Akulah roti hidup, kata Yesus. Seringkali kita mengabaikan betapa dahsyatnya kata-kata itu, dan bagaimana kata-kata itu sungguh nyata di dalam Ekaristi. Banyak kesaksian orang-orang kudus yang tidak dapat menyambut komuni karena keadaannya, memohon dengan sangat pada Allah, dan menyambutnya dari tangan Malaikat. Rosalie Put misalnya, seorang biarawati, jatuh sakit di umur 17 tahun dan terbaring di tempat tidurnya selama 25 tahun. Ia sangat menderita dan tidak dapat menghadiri Misa Kudus. Maka, seorang Malaikat Agung akan datang tiap malam untuk memberi dia Komuni Kudus. Kehadiran Malaikat ini ditandai oleh bunyi sebuah lonceng kecil dan kadang dapat didengar orang lain.
Seorang kudus lainnya, St. Nicholas dari Flue memohon pada Tuhan agar dia diijinkan hidup tanpa makan dan minum. Permohonan ini dikabulkan. Selama 20 tahun ia hidup di sebuah kamar kecil dari kayu, hanya hidup dari makan Komuni Kudus. Para penduduk mengagumi kesuciannya dan nasihatnya yang membawa perdamaian di antara kota-kota yang berperang.
Ekaristi adalah sungguh-sungguh Roti Hidup. Barangsiapa percaya kepadaNya, ia tidak akan lapar dan haus lagi, dan akan beroleh hidup yang kekal. Mari kita pada masa Paskah ini merenungkan, sekuat apakah iman kita pada 1 kalimat itu: Akulah Roti Hidup.
----------------
Bacaan Liturgi, 18 April 2018
Hari Biasa Pekan Paskah III
Bacaan 1: Kis 8:1b-8
Injil: Yoh 6:35-40