Latest News

Tuesday, October 3, 2017

Bertahan untuk Tidak Menoleh ke Belakang

St. Fransiskus Asisi adalah seorang suci yang terkenal dengan kedisiplinannya untuk meninggalkan dunia materi untuk menemukan Tuhan dalam kehidupannya. Ia bisa berhari-hari tidak makan, selalu misa, merenungi Tuhan. Ia memberikan segala sesuatu yang dimiliki kepada orang miskin, memilih yang terburuk, dan berkata-kata dengan lembut. Ia mengakui segala dosanya di hadapan imam dan di hadapan saudara-saudaranya untuk melatih kerendah-hatian. Ia memandang hubungannya dengan Yesus adalah yang paling berharga, dan yang lainnya menjadi tidak berharga.

Apakah artinya kita tidak perlu menguburkan orangtua kita, tidak perlu melayani keluarga kita, tidak perlu belajar dan bekerja dengan rajin, demi panggilan melayani di gereja? Jelas TIDAK. St. Fransiskus di dalam keinginannya untuk berpuasa, pernah memperhatikan bahwa salah satu saudaranya tidak mampu mengikutinya untuk berpuasa dan pingsan. Panggilan untuk menunjukkan kasih Yesus menjadi lebih penting bagi St. Fransiskus daripada ketaatannya berpuasa. Maka ia pun makan bersama dengan saudaranya itu, agar ia tidak malu makan sendiri.

Hal yang menarik di belakang kita, seperti yang dikatakan Yesus ("Setiap orang yang siap untuk membajak,  tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." - Luk 9:57-62), bisa muncul dalam berbagai hal: rumah, keluarga, jabatan, materi, cita-cita, hobi dan sebagainya, bahkan komitmen untuk berpuasa. Nehemia (Neh 2:1-8) memiliki zona nyaman karena jabatannya yang dekat dengan raja. Namun Nehemia dan St. Fransiskus mampu untuk mendobrak zona nyaman mereka demi kepatuhan mereka pada Allah. Apa yang menjadi zona nyaman kita? Apa yang paling sulit kita tinggalkan dan apa yang membuat kita paling sedih bila kita kehilangan? Mampukah kita, ketika dipanggil untuk mengikuti Kristus, meninggalkan semuanya itu?

No comments:

Post a Comment

Tags