas dari tujuan umat Allah, bahwa berkat yang boleh mereka terima adalah supaya semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.

Banyak berkat-berkat Tuhan yang boleh kita rasakan dalam kehidupan kita, dan itulah sebabnya Paulus menyatakan:"Bersyukurlah dalam segala hal" (1 Tes. 5:18). Ada banyak kasih dan kebaikan Tuhan yang telah diberikan kepada kita, dari hal-hal yang kita dapat rasakan sampai dengan hal-hal yang tidak kita sadari bahwa kasih setia Tuhan turut bekerja mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Roma 8: 28). Sehingga jangan kita membatasi berkat Allah hanya yang bersifat materi saja, supaya kita jangan terjebak pada situasi dimana kedekatan kita kepada Tuhan justru hanya untuk memenuhi keinginan-keinginan daging saja dan juga sikap yang hanya tahu meminta berkat namun tidak tahu mengucap syukur atas berkat yang telah diberikan Tuhan. 

Maka berkat Tuhan jangan dibatasi dalam hal materi saja, sebab banyak berkat-berkat Tuhan yang tidak dapat di pikirkan oleh manusia seperti nafas kehidupan dan juga tatanan kehidupan yang jadikan oleh Allah. Sehingga kita tidak jatuh pada pemahaman yang salah seperti contohnya: menganggap bahwa orang kaya adalah orang yang diberkati dan orang miskin adalah orang yang tidak diberkati, sehingga berkat hanya dinilai dari segi materi saja.

Jika kita kembali melihat perjalanan kehidupan Abraham yag dipanggil oleh Tuhan keluar dari negerinya dan menuju negeri yang akan ditunjukkan oleh Allah kepadanya, bahwa Abraham turut perintah menjadi orang yang diberkati dan menjadi berkat adalah karena iman kepada Allah yang memanggilnya untuk menerima janji berkat tersebut (Gal. 3:8-9). Sebab jika bukan Tuhan yang memanggilnya untuk menerima berkat tersebut apakah Abraham akan pergi?



Menjadi orang yang diberkati dan menjadi berkat adalah melalui iman kepada Tuhan. Tuhan memanggil kita keluar dari keinginan-keinginan duniawi dan mempercayakan kehidupan kita kepada Tuhan sebagai sumber kehidupan dan sumber kebahagiaan kita. Jika kita mendekatkan diri kepada Tuhan hanya berorientasi pada berkatNya, maka kita akan terjebak pada sikap yang lebih mencintai pemberianNya daripada Sang pemberi, dan jika sudah seperti ini keadaannya bagaimana kita dapat menjadi berkat kepada orang lain? Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan: "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat. 6:33).



Iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat adalah berkat sejati yang memberikan kita perlindungan, kasih karunia dan damai sejahtera (bnd. Bil 6:24-25) sebagaimana permohonan berkat yang diminta oleh pemazmur (ay. 2). Yesus Kristus telah memanggil kita keluar dari kutukan dosa menuju pada berkatNya yang terbesar dan terindah yaitu keselamatan hidup yang kekal. Tuhan Yesus menyatakan "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya"(Mrk. 8:36). Dalam kehidupan kita dalam dunia tidak dapat terlepas dari pertolongan Tuhan melalui berkat-berkatNya, namun demikian apapun yang boleh kita terima dalam dunia ini akan kita tinggalkan dan hanya berkat sejati yang akan kekal yaitu Iman kepada Kristus yang membawa kita pada hidup yang kekal.

Dunia membutuhkan keselamatan dan Allah menginginkan seluruh kaum di dunia ini dapat menerima berkat yang sejati yaitu Yesus Kristus. Dengan demikian Tuhan memberikan berkatNya kepada kita agar kita menjadi saksi-saksi kebaikan, kasih dan kemuliaan Tuhan didunia ini, sehingga akhirnya semua kaum di dunia ini melihat, bersyukur dan percaya bahwa Allah adalah satu-satunya sumber keselamatan.
Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu. (Galatia 3:14)

Melalui iman kepada Tuhan Yesus kita menerima Roh Kudus yang akan memampukan kita memberitakan Injil Kristus, kita menjadi saksi-saksi Kristus (Kis. 1:8) tentang kasih dan kebaikanNya dalam kehidupan kita. Sehingga kita akan tampil menjadi orang-orang yang dikuasai oleh Roh Allah untuk mewujudkan kerajaanNya di dunia ini. 

Sudahkah kita menjadi orang-orang yang diberkati?
Atau justru menjadi kutuk bagi orang lain? Kehadiran kita hanya membawa kesusahan, penderitaan dan ancaman bagi orang lain. Sejauh mana kita memperlihatkan diri kita sebagai orang-orang yang diberkati yakni orang-orang yang telah ditebus dari kuasa dosa? Sejauh mana kita memperlihatkan diri sebagai berkat bagi orang lain dengan memperlihatkan pengajaran Kristus hidup dalam diri kita?

Berkat Tuhan baik dalam hal materi maupun dalam hal rohani adalah hal yang harus kita syukuri, hal ini memperlihatkan kasih dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan kita. Jika kita tahu untuk bersyukur, maka kita akan tahu juga untuk menjadi berkat bagi orang lain.

Jika kita sadar bahwa apa yang kita miliki adalah berasal dari Tuhan, maka kita juga tahu untuk menjadi berkat bagi orang lain, sebab untuk itulah kita dipanggil. Kita akan tahu untuk memberi.
 
Jika kita sadar bahwa kita hidup hanya karena kasih setia Allah, maka kita juga tahu untuk menjadi berkat bagi orang lain, sebab untuk itulah kita dipanggil. Kita pasti akan menyatakan kasih kita kepada orang lain.

Demikianlah kita menjadi orang-orang yang diberkati yang menjadi saksi-saksi Kristus akan kebesaran kasihNya sehingga semua orang takut akan Dia!

Berketepatan HUT RI ke-69 tahun, Mazmur 67 ini juga ingin menyapa kita bahwa berkat yang mereka terima tidak terlepas dari campur tangan Tuhan atas raja yang memerintah mereka sehingga mereka dapat merasakan panen yang penuh dengan sukacita. Kita mengsyukuri atas kemerdekaan yang diberikan Tuhan kepada bangsa kita Indonesia, sebab Tuhan juga memakai pemerintah maupun raja sebagai saluran berkatNya. 

Sebagai wujud syukur kita kepada Tuhan bagaimana kita sebagai warga negara Indonesia dapat menjadi berkat bagi seluruh rakyat Indonesia, yang walaupun kita Kristen sedikit di Indonesia, namun demikian kita mampu menjadi warga negara yang memberikan pengaruh yang positif bagi kemajuan Negera Indonesia. Sehingga kita tampil sebagai warga negara yang diberkati oleh Tuhan untuk menjadi berkat bagi rakyat Indonesia. Apapun profesi dan pekerjaan kita, biarlah kita tampil sebagai orang-orang yang diberkati dan yang menjadi berkat. Amin

Friday, August 8, 2014

Ketika Beban Hidup Terasa Berat

Bacaan Firman Tuhan: 1 Raja-raja 19:9-18; Matius 14:22-33

Siapa dari kita yang tidak pernah merasakan tekanan hidup? Apapun status sosial, profesi dan bagaimanapun tingkat kemapanan hidup tetapi yang namanya tantangan hidup pasti akan kita rasakan. Bahkan ada kalanya kita akan berada pada situasi dimana kita merasa tidak dapat lagi berbuat apa-apa untuk menyelesaikan masalah yang ada. Bahkan Elia sendiri sebagai hamba Allah merasakan juga yang namanya tekanan hidup dalam pelayanannya, sampai dia mengatakan: "Cukuplah itu! Sekarang ya Tuhan, ambillah nyawaku.." (ay. 4).

Melalui nas Firman Tuhan bagi kita saat ini, kita mau belajar bagaimana menghadapi tekanan hidup, agar kita mempersiapan diri untuk hal-hal terburuk yang dapat terjadi dalam kehidupan ini. Sebab kita juga harus berhati-hati ketika masa-masa sulit dalam hidup akan digunakan iblis untuk semakin membawa kita pada kehidupan yang semakin lebih parah lagi dan semakin menjauhkan kita dari Tuhan. Tekanan-tekanan hidup pasti akan kita hadapi, namun bagaimana kita merespon setiap tantangan yang datang dalam hidup kita. Inilah yang akan kita pelajari melalui nas Firman Tuhan saat ini.

Elia menghadapi tekanan hidup yang begitu berat dalam pelayanannya setelah dia membunuh nabi Baal sebanyak 450 orang dan nabi Asyera 400 orang ketika mereka kalah berhadapan dengan Elia untuk memanggil allah mereka (18:20-46). Perbuatan Elia disikapi oleh Izebel dengan menyuruh seorang suruhan untuk mengambil nyawa Elia. Ternyata situasi ini membuat Elia menjadi takut dan ia pergi ke padang gurung dan tidur di bawah pohon arar, dan setelah malaikat Tuhan memberi ia makan dan minum dia berjalan selama 40 hari 40 malam ke gunung Horeb dengan kekuatan makanan yang diberikan oleh malaikat itu.
Di  sebuah Gua Allah datang kepadanya dan Tuhan berfirman:
 "Apakah kerjamu di sini hai Elia?" 
dan jawaban Elia adalah:
"Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku."

Elia merasakan tekanan yang begitu berat karena merasa bahwa pelayanannya telah gagal karena dia merasa tidak lebih baik dari nenek moyangnya. Semangat pelayanannya yang begitu besar untuk menyelamatkan bangsa Israel dari penyembahan kepada Baal justru harus menerima tekanan melalui ancaman untuk mencabut nyawanya. Dalam keadaan tersebut dia merasa hidup sendiri tanpa dukungan karena usahanya tersebut berujung pada ancaman atas nyawanya sementara tugas pelayanannya masih banyak yang belum diselesaikannya.

Beberapa hal yang menjadi kekuatan kita menghadapi tantangan kehidupan melalui nas Firman Tuhan ini:

1. Tuhan perduli dan menguatkan kita menghadapi pergumulan hidup
Dalam ketersendirian Elia menghadapi tekanan hidupnya, ternyata Tuhan melihat dan perduli atas permasalahan yang dia hadapi. Sekalipun Elia harus menghadapi kenyataan dalam hidupnya, namun Allah memberikan perhatian dan kekuatan padanya dengan memberikan makanan dan minuman melalui malaikatNya bahkan Allah langsung menyatakan diriNya kepada Elia di gunung Horeb. Sekalipun kita harus menghadapi pergumulan hidup tanpa ada yang membantu dan menolong, namun Tuhan perduli kepada kita. Allah melihat penderitaan kita dan akan memberikan kekuatan dan keteguhan dengan menerima makanan dan minuman rohani dari Tuhan (Roti Hidup dan Air Hidup). walaupun kita harus menghadapi berbagai-bagai pergumulan, Tuhan tidak akan biarkan kita terjatuh tanpa daya, sebab Tuhan akan menguatkan dan menolong kita.

"Apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya." (Mazmur 37:24)

2. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu mendatangkan kebaikan bagi yang mengasihiNya 
Ternyata tekanan hidup yang dialami oleh Elia tanpa disadari Allah turut bekerja mendatangkan kebaikan bagi dirinya dan juga kepada bangsa Israel. Justru dalam keadaan yang tertekan seperti itu Elia semakin dekat mengenal Allah dalam kehidupannya melalui perjumpaannya dengan Allah. Bahkan kita di ingatkan bahwa kebaikan Tuhan justru hadir melalui hal-hal yang tampaknya sederhana:

Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu.
Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu.
Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu.
Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa. Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya.

Ketika menghadapi pergumulan hidup bagaimana kita dapat meyakinkan bahwa Allah turut bekerja mendatangkan kebaikan dalam kehidupan kita. Kebaikan itu bukanlah harus selalu seperti yang kita pikirkan atau bayangkan, namun Tuhan akan turut bekerja dalam permasalahan yang kita hadapi. Seperti yang dihadapi Elia, ternyata Tuhan tidak hadir dalam kondisi yang spektakuler (angin besar, gempa, api) ternyata kehadiran Tuhan pada angin yag sepoi-sepoi. 
Dalam tantangan hidup yang kita hadapi bisa saja kita berharap bahwa Tuhan akan melakukan suatu muzijat yang luar biasa seperti yang kita pikirkan akan terjadi dalam hidup kita, namun Tuhan akan bekerja lebih daripada yang kita rancangkan dalam pikiran kita yaitu kebaikan-kebaikan terbaik yang dirancangkan Tuhan atas kehidupan kita. Sehingga jangan kita lekas berpikir bahwa ketika sekian lama kita meminta sesuatu dari Tuhan yang tidak kunjung diberikan, padahal melalui pergumulan itu Tuhan telah bekerja dan telah banyak memberikan kebaikanNya bagi kita.

3. Keluar dan berdirilah di hadapan Tuhan dan turuti perintahNya 
Tuhan mengetahui masalah yang sedang dialami oleh Elia, namun Tuhan perintahkan Elia untuk keluar dari ketakutannya dan melihat kehadiran Allah atas masalah yang dihadapinya dan hanya Tuhan yang dapat menolong Elia keluar dari masalahnya dengan menyuruhnya "Pergilah, kembalilah kejalanmu..". Tuhan tidak menginginkan Elia berlarut lama dalam ketakutannya menghadapi tekanan yang dihadapinya. Tuhan yang memerintahkan untuk kembali menghadapi semuanya dan Tuhan memberikan jalan keluar atas permasalahannya yaitu mengurapi Hazael menjadi raja Aram, Yehu menjadi raja Israel dan mengurapi Elisa menjadi nabi menggantikannya. 

Tuhan tidak mengharapkan kita lari dari masalah yang sedang terjadi selain dari menghadapinya dengan keyakinan bahwa Allah beserta selalu kita. Bagaimanapun bentuk tantangan hidup yang kita hadapi, kita hanya akan datang kepada Tuhan saja dan bukan kepada yang lain. Jika kita menghadapi tantangan hidup dengan menuruti perintahNya maka Tuhan akan pastikan bahwa perintahNya adalah jalan yang terbaik yang akan kita lalui. Berbahagailah orang-orang yang tetap setia dan berpengharapan kepada Tuhan, sebab segala kebaikanNya akan di berikan kepadanya. Seperti Ucapan yang sering dikatakan oleh Tuhan Yesus "Imanmu telah menyelamatkan engkau". Keselamatan dan pertolongan kita hanyalah di dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus.

Wednesday, August 6, 2014

Matius 14:22-33; Tuhan Memiliki Cara Tersendiri Untuk Menyelamatkan

Bacaan Firman Tuhan: Matius 14:22-33
Menghadapi kehidupan ini kita akan menemui berbagai bentuk dan ragam tantangan, dan secara manusiawi kita memiliki kelemahan yang bisa saja membawa kita pada keputusasaan, ketakutan, stress, sakit hati, dendam, amarah, dan lain sebagainya. Mau tidak mau kita harus menghadapi semua segala pergumulan hidup yang akan kita lalui di dalam dunia ini.

Nas Firman Tuhan bagi kita saat ini akan menolong kita menghadapi segala tantangan kehidupan. Melalui kisah tentang Yesus berjalan di atas air ada banyak hal yang hendak disampaikan kepada kita untuk memberikan kekuatan dan keberanian berjalan dan menghadapi kehidupan yang sedang dan yang akan kita lalui. Beberapa hal yang menjadi perenungan kita melalui nas ini adalah:


1. Selamat dalam perintah Tuhan
Bukankah Yesus sendiri yang menyuruh murid-muridNya untuk mendahului Dia untuk pergi ke seberang? Jika memang dalam perjalanan kehidupan ini kita menjalaninya sesuai dengan petunjuk dan perintah Tuhan, maka apapun bentuk rintangan dan halangan yang kita hadapi Tuhan akan pastikan kita selamat kepada tujuan yang Tuhan perintahkan untuk kita masuki.

2. Tuhan memiliki cara tersendiri menyelamatkan
Murid-murid Tuhan Yesus yang sedang di ombang-ambingkan oleh angin sakal tidak akan pernah menyangka bahwa Yesus akan menyusul mereka dengan berjalan di atas air, sehingga mereka takut dan menyangka bahwa kedatangan Yesus yang berjalan di atas air itu adalah hantu. Tuhan tidak akan pernah membiarkan kita di ombang-ambingkan oleh lautan dunia yang bergelora ini. Tuhan tidak akan biarkan kita diombang-ambingkan oleh perasaan takut, bimbang dan kekawatiran, Tuhan mengetahui kelemahan kita sehingga pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat. Tuhan banyak cara untuk menolong kita yang tidak dapat kita pikirkan, tetapi yang pasti kita ketahui bahwa pertolongan Tuhan nyata atas kehidupan kita. Tuhan pasti akan menyatakan diriNya ("Tenanglah! Aku ini..") dalam segala masalah dan pergumulan yang kita hadapi.

3. Jangan lihat besarnya tantangan tetapi lihatlah besarnya kuasa Allah yang menyelamatkan kita
Apakah yang harus kita takuti jika kita sesungguhnya sedang berjalan dalam perintah Tuhan? Seharusnya tidak lagi kita perlu takut. Namun kenyataan dalam hidup ini banyak orang Kristen masih meragukan imannya kepada Tuhan karena melihat besarnya masalah yang dihadapi. akhirnya dia ditenggelamkan oleh perasaan-perasaan ketakutannya. Jika kita menghadapi tantangan hidup sadarkanlah diri bahwa sebesar apapun rintangan dan tantangan tidak sebanding dengan besarnya kuasa Tuhan yang hendak dinyatakan atas kehidupan kita. Seperti yang terjadi kepada Petrus ketika merasakan tiupan angin padahal di depannya ada Yesus yang sudah memperlihatkan kuasanya yang besar.

"Jangan takut!"
adalah seruan keselamatan Tuhan dalam kehidupan kita sebab Allah telah bersama-sama dengan kita. Saatnya kita berhenti hanya untuk mengukur-ukur besarnya masalah dan pesimis menghadapi segala tantangan kehidupan ini. Saatnya kita berjuang dengan iman, sebab kuasa Allah yang besar akan menolong dalam segala kelemahan kita. Sehingga apapun yang boleh terjadi dalam kehidupan kita, tetaplah kita memuliakan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.

Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya,  
sebab Engkau besertaku gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
Mazmur 23:4

 

Tags